Diamond Lover - Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
Dengan setuju untuk tinggal di rumah Handy Ji, Valerie Pei dua hari ini sibuk mengemasi barang-barang. Kebetulan, selama dua hari ini, giliran Leon Gu yang merawat Ellie.
Valerie Pei telah menyetujui satu hal lagi dengan Handy Ji. Ketika Ellie tinggal di rumah Leon Gu, ia tinggal di rumah Handy Ji. Sementara itu, ketika Ellie giliran tinggal dengannya, ia akan tinggal di rumah yang ini. Si pria tidak menolak, sebab kemauan si wanita untuk tinggal dengannya sudah merupakan sesuatu yang di luar dugaan.
Saat sedang melipat pakaian, Valerie Pei mendengar pintu diketuk dengan keras. Ia menaruh pakaiannya, lalu bergegas membuka pintu. Di depan sana, si wanita melihat Ellie berdiri di depan pintu dengan cemas. Melihat sosok ibunya, anak itu langsung menarik tangannya dan membawanya ke dalam rumah Leon Gu.
Ini pertama kalinya Valerie Pei memasuki apartemen Leon Gu. Jika bukan karena diseret oleh Ellie, ia rasa ia akan sangat enggan untuk melangkah ke dalam.
“Mommy, waktu memasak makan malam, tangan ayah terkena panas dan terluka.” Walau bilang dirinya tidak apa-apa, tangan Leon Gu tetap merah. Untuk mengatasinya, ia bergegas ke kamar mandi dan membasahinya dengan air dingin. Memanfaatkan momen ketika si pria tidak memerhatikan dirinya, Ellie pun memanggil Valerie Pei.
Ketika membawa dua piring makanan keluar dari dapur, si pria agak kaget dengan kedatangan si wanita.
“Anu…… Ellie bilang kamu terluka.” Valerie Pei memecahkan kesunyian duluan. Benar saja, tangan Leon Gu memiliki tanda warna merah yang berukuran cukup besar. Kedua makanan yang dibawanya tidak begitu menggoda, baik secara aroma mau pun penampilan. Dengan pertama kali melihat si pria memasak ini, si wanita langsung menyimpulkan bahwa dia dan dirinya sendiri sama-sama tidak berbakat dalam urusan dapur.
“Tidak apa-apa, hanya luka ringan.” Leon Gu meletakkan makanan di atas meja. Mendengar Ellie memuji masakan Handy Ji enak, demi tidak kehilangan gengsinya sebagai ayah, pria itu memutuskan untuk masak. Dalam prosesnya tadi, ia menyadari bahwa memasak sungguh membutuhkan bakat. Semua bakatnya habis “dimakan” dunia bisnis. Dirinya seratus persen tidak berjodoh dengan perkara masak-memasak!
“Ellie, cuci tangan dan bersiaplah untuk makan.” Si ayah bertutur pada si anak sembari tersenyum. Seperti tidak ada apa-apa, ia tidak dibuat canggung dengan kedatangan si mantan istri.
“Iya.” Ellie mengangguk. Setelah menoleh ke Valerie Pei, anak itu pergi ke kamar mandi untuk cuci tangan.
Setelah Ellie pergi, Valerie Pei bertanya sesuatu: “Akhir-akhir ini…… Apakah hidupmu sulit?” Bukannya berpikir macam-macam, si wanita menyimpulkan ini dengan melihat mobil Leon Gu yang berganti dan ketiadaan asisten rumah di tempatnya sekarang. Wanita itu menebak, sejak mengusirnya dari rumah kediaman keluarga Gu, Henry Gu pasti menghentikan semua sumber pendapatan sip pria. Ini jugalah alasan mengapa dia mencoba masak sendiri.
Leon Gu terhibur dengan pertanyaan Valerie Pei. Pria itu menjawab: “Lumayan sulit”. Ia dari dulu sebenarnya tahu bahwa yang paling berharga dari dirinya adalah status sebagai tuan muda keluarga Gu. Dengan pengusiran dirinya, status itu otomatis lepas dari tubuhnya. Kehidupan pun jadi agak sulit.
“Hmm… Ada yang perlu aku bantu?” Si wanita tidak paham mengapa Leon Gu sekarang masih bisa tertawa. Jika dia benar-benar berbohong demi mewujudkan niatnya dan Handy Ji untuk berpasangan serta Henry Gu sudah tahu fakta yang sebenarnya, mengapa pria tua itu tidak memanggil Leon Gu kembali? Tidakkah hukuman yang dijatuhkan padanya ini berlebihan?
“Jangan salah paham. Aku hanya khawatir Ellie ikutan sulit ketika tinggal denganmu.” Melihat tatapan Leon Gu yang semakin dalam, Valerie Pei buru-buru memberi klafirikasi. Ia tidak ingin pria itu salah paham sesuatu dengan dirinya.
“Jadi, kamu ingin memberiku tunjangan?” Leon Gu tersenyum nakal, tetapi segera berhenti menggoda: “Jangan khawatir. Demi Ellie, aku akan berusaha keras menghasilkan uang. Aku hari ini hanya ingin membuktikan bahwa papanya ini bisa memasak, tetapi sepertinya…... gagal.”
Mendengar tanggapannya, hati Valerie Pei lega.
“Aku juga tidak jago masak. Ini kamu hitungannya sudah pandai kok.” Meskipun hidangannya tidak terlihat menarik, Valerie Pei merasa tampilannya masih sedikit lebih bagus dibanding masakan dirinya.
“Sayang sekali Ellie tidak bisa makan hidangan lezat yang dibuat ayah dan ibunya.”
“Iya……”
Setelah berbincang beberapa saat, mereka berdua tersadar topik pembicaraan mereka sangat terbatas, bahkan akhir-akhirnya saling tidak mampu menanggapi. Jika tidak ada kedatangan Ellie, sepertinya mereka sekarang sudah mulai diam-diaman.
“Mommy, kamu sudah makan malam? Mmakanlah dengan kami!” Si anak duduk di kursi dan menggoyangkan kedua kaki. Ia terlihat sangat menantikan momen makannya.
“Aku sudah makan, kamu makanlah dengan ayah.” Si wanita mengelus kepala anaknya, lalu menoleh ke Leon Gu: “Jika tanganmu tidak kenapa-kenapa, aku balik ke rumah dulu. Aku masih punya urusan yang perlu dikelarkan.”
“Baiklah, selamat tinggal.” Leon Gu mengangguk dan tersenyum datar. Wajahnya terlihat biasa saja, namun nyatanya wajah itu tengah menyembunyikan gelombang yang bergolak di dalam hati. Ia rasa, cinta yang mendalam selamanya tidak akan bisa dihapus.
Ellie memperhatikan ibunya menutup pintu, lalu menatap si ayah: “Ayah, waktu itu aku tanya Mommy apakah ia berkencan dengan Paman Handy Ji.”
Leon Gu sudah menyendokan makanan buat Ellie. Mendengarnya awalan cerita anak ini, jantungnya seketika berdebar kencang. Pantaslah Ellie sangat paham dengan hal-hal begini, dia kan dibesarkan di luar negeri……
Lantas, bagaimana jawaban Valerie Pei?
“Mommy jawab iya. Kalau begitu, apakah dia akan menikah dengan Paman Handy Ji suatu hari nanti? Ellie jadi punya dua ayah nih?” Ellie mendongakkan kepalanya. Ia seketika punya dua ayah…… Walau kasih sayang yang diperolehnya jadi makin banyak, ia merasa ada ketidakberesan di sini.
Soal ayah-ayahan, Leon Gu tidak punya toleransi satu persen pun.
“Ayah Ellie cuma aku seorang. Walau Paman Handy Ji nanti menikahi Mommy, dia tetap bukan ayahmu. Ingat?” Leon Gu berusaha menggunakan kata-kata sederhana dalam memberi penjelasan pada Ellie. Baginya, bahkan jika Handy Ji dan Valerie Pei membina bahtera rumah tangga, fakta bahwa hanya dirinya lah yang merupakan ayah Ellie tidak bisa diutak-atik.
Berbicara soal pernikahan kedua orang itu, si pria agak merasa sesak. Ia tidak berani membayangkan mereka mengenakan baju pengantin dan berjalan bersama ke panggung aula.
“Oke, Ellie ingat bahwa Ellie cuma punya satu ayah, yaitu kamu!” Si anak mengangguk dan memegang sumpit. Ia lalu mulai menyumpit makanan ke mulut.
Benar saja, masakan ayahnya selevel dengan masakan Mommy.
“Ayah, bisakah kita pesan antar makanan saja?”
Tiga kerutan muncul di jidat Leon Gu. Setelah mencoba hidangannya sendiri, pria itu dengan canggung bertutur: “Ayo deh, kita pesan antar saja!”
Ellie bermain sebentar setelah makan, lalu tertidur. Setelah membopong si anak ke kamar dan menutup pintu, Leon Gu baru sadar bahwa titik lukanya semakin merah. Ia barusan tidak merasakan sakit sama sekali, namun sekarang luka itu terasa amat panas.
Sudah mencari kesana-kemari, si pria tidak menemukan salep luka bakar di rumah. Alhasil, ia piu memakai mantel untuk bersiap pergi ke toko obat. Baru keluar dari rumah, pria itu langsung menjumpai Valerie Pei berdiri ragu-ragu di depan. Tangan si wanita menenteng sebuah plastik, sementara salah satu benda di dalamnya adalah salep luka bakar.
Melihat sosok Leon Gu, Valerie Pei merasa canggung. Wanit itu segera memberi penjelasan: “Aku barusan ke toko obat untuk membeli obat-obatan, lalu sekalian membelikan salep obat bakar buatmu. Kamu mau?”
Leon Gu, yang sudah menutup pintu, tercengang mendengar tawaran ini. Setelah sekian lama, dia sudah belajar untuk bersikap perhatian padanya kah? Andai saja perhatiannya ini muncul di masa lalu, yakni masa-masa ketika dia masih menjadi istrinya. Ah, itu akan teramat indah……
“Boleh deh, daripada aku harus keluar-keluar.” Si pria menerimanya. Ia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya tadi agak bersemangat dengan kehadiran si wanita. Melihat raut cemas di mata wanita itu, ia dalam hati bertanya-tanya apakah dia masih bisa mengkhawatirkan dirinya.
Tetapi, bukankah Valerie Pei sekarang sudah jadi kekasih Handy Ji? Hubungan mereka sekarang hanya berstatus mantan suami dan mantan istri.
“Iya.” Valerie Pei mengangguk, mengambilkan salep dari dalam plastik, dan menyodorkannya kepada Leon Gu.
Pria itu tidak mengulurkan tangan untuk mengambilnya.
“Bolehkah aku pergi ke rumahmu dan duduk sebentar di sana?” Ia mengaku dirinya menginginkan kebersamaan bersama si mantan istri, walau hanya untuk sebentar. Len Gu tidak tahu Valerie Pei dan Handy Ji akan berjalan sampai ke tahap apa. Ketika masih punya kesempatan untuk melihatnya, ia ingin melihatnya sesering mungkin.
Yang ditanya sangat tercengan. Permintaan Leon Gu ini agak……
“Jangan salah paham. Aku hanya tidak ingin Ellie mencium bau salep. Aku tidak ingin dia mengkhawatirkanku.” Penjelasan ini sepertinya masuk akal.
Valerie Pei mengangguk. Mereka berjalan ke depan pintu rumahnya, lalu ia menekan nomor-nomor sandi.
“Masuklah.” Ini pertama kalinya si pria berkunjung ke rumah si wanita sejak dia mengubah kata sandi. Seolah yang sebelumnya terjadi di kehidupan lampau, Leon Gu merasa ada banyak sekali hal yang telah berubah.
Tanpa rasa sungkan sedikit pun, Leon Gu masuk rumah Valerie Pei dan langsung duduk di sofanya. Dari sudut pandangnya, pria itu bisa melihat ada sebuah koper di atas kasur si wanita. Selain itu, di lantai kamarnya juga ada beberapa kardus. Ia seperti lagi mengemasi barang.
Leon Gu belum pernah diceritakan Ellie soal rencana pindah rumah……
Valerie Pei menuangkan segelas air untuk Leon Gu, lalu kembali menyodorkan salep yang belum diambil Leon Gu. Ketika mengikuti arah tatapan si pria, ia langsung menyadari pria itu lagi mengamati kamar tidurnya. Wanita itu pun bergegas menutup pintu dengan tergesa-gesa.
“Kamarku agak berantakan.”
“Mau pindahan? Ellie belum cerita apa-apa padaku.”
“Bisa dibilang begitu, tetapi Ellie akan tetap tinggal di sini kok. Jangan khawatir.” Si wanita menaruh salep luka bakar di meja teh. Ia duduk di sofa yang berbeda sisi dengan Leon Gu. Ini biar ia bisa jaga jarak darinya.
Leon Gu kurang lebih bisa menebak ke mana Valerie Pei akan pindah. Apalagi, di tanganya sekarang juga tersematkan sebuah cincin. Kode ini menyiratkan bahwa dia seharusnya akan pindah ke tempat tinggal Handy Ji.
“Kapan menikah?” Sudut bibir si pria sedikit terangkat. Di momen ini, ia baru menyadari betapa sulitnya memaksakan diri untuk tertawa. Demi mengalihkan kecanggungan, Leon Gu mengambil salep dari meja dan membukanya dengan tangan kiri. Gerakannya terlihat kurang lancar.
“Hah?” Menikah, bagaimana dia tahu soal itu? Valerie Pei kemudian teringat ia tengah mengenakan cincin. Ah, pasti Leon Gu bertanya begini karena melihat benda itu.
“Belum diputuskan.” Melihat si pria agak kesulitan memegangi dan memencet salep dengan tangan kiri, si wanita nyaris ingin menghampirinya dan membantu. Namun, ia akhir-akhirnya tidak bangkit berdiri dari sofa. Biarlah dia berusaha sendiri, begitu pikirnya. Membelikan salep sudah sesuatu yang agak kelewat batas, jadi ia tidak ingin melakukan hal-hal lain lagi.
“Sshh…...” Di tangan Leon Gu sepertinya ada gelembung kecil, lalu pria itu tidak sengaja menusuknya. Rasanya sungguh perih.
Mendengar desisan perihnya, Valerie Pei refleks bangkit beridri. Ia mengambilkan dua lembar tisu dan menyodorkannya ke Leon Gu, lalu dengan sadar duduk di sebelahnya.
Si pria tidak menolak sodoran itu. Di tengah rasa sakit dan gengsi, ia memilih untuk mementingkan yang pertama dulu.
“Bagaimana kalau ke rumah sakit saja? Takutnya nanti muncul bekas permanen.”
“Tidak perlu. Aku bukan perempuan, tidak apa-apalah ada bekas luka.” Si pria tersenyum kecil. Dengan rasa perih yang sudah jauh lebih reda, pria itu kembali mengambil salepnya dan bersiap mengoleskannya.
Kali ini, Valerie Pei merebut salep itu. Ia tidak tega melihat Leon Gu melakukan semuanya dengan tangan kiri.
Si pria lalu membiarkan si wanita menahan tangannya. Selanjutnya, ia mengamati dia mengoleskan salep dengan hati-hati.
Dalam pengamatannya, Leon Gu teringat masa lalu. Waktu ia terbaring di ranjang, wanita ini juga memijatnya dan merawatnya dengan penuh kehati-hatian. Semua ini terjadi dulu sekali, namun ketika sekarang memikirkannya, ia merasa semuanya baru terjadi kemarin.
Valerie Pei tidak menyangka jarak sedekat ini akan membuatnya teringat masa lampau. Ia pikir dirinya kurang lebih sudah berhasil melupakan Leon Gu. Ia sekarang baru sadar, sekalinya mereka bersentuhan, memori-memori indah di antara mereka akan mengemuka tanpa henti.
Novel Terkait
Villain's Giving Up
Axe AshciellySederhana Cinta
Arshinta Kirania PratistaPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaThe Winner Of Your Heart
ShintaAfter Met You
AmardaTakdir Raja Perang
Brama aditioDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)