Diamond Lover - Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti

Dengan setuju untuk tinggal di rumah Handy Ji, Valerie Pei dua hari ini sibuk mengemasi barang-barang. Kebetulan, selama dua hari ini, giliran Leon Gu yang merawat Ellie.

Valerie Pei telah menyetujui satu hal lagi dengan Handy Ji. Ketika Ellie tinggal di rumah Leon Gu, ia tinggal di rumah Handy Ji. Sementara itu, ketika Ellie giliran tinggal dengannya, ia akan tinggal di rumah yang ini. Si pria tidak menolak, sebab kemauan si wanita untuk tinggal dengannya sudah merupakan sesuatu yang di luar dugaan.

Saat sedang melipat pakaian, Valerie Pei mendengar pintu diketuk dengan keras. Ia menaruh pakaiannya, lalu bergegas membuka pintu. Di depan sana, si wanita melihat Ellie berdiri di depan pintu dengan cemas. Melihat sosok ibunya, anak itu langsung menarik tangannya dan membawanya ke dalam rumah Leon Gu.

Ini pertama kalinya Valerie Pei memasuki apartemen Leon Gu. Jika bukan karena diseret oleh Ellie, ia rasa ia akan sangat enggan untuk melangkah ke dalam.

“Mommy, waktu memasak makan malam, tangan ayah terkena panas dan terluka.” Walau bilang dirinya tidak apa-apa, tangan Leon Gu tetap merah. Untuk mengatasinya, ia bergegas ke kamar mandi dan membasahinya dengan air dingin. Memanfaatkan momen ketika si pria tidak memerhatikan dirinya, Ellie pun memanggil Valerie Pei.

Ketika membawa dua piring makanan keluar dari dapur, si pria agak kaget dengan kedatangan si wanita.

“Anu…… Ellie bilang kamu terluka.” Valerie Pei memecahkan kesunyian duluan. Benar saja, tangan Leon Gu memiliki tanda warna merah yang berukuran cukup besar. Kedua makanan yang dibawanya tidak begitu menggoda, baik secara aroma mau pun penampilan. Dengan pertama kali melihat si pria memasak ini, si wanita langsung menyimpulkan bahwa dia dan dirinya sendiri sama-sama tidak berbakat dalam urusan dapur.

“Tidak apa-apa, hanya luka ringan.” Leon Gu meletakkan makanan di atas meja. Mendengar Ellie memuji masakan Handy Ji enak, demi tidak kehilangan gengsinya sebagai ayah, pria itu memutuskan untuk masak. Dalam prosesnya tadi, ia menyadari bahwa memasak sungguh membutuhkan bakat. Semua bakatnya habis “dimakan” dunia bisnis. Dirinya seratus persen tidak berjodoh dengan perkara masak-memasak!

“Ellie, cuci tangan dan bersiaplah untuk makan.” Si ayah bertutur pada si anak sembari tersenyum. Seperti tidak ada apa-apa, ia tidak dibuat canggung dengan kedatangan si mantan istri.

“Iya.” Ellie mengangguk. Setelah menoleh ke Valerie Pei, anak itu pergi ke kamar mandi untuk cuci tangan.

Setelah Ellie pergi, Valerie Pei bertanya sesuatu: “Akhir-akhir ini…… Apakah hidupmu sulit?” Bukannya berpikir macam-macam, si wanita menyimpulkan ini dengan melihat mobil Leon Gu yang berganti dan ketiadaan asisten rumah di tempatnya sekarang. Wanita itu menebak, sejak mengusirnya dari rumah kediaman keluarga Gu, Henry Gu pasti menghentikan semua sumber pendapatan sip pria. Ini jugalah alasan mengapa dia mencoba masak sendiri.

Leon Gu terhibur dengan pertanyaan Valerie Pei. Pria itu menjawab: “Lumayan sulit”. Ia dari dulu sebenarnya tahu bahwa yang paling berharga dari dirinya adalah status sebagai tuan muda keluarga Gu. Dengan pengusiran dirinya, status itu otomatis lepas dari tubuhnya. Kehidupan pun jadi agak sulit.

