Diamond Lover - Bab 267 Tinggal di Sebelah

Malam harinya, Handy Ji makan di tempat Valerie Pei. Di tengah makan, ia sempat mengabarkan bahwa ia sudah menemukan rumah baru. Dalam beberapa hari berselang, setelah memindahkan barang-barangnya, pria itu juga ingin mengajak si wanita dan Ellie buat berkunjung. Soal urusan di The Tea House, keduanya sama-sama diam. Handy Ji menemani Ellie tidur sehabis makan, lalu pergi setelah yang ditemaninya itu terlelap.

Setelah mengantar si pria ke depan pintu, Valerie Pei menengok sejenak kamar Ellie. Sesudahnya, ia kembali ke kamarnya sendiri. Wanita itu berencana untuk membaca dua berkas lagi, lalu tidur.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam ketika kedua dokumen sudah dibaca. Sebelum tidur, Valerie Pei keluar kamar untuk minum segelas air. Tempat tinggalnya ini sangatlah strategis dan nyaman. Jendela yang ada di ruang tamunya sangat panjang dan lebar, jadi orang yang ada di dalam bisa melihat seluruh pemandangan Kota S dari situ. Pemandangan malamnya sangat indah, namun di tengah kota penuh gemerlap ini, Valerie Pei berpikir tentang betapa tidak berdayanya dia……

Merasa dirinya belakangan banyak terluka, Valerie Pei tersenyum kecut. Setelah meminum air, ia bersiap untuk kembali ke kamar dan tidur. Di hari baru esok, si wanita berharap bisa mengalami hal-hal yang baik dan menyenangkan!

Namun, sebelum tiba di kamar, wanita itu mendengar suara orang menekan-nekan nomor sandi di luar. Valerie Pei seketika merasa waspada. Mungkinkah orang yang lagi mengutak-atik sandi rumahnya ini adalah orang jahat? Tetapi, pengamanan di sini sangatlah baik. Kalau bukan penghuni rumah, setiap orang yang masuk dan keluar akan dicatat……

Tanpa berpikir panjang, si wanita langsung mengambil kemoceng yang diletakkan dekat pintu. Ah, bisa apa sih sebuah kemoceng saat berhadapan dengan orang?

Dari lubang intip pintu, Valerie Pei tidak melihat satu orang pun di depan. Yang jadi masalah, lampu luar, yang bakal menyala tiap sensornya mendengar suara, berada dalam keadaan nyala. Itu berarti memang ada orang di luar, hanya ia saja yang tidak melihatnya. Selama dirinya menganalisis situasi, suara pencetan nomor sandi di depan tidak terputus sama sekali. Jelas, orang itu tidak tahu kata sandinya.

Si wanita makin lama makin ketakutan. Ia bukan mengkhawatirkan dirinya sendiri, melainkan mengkhawatirkan Ellie. Kalau sesuatu terjadi pada si anak, ia akan merasa jauh lebih tersakiti dibanding bila dirinya sendiri yang kenapa-kenapa.

Sebagai pengganti kemoceng, Valerie Pei mengambil pisau berukuran sedang dari dapur. Tidak hanya itu, ia juga memanggil asisten rumah yang tinggal menetap.

“Nona Pei, mau lapor polisi?” Yang dipanggil bertanya gugup.

“Telepon pos satpam dulu deh, bilang ada orang aneh di depan pintu kita.” Satpam-satpam kompleks ini lumayan terlatih. Kemampuan mereka sama sekali tidak kalah dari personel polisi.

Asisten rumah buru-buru menghubungi pos satpam. Utusan mereka tidak lama kemudian datang, sementara orang di luar masih terus menekan-nekan nomor sandi.

Melihat kedatangan satpam, Valerie Pei baru berani membuka pintu. Tetapi, sesaat setelah pintu terbuka, wanita itu langsung tercengang sejadi-jadinya. Orang aneh ini adalah Leon Gu. Pria itu sedang berada dalam kondisi mabuk berat!

“Nona Pei, Tuan Gu adalah penghuni rumah sebelah. Ia mungkin tidak sengaja menekan nomor sandi rumahmu saat mabuk, maaf.” Satpam terus berucap kata maaf.

“Tunggu, ia tinggal di sebelah?” Si wanita mengira dirinya salah dengar. Bagaimana ia tidak tahu bahwa Leon Gu tinggal di sebelah? Orang yang ia jumpai setiap kali keluar rumah terlihat sebagai asisten rumah. Ups, tunggu, rasa-rasanya tidak begitu mirip dengan seorang asisten rumah!

“Iya. Mungkin Tuan Gu selalu pulang malam, jadi Nona tidak tahu hal ini. Semua ini kesalahpahaman saja.” Satpam melanjutkan penjelasan, namun benak yang diberi penjelasan sudah kelewat kacau.

“Tuan Gu, Tuan Gu?” Satpam tersenyum tidak enak hati pada Valerie Pei, lalu berjongkok untuk menanyai Leon Gu yang telah tertidur di lantai. Jelas, tanggapan apa pun tidak ia peroleh.

Si wanita sama sekali tidak tergerak untuk mengurusi si pria. Bagaimana pun juga rumah sebelah ada rumahnya, jadi kalau tidur di luar, Leon Gu tidak akan mengalami apa pun yang serius. Ia sebaliknya malah penasaran, apa maksud si pria bertetangga dengannya? Apakah agar mudah bertemu Ellie?

Bila memang itu motifnya, perencanaan Leon Gu sungguh luar biasa. Pria itu pindah ke sebelah ketika ia baru menjalani hari keduanya di sini, jadi harusnya rencana kepindahan dia sudah dirancang lebih awal. Rumah ini sendiri adalah Javiar Pei yang sarankan untuk beli. Javiar Pei tidak familiar pada area ini, juga berteman akrab dengan Christian Huo dan Mario Yin……

Astaga, mereka semua adalah orang-orang Leon Gu!

Terpikir soal ini, hati Valerie Pei jadi sangat tidak senang! Ia ingin langsung menutup pintu dan melupakan semua yang lagi berlangsung.

“Nona Pei, kamu tidak mau membiarkan Tuan Gu masuk rumahmu? Mabuknya terlihat sangat parah.” Asisten rumah si wanita pernah menerima kedatangan Leon Gu beberapa kali. Tamu itu sangat baik pada Ellie, jadi ia sangat ingat dengannya.

Valerie Pei menatap Leon Gu yang terbaring di lantai. Hatinya terus mengatakan tidak!

“Tidak. Punya rumah sendiri kok tidak pulang ke sana, dasar aneh.” Ketika pintu sudah mulai didorong, jalurnya tiba-tiba ditahan oleh satu kaki si pria. Alhasil, pintu tidak bisa bergerak lagi.

Walau dilakukan dengan tidak sadar, tingkah Leon Gu membuat Valerie Pei jadi makin gusar. Ia sangat ingin menendang punggungnya kencang-kencang, namun berhubung dirinya diperhatikan oleh satpam, ia hanya bisa mendorong dengan sopan.

“Nona Pei kenal Tuan Gu? Bagus kalau begitu, biarkanlah dia menginap di rumahmu untuk satu malam. Dengan kondisi begini, Tuan Gu mustahil bisa pulang ke rumahnya sendiri.” Sambil tersenyum, penjaga keamanan membuat pengajuan pada Valerie Pei.

“Di rumah kami hanya ada tiga wanita. Rasa-rasanya kurang bagus kalau kami mempersilahkan seorang pria bermalam.” Si wanita memblokir pintu tanda sedang menolak.

Satpam berada dalam situasi sulit. Penuturan wanita ini sangat masuk akal, namun mana mungkin seseorang seperti Leon Gu ia biarkan tidur di pos satpam?

“Silahkan kalian urus dia. Kalau dia sampai mengutak-atik sandi pintuku lagi, aku akan membuat laporan ke pihak pengelola…...” Belum kelar Valerie Pei berbicara, Leon Gu tiba-tiba bangkit berdiri dan berlari ke kamar mandi rumahnya sembari menutup mulut.

Berhubung sudah beberapa kali datang, si pria sangat familiar dengan denah rumah si wanita. Apalagi, penataan rumah ini juga sangat mirip dengan rumahnya. Setelah langsung menemukan kamar mandi, Leon Gu muntah-muntah di kloset.

“Nona Pei, kalian bagaimana pun juga merupakan tetangga. Aku berani menjamin kepribadian Tuan Gu. Ia tidak mungkin melakukan apa-apa pada kalian, jadi biarlah ia bermalam sehari di tempatmu. Terima kasih.” Satpam itu sekarang jadi mirip pengawal pribadi Leon Gu. Setelah memohon begini, ia bergegas pergi tanpa sepatah kata pamit pun.

Valerie Pei jadi pusing tujuh keliling. Pria bernama Leon Gu ini sebenarnya mau apa sih? Tadi sore mereka baru berpisah dalam kondisi bertengkar, lalu barusan ia baru saja tau dia merupakan tetangganya. Sekarang, dia mau diinapkan di rumahnya! Ah, sungguh sialan!

Setelah menutup pintu, Valerie Pei menatap ke arah kamar mandi dengan pasrah.

“Nona Pei, sebenarnya tidak etis buat kita untuk memperbincangkan pimpinan keluarga Gu, tetapi Tuan Gu sangatlah baik pada Ellie. Kalau ia tidak melakukan kesalahan yang sungguh tidak bisa dimaaafkan, bersikaplah toleran pada dia dan izinkan dia tinggal semalam.” Sekarang, asisten rumah si wanita malah membela si pria.

Valerie Pei membuang nafas panjang. Leon Gu memang sangat baik pada Ellie, bahkan saking baiknya sampai ingin merebut hak asuhnya! Soal melakukan kesalahan, ia sempat bilang pria itu tidak pernah salah, sebab semua kesalahan adalah dia sendiri yang lakukan. Waktