Diamond Lover - Bab 267 Tinggal di Sebelah
Malam harinya, Handy Ji makan di tempat Valerie Pei. Di tengah makan, ia sempat mengabarkan bahwa ia sudah menemukan rumah baru. Dalam beberapa hari berselang, setelah memindahkan barang-barangnya, pria itu juga ingin mengajak si wanita dan Ellie buat berkunjung. Soal urusan di The Tea House, keduanya sama-sama diam. Handy Ji menemani Ellie tidur sehabis makan, lalu pergi setelah yang ditemaninya itu terlelap.
Setelah mengantar si pria ke depan pintu, Valerie Pei menengok sejenak kamar Ellie. Sesudahnya, ia kembali ke kamarnya sendiri. Wanita itu berencana untuk membaca dua berkas lagi, lalu tidur.
Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam ketika kedua dokumen sudah dibaca. Sebelum tidur, Valerie Pei keluar kamar untuk minum segelas air. Tempat tinggalnya ini sangatlah strategis dan nyaman. Jendela yang ada di ruang tamunya sangat panjang dan lebar, jadi orang yang ada di dalam bisa melihat seluruh pemandangan Kota S dari situ. Pemandangan malamnya sangat indah, namun di tengah kota penuh gemerlap ini, Valerie Pei berpikir tentang betapa tidak berdayanya dia……
Merasa dirinya belakangan banyak terluka, Valerie Pei tersenyum kecut. Setelah meminum air, ia bersiap untuk kembali ke kamar dan tidur. Di hari baru esok, si wanita berharap bisa mengalami hal-hal yang baik dan menyenangkan!
Namun, sebelum tiba di kamar, wanita itu mendengar suara orang menekan-nekan nomor sandi di luar. Valerie Pei seketika merasa waspada. Mungkinkah orang yang lagi mengutak-atik sandi rumahnya ini adalah orang jahat? Tetapi, pengamanan di sini sangatlah baik. Kalau bukan penghuni rumah, setiap orang yang masuk dan keluar akan dicatat……
Tanpa berpikir panjang, si wanita langsung mengambil kemoceng yang diletakkan dekat pintu. Ah, bisa apa sih sebuah kemoceng saat berhadapan dengan orang?
Dari lubang intip pintu, Valerie Pei tidak melihat satu orang pun di depan. Yang jadi masalah, lampu luar, yang bakal menyala tiap sensornya mendengar suara, berada dalam keadaan nyala. Itu berarti memang ada orang di luar, hanya ia saja yang tidak melihatnya. Selama dirinya menganalisis situasi, suara pencetan nomor sandi di depan tidak terputus sama sekali. Jelas, orang itu tidak tahu kata sandinya.
Si wanita makin lama makin ketakutan. Ia bukan mengkhawatirkan dirinya sendiri, melainkan mengkhawatirkan Ellie. Kalau sesuatu terjadi pada si anak, ia akan merasa jauh lebih tersakiti dibanding bila dirinya sendiri yang kenapa-kenapa.
Sebagai pengganti kemoceng, Valerie Pei mengambil pisau berukuran sedang dari dapur. Tidak hanya itu, ia juga memanggil asisten rumah yang tinggal menetap.
“Nona Pei, mau lapor polisi?” Yang dipanggil bertanya gugup.
“Telepon pos satpam dulu deh, bilang ada orang aneh di depan pintu kita.” Satpam-satpam kompleks ini lumayan terlatih. Kemampuan mereka sama sekali tidak kalah dari personel polisi.
Asisten rumah buru-buru menghubungi pos satpam. Utusan mereka tidak lama kemudian datang, sementara orang di luar masih terus menekan-nekan nomor sandi.
Melihat kedatangan satpam, Valerie Pei baru berani membuka pintu. Tetapi, sesaat setelah pintu terbuka, wanita itu langsung tercengang sejadi-jadinya. Orang aneh ini adalah Leon Gu. Pria itu sedang berada dalam kondisi mabuk berat!
“Nona Pei, Tuan Gu adalah penghuni rumah sebelah. Ia mungkin tidak sengaja menekan nomor sandi rumahmu saat mabuk, maaf.” Satpam terus berucap kata maaf.
“Tunggu, ia tinggal di sebelah?” Si wanita mengira dirinya salah dengar. Bagaimana ia tidak tahu bahwa Leon Gu tinggal di sebelah? Orang yang ia jumpai setiap kali keluar rumah terlihat sebagai asisten rumah. Ups, tunggu, rasa-rasanya tidak begitu mirip dengan seorang asisten rumah!
“Iya. Mungkin Tuan Gu selalu pulang malam, jadi Nona tidak tahu hal ini. Semua ini kesalahpahaman saja.” Satpam melanjutkan penjelasan, namun benak yang diberi penjelasan sudah kelewat kacau.
“Tuan Gu, Tuan Gu?” Satpam tersenyum tidak enak hati pada Valerie Pei, lalu berjongkok untuk menanyai Leon Gu yang telah tertidur di lantai. Jelas, tanggapan apa pun tidak ia peroleh.
Si wanita sama sekali tidak tergerak untuk mengurusi si pria. Bagaimana pun juga rumah sebelah ada rumahnya, jadi kalau tidur di luar, Leon Gu tidak akan mengalami apa pun yang serius. Ia sebaliknya malah penasaran, apa maksud si pria bertetangga dengannya? Apakah agar mudah bertemu Ellie?
Bila memang itu motifnya, perencanaan Leon Gu sungguh luar biasa. Pria itu pindah ke sebelah ketika ia baru menjalani hari keduanya di sini, jadi harusnya rencana kepindahan dia sudah dirancang lebih awal. Rumah ini sendiri adalah Javiar Pei yang sarankan untuk beli. Javiar Pei tidak familiar pada area ini, juga berteman akrab dengan Christian Huo dan Mario Yin……
Astaga, mereka semua adalah orang-orang Leon Gu!
Terpikir soal ini, hati Valerie Pei jadi sangat tidak senang! Ia ingin langsung menutup pintu dan melupakan semua yang lagi berlangsung.
“Nona Pei, kamu tidak mau membiarkan Tuan Gu masuk rumahmu? Mabuknya terlihat sangat parah.” Asisten rumah si wanita pernah menerima kedatangan Leon Gu beberapa kali. Tamu itu sangat baik pada Ellie, jadi ia sangat ingat dengannya.
Valerie Pei menatap Leon Gu yang terbaring di lantai. Hatinya terus mengatakan tidak!
“Tidak. Punya rumah sendiri kok tidak pulang ke sana, dasar aneh.” Ketika pintu sudah mulai didorong, jalurnya tiba-tiba ditahan oleh satu kaki si pria. Alhasil, pintu tidak bisa bergerak lagi.
Walau dilakukan dengan tidak sadar, tingkah Leon Gu membuat Valerie Pei jadi makin gusar. Ia sangat ingin menendang punggungnya kencang-kencang, namun berhubung dirinya diperhatikan oleh satpam, ia hanya bisa mendorong dengan sopan.
“Nona Pei kenal Tuan Gu? Bagus kalau begitu, biarkanlah dia menginap di rumahmu untuk satu malam. Dengan kondisi begini, Tuan Gu mustahil bisa pulang ke rumahnya sendiri.” Sambil tersenyum, penjaga keamanan membuat pengajuan pada Valerie Pei.
“Di rumah kami hanya ada tiga wanita. Rasa-rasanya kurang bagus kalau kami mempersilahkan seorang pria bermalam.” Si wanita memblokir pintu tanda sedang menolak.
Satpam berada dalam situasi sulit. Penuturan wanita ini sangat masuk akal, namun mana mungkin seseorang seperti Leon Gu ia biarkan tidur di pos satpam?
“Silahkan kalian urus dia. Kalau dia sampai mengutak-atik sandi pintuku lagi, aku akan membuat laporan ke pihak pengelola…...” Belum kelar Valerie Pei berbicara, Leon Gu tiba-tiba bangkit berdiri dan berlari ke kamar mandi rumahnya sembari menutup mulut.
Berhubung sudah beberapa kali datang, si pria sangat familiar dengan denah rumah si wanita. Apalagi, penataan rumah ini juga sangat mirip dengan rumahnya. Setelah langsung menemukan kamar mandi, Leon Gu muntah-muntah di kloset.
“Nona Pei, kalian bagaimana pun juga merupakan tetangga. Aku berani menjamin kepribadian Tuan Gu. Ia tidak mungkin melakukan apa-apa pada kalian, jadi biarlah ia bermalam sehari di tempatmu. Terima kasih.” Satpam itu sekarang jadi mirip pengawal pribadi Leon Gu. Setelah memohon begini, ia bergegas pergi tanpa sepatah kata pamit pun.
Valerie Pei jadi pusing tujuh keliling. Pria bernama Leon Gu ini sebenarnya mau apa sih? Tadi sore mereka baru berpisah dalam kondisi bertengkar, lalu barusan ia baru saja tau dia merupakan tetangganya. Sekarang, dia mau diinapkan di rumahnya! Ah, sungguh sialan!
Setelah menutup pintu, Valerie Pei menatap ke arah kamar mandi dengan pasrah.
“Nona Pei, sebenarnya tidak etis buat kita untuk memperbincangkan pimpinan keluarga Gu, tetapi Tuan Gu sangatlah baik pada Ellie. Kalau ia tidak melakukan kesalahan yang sungguh tidak bisa dimaaafkan, bersikaplah toleran pada dia dan izinkan dia tinggal semalam.” Sekarang, asisten rumah si wanita malah membela si pria.
Valerie Pei membuang nafas panjang. Leon Gu memang sangat baik pada Ellie, bahkan saking baiknya sampai ingin merebut hak asuhnya! Soal melakukan kesalahan, ia sempat bilang pria itu tidak pernah salah, sebab semua kesalahan adalah dia sendiri yang lakukan. Waktu itu, ia bertutur begini demi menyindir sikapnya yang selalu ingin menang sendiri. Tidak disangka kata-kata ini bisa jadi bumerang!
“Kamu balik kamar saja. Semua ini biarlah aku urus sendiri.”
Valerie Pei tidak memberi jawaban yang jelas karena memang tidak tahu harus bilang apa. Yang jelas, hal terpenting untuknya sekarang adalah mempertahankan Ellie di sisi.
Soal hal-hal lain, bahkan soal apakah dirinya akan balikan dengan Leon Gu, ia tidak tertarik memusingkannya di waktu ini.
Asisten rumah mengangguk patuh dan pamit.
Valerie Pei berdiri di tempat. Dalam bermenit-menit, wanita itu tidak mau ke kamar mandi.
Bang! Prang! Dua suara tajam dari kamar mandi terdengar di telinga Valerie Pei. Ia pun mengerutkan kening. Apa lagi yang dilakukan pria mabuk itu?
Si wanita berjalan ke pintu kamar mandi. Dari sana, ia bisa melihat Leon Gu membenamkan kepala di wastafel sembari membasahinya dengan air dingin yang deras dari keran. Sabun cuci tangan dan lap tangan, yang biasa ia letakkan di pojok wastafel, kelihatannya sudah disapukan ke lantai oleh tamunya yang menyebalkan.
Hatinya akhirnya tergerak, Valerie Pei segera menghampirinya dan mematikan keran. Ia sehabis itu mengambilkan handuk kering buatnya. Akan tetapi, ia memberikan handuk itu hanya dengan dilempar ke mukanya. Ia ogah membantunya mengelap, idih!
Wajahnya tiba-tiba tertutup sesuatu, Leon Gu langsung mengibaskan tangan untuk menjatuhkannya dan membuka keran lagi. Kali ini, yang ia alirkan adalah keran air panas. Sebelum membasahi wajah dengan air itu, Leon Gu melepaskan jas dan dasi terlebih dahulu. Tempat ini serasa kamar mandinya sendiri……
Setelah “ritual” aneh berlangsung selama setengah menit, Leon Gu mematikan kera dan membuka atasan. Ia terlihat seperti mau membersikan mulut dan wajah. Waktu ingin gosok gigi, ia mengambil sikat gigi dan pasta gigi Allie. Si pria tentu mengira keduanya itu punya ia sendiri!
“Mengapa…… mengapa sikat giginya jadi kecil?” Leon Gu mengangkat sikat gigi yang dipegangnya dengan penasaran. Gila, ketika ia mabuk, sikat gigi bahkan tertarik mengusiknya kah?
Si pria menatap ke cermin. Tersada ada dua sosok bayangan di sana, ia langsung kaget setengah mati. Saking kagetnya, sikat gigi yang lagi dipegangnya bahkan sampai jatuh. Gila, mabuk minuman keras memang bisa membuat semua hal terjadi. Sungguh menyeramkan!
Tetapi, tatapannya tiba-tiba berubah lembut. Selain kelembutan, tatapan itu pada saat bersamaan juga menyiratkan keterlukaan. Ia mengelus bayangan Valerie Pei di cermin.
“Apakah hanya…... hanya dalam mimpiku…… kamu baru…... selembut dan seperhatian ini…… padaku?” Leon Gu tertawa tidak berdaya. Suara tawanya itu dengan tajam menggetarkan hati si Valerie Pei. Pria macam apa ini, siang-siangnya kasar pada dirinya dan malam-malamnya sok terluka? Bukankah seharusnya ia sendiri yang terluka? Pria yang pernah dicintainya telah berusaha merebut hak asuh anak darinya, padahal anak itu jelas-jelas keluar dari rahimnya!
“Mengapa kamu tidak percaya…… aku ingin anak kita…… juga sangat ingin kamu?” Sambil mengusap bayangan wajah si wanita, si pria melontarkan isi hatinya. Tetapi, si pemilik bayangan tubuh itu tidak mau dengar sama sekali. Ia tidak mau pulang ke sisinya, seribu persen tidak!
“Kamu bilang kamu ingin merawat Nathan Xia, lalu kamu meninggalkan aku. Pernahkah kau berpikir…… aku juga butuh dirawat olehmu? Empat tahun, aku sudah menunggumu selama empat tahun. Kita baikan dan kamu kembali padaku, oke?”
Baikan? Valerie Pei menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan perasaan. Ia tidak mau melihat ekspresi terluka Leon Gu di cermin. Pria ini adalah pria yang punya satu kepribadian di siang hari, lalu punya satu kepribadian lain di malam hari. Kalau ia kali ini memilih untuk mengiyakan ajakannya, ia tidak tahu akan jadi apa ia nanti.
Si wanita takut…… Ia takut, kalau ia memilih memberikan dirinya dan Leon Gu satu kesempatan untuk bersama lagi, yang mereka dan keluarga mereka masing-masing dapatkan bukanlah kebahagiaan, melainkan kemelaratan.
Valerie Pei tidak memiliki keberanian untuk mencintai pria ini lagi. Mencintainya akan menghabiskan seluruh kekuatan tubuhnya, bahkan juga mengikis hatinya yang rentan.
Satu hal lagi, ia juga tidak bisa membantah bahwa cintanya pada Leon Gu lebih sedikit daripada cinta Naomi Ye. Ia tidak bisa melepaskan semuanya hanya demi si pria. Alasannya, di dalam dunianya, cinta bukanlah sesuatu yang paling ia inginkan.
Ketika Valerie Pei larut dalam renungan, Leon Gu sudah berbalik badan. Melihat bayangan wanita idamannya yang agak kabur, pria itu datang dan memeluknya.
“Hehe, ternyata mimpi bisa begitu nyata. Sensasinya sangat betulan……” Si pria bersandar di di leher si wanita dan memberikan nafas panas buatnya. Seperti siang tadi, ia juga memberikan ciuman padanya. Dengan sensasi diselimuti aroma tubuh Leon Gu, Valerie Pei jadi panik sendiri.
“Leon Gu, kamu mabuk.” Ia mendorongnya kuat-kuat, lalu berlari ke keran shower dan menyalakan air dingin. Dengan debit air maksimal, Valerie Pei mengarahkan kepala shower ke tubuh Leon Gu. Jika dia pada titik ini masih belum sadar diri juga, jangan salahkan ia kalau harus mengusirnya!
Novel Terkait
Hei Gadis jangan Lari
SandrakoBeautiful Love
Stefen LeeCinta Yang Terlarang
MinnieMy Only One
Alice SongIstri kontrakku
RasudinInnocent Kid
FellaHalf a Heart
Romansa UniverseDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)