“Hmm… Ada yang perlu aku bantu?” Si wanita tidak paham mengapa Leon Gu sekarang masih bisa tertawa. Jika dia benar-benar berbohong demi mewujudkan niatnya dan Handy Ji untuk berpasangan serta Henry Gu sudah tahu fakta yang sebenarnya, mengapa pria tua itu tidak memanggil Leon Gu kembali? Tidakkah hukuman yang dijatuhkan padanya ini berlebihan?

“Jangan salah paham. Aku hanya khawatir Ellie ikutan sulit ketika tinggal denganmu.” Melihat tatapan Leon Gu yang semakin dalam, Valerie Pei buru-buru memberi klafirikasi. Ia tidak ingin pria itu salah paham sesuatu dengan dirinya.

“Jadi, kamu ingin memberiku tunjangan?” Leon Gu tersenyum nakal, tetapi segera berhenti menggoda: “Jangan khawatir. Demi Ellie, aku akan berusaha keras menghasilkan uang. Aku hari ini hanya ingin membuktikan bahwa papanya ini bisa memasak, tetapi sepertinya…... gagal.”

Mendengar tanggapannya, hati Valerie Pei lega.

“Aku juga tidak jago masak. Ini kamu hitungannya sudah pandai kok.” Meskipun hidangannya tidak terlihat menarik, Valerie Pei merasa tampilannya masih sedikit lebih bagus dibanding masakan dirinya.

“Sayang sekali Ellie tidak bisa makan hidangan lezat yang dibuat ayah dan ibunya.”

“Iya……”

Setelah berbincang beberapa saat, mereka berdua tersadar topik pembicaraan mereka sangat terbatas, bahkan akhir-akhirnya saling tidak mampu menanggapi. Jika tidak ada kedatangan Ellie, sepertinya mereka sekarang sudah mulai diam-diaman.

“Mommy, kamu sudah makan malam? Mmakanlah dengan kami!” Si anak duduk di kursi dan menggoyangkan kedua kaki. Ia terlihat sangat menantikan momen makannya.

“Aku sudah makan, kamu makanlah dengan ayah.” Si wanita mengelus kepala anaknya, lalu menoleh ke Leon Gu: “Jika tanganmu tidak kenapa-kenapa, aku balik ke rumah dulu. Aku masih punya urusan yang perlu dikelarkan.”

“Baiklah, selamat tinggal.” Leon Gu mengangguk dan tersenyum datar. Wajahnya terlihat biasa saja, namun nyatanya wajah itu tengah menyembunyikan gelombang yang bergolak di dalam hati. Ia rasa, cinta yang mendalam selamanya tidak akan bisa dihapus.

Ellie memperhatikan ibunya menutup pintu, lalu menatap si ayah: “Ayah, waktu itu aku tanya Mommy apakah ia berkencan dengan Paman Handy Ji.”

Leon Gu sudah menyendokan makanan buat Ellie. Mendengarnya awalan cerita anak ini, jantungnya seketika berdebar kencang. Pantaslah Ellie sangat paham dengan hal-hal begini, dia kan dibesarkan di luar negeri……

Lantas, bagaimana jawaban Valerie Pei?

“Mommy jawab iya. Kalau begitu, apakah dia akan menikah dengan Paman Handy Ji suatu hari nanti? Ellie jadi punya dua ayah nih?” Ellie mendongakkan kepalanya. Ia seketika punya dua ayah…… Walau kasih sayang yang diperolehnya jadi makin banyak, ia merasa ada ketidakberesan di sini.

Soal ayah-ayahan, Leon Gu tidak punya toleransi satu persen pun.

“Ayah Ellie cuma aku seorang. Walau Paman Handy Ji nanti menikahi Mommy, dia tetap bukan ayahmu. Ingat?” Leon Gu berusaha menggunakan kata-kata sederhana dalam memberi penjelasan pada Ellie. Baginya, bahkan jika Handy Ji dan Valerie Pei membina bahtera rumah tangga, fakta bahwa hanya dirinya lah yang merupakan ayah Ellie tidak bisa diutak-atik.

Berbicara soal pernikahan kedua orang itu, si pria agak merasa sesak. Ia tidak berani membayangkan mereka mengenakan baju pengantin dan berjalan bersama ke panggung aula.

“Oke, Ellie ingat bahwa Ellie cuma punya satu ayah, yaitu kamu!” Si anak mengangguk dan memegang sumpit. Ia lalu mulai menyumpit makanan ke mulut.

Benar saja, masakan ayahnya selevel dengan masakan Mommy.

“Ayah, bisakah kita pesan antar makanan saja?”

Tiga kerutan muncul di jidat Leon Gu. Setelah mencoba hidangannya sendiri, pria itu dengan canggung bertutur: “Ayo deh, kita pesan antar saja!”

Ellie bermain sebentar setelah makan, lalu tertidur. Setelah membopong si anak ke kamar dan menutup pintu, Leon Gu baru sadar bahwa titik lukanya semakin merah. Ia barusan tidak merasakan sakit sama sekali, namun sekarang luka itu terasa amat panas.

Sudah mencari kesana-kemari, si pria tidak menemukan salep luka bakar di rumah. Alhasil, ia piu memakai mantel untuk bersiap pergi ke toko obat. Baru keluar dari rumah, pria itu langsung menjumpai Valerie Pei berdiri ragu-ragu di depan. Tangan si wanita menenteng sebuah plastik, sementara salah satu benda di dalamnya adalah salep luka bakar.

Melihat sosok Leon Gu, Valerie Pei merasa canggung. Wanit itu segera memberi penjelasan: “Aku barusan ke toko obat untuk membeli obat-obatan, lalu sekalian membelikan salep obat bakar buatmu. Kamu mau?”

Leon Gu, yang sudah menutup pintu, tercengang mendengar tawaran ini. Setelah sekian lama, dia sudah belajar untuk bersikap perhatian padanya kah? Andai saja perhatiannya ini muncul di masa lalu, yakni masa-masa ketika dia masih menjadi istrinya. Ah, itu akan teramat indah……

“Boleh deh, daripada aku harus keluar-keluar.” Si pria menerimanya. Ia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya tadi agak bersemangat dengan kehadiran si wanita. Melihat raut cemas di mata wanita itu, ia dalam hati bertanya-tanya apakah dia masih bisa mengkhawatirkan dirinya.

Tetapi, bukankah Valerie Pei sekarang sudah jadi kekasih Handy Ji? Hubungan mereka sekarang hanya berstatus mantan suami dan mantan istri.

“Iya.” Valerie Pei mengangguk, mengambilkan salep dari dalam plastik, dan menyodorkannya kepada Leon Gu.

Pria itu tidak mengulurkan tangan untuk mengambilnya.

“Bolehkah aku pergi ke rumahmu dan duduk sebentar di sana?” Ia mengaku dirinya menginginkan kebersamaan bersama si mantan istri, walau hanya untuk sebentar. Len Gu tidak tahu Valerie Pei dan Handy Ji akan berjalan sampai ke tahap apa. Ketika masih punya kesempatan untuk melihatnya, ia ingin melihatnya sesering mungkin.

Yang ditanya sangat tercengan. Permintaan Leon Gu ini agak……

“Jangan salah paham. Aku hanya tidak ingin Ellie mencium bau salep. Aku tidak ingin dia mengkhawatirkanku.” Penjelasan ini sepertinya masuk akal.

Valerie Pei mengangguk. Mereka berjalan ke depan pintu rumahnya, lalu ia menekan nomor-nomor sandi.

“Masuklah.” Ini pertama kalinya si pria berkunjung ke rumah si wanita sejak dia mengubah kata sandi. Seolah yang sebelumnya terjadi di kehidupan lampau, Leon Gu merasa ada banyak sekali hal yang telah berubah.

Tanpa rasa sungkan sedikit pun, Leon Gu masuk rumah Valerie Pei dan langsung duduk di sofanya. Dari sudut pandangnya, pria itu bisa melihat ada sebuah koper di atas kasur si wanita. Selain itu, di lantai kamarnya juga ada beberapa kardus. Ia seperti lagi mengemasi barang.

Leon Gu belum pernah diceritakan Ellie soal rencana pindah rumah……

Valerie Pei menuangkan segelas air untuk Leon Gu, lalu kembali menyodorkan salep yang belum diambil Leon Gu. Ketika mengikuti arah tatapan si pria, ia langsung menyadari pria itu lagi mengamati kamar tidurnya. Wanita itu pun bergegas menutup pintu dengan tergesa-gesa.

“Kamarku agak berantakan.”

“Mau pindahan? Ellie belum cerita apa-apa padaku.”

“Bisa dibilang begitu, tetapi Ellie akan tetap tinggal di sini kok. Jangan khawatir.” Si wanita menaruh salep luka bakar di meja teh. Ia duduk di sofa yang berbeda sisi dengan Leon Gu. Ini biar ia bisa jaga jarak darinya.

Leon Gu kurang lebih bisa menebak ke mana Valerie Pei akan pindah. Apalagi, di tanganya sekarang juga tersematkan sebuah cincin. Kode ini menyiratkan bahwa dia seharusnya akan pindah ke tempat tinggal Handy Ji.

“Kapan menikah?” Sudut bibir si pria sedikit terangkat. Di momen ini, ia baru menyadari betapa sulitnya memaksakan diri untuk tertawa. Demi mengalihkan kecanggungan, Leon Gu mengambil salep dari meja dan membukanya dengan tangan kiri. Gerakannya terlihat kurang lancar.

“Hah?” Menikah, bagaimana dia tahu soal itu? Valerie Pei kemudian teringat ia tengah mengenakan cincin. Ah, pasti Leon Gu bertanya begini karena melihat benda itu.

“Belum diputuskan.” Melihat si pria agak kesulitan memegangi dan memencet salep dengan tangan kiri, si wanita nyaris ingin menghampirinya dan membantu. Namun, ia akhir-akhirnya tidak bangkit berdiri dari sofa. Biarlah dia berusaha sendiri, begitu pikirnya. Membelikan salep sudah sesuatu yang agak kelewat batas, jadi ia tidak ingin melakukan hal-hal lain lagi.

“Sshh…...” Di tangan Leon Gu sepertinya ada gelembung kecil, lalu pria itu tidak sengaja menusuknya. Rasanya sungguh perih.

Mendengar desisan perihnya, Valerie Pei refleks bangkit beridri. Ia mengambilkan dua lembar tisu dan menyodorkannya ke Leon Gu, lalu dengan sadar duduk di sebelahnya.

Si pria tidak menolak sodoran itu. Di tengah rasa sakit dan gengsi, ia memilih untuk mementingkan yang pertama dulu.

“Bagaimana kalau ke rumah sakit saja? Takutnya nanti muncul bekas permanen.”

“Tidak perlu. Aku bukan perempuan, tidak apa-apalah ada bekas luka.” Si pria tersenyum kecil. Dengan rasa perih yang sudah jauh lebih reda, pria itu kembali mengambil salepnya dan bersiap mengoleskannya.

Kali ini, Valerie Pei merebut salep itu. Ia tidak tega melihat Leon Gu melakukan semuanya dengan tangan kiri.

Si pria lalu membiarkan si wanita menahan tangannya. Selanjutnya, ia mengamati dia mengoleskan salep dengan hati-hati.

Dalam pengamatannya, Leon Gu teringat masa lalu. Waktu ia terbaring di ranjang, wanita ini juga memijatnya dan merawatnya dengan penuh kehati-hatian. Semua ini terjadi dulu sekali, namun ketika sekarang memikirkannya, ia merasa semuanya baru terjadi kemarin.

Valerie Pei tidak menyangka jarak sedekat ini akan membuatnya teringat masa lampau. Ia pikir dirinya kurang lebih sudah berhasil melupakan Leon Gu. Ia sekarang baru sadar, sekalinya mereka bersentuhan, memori-memori indah di antara mereka akan mengemuka tanpa henti.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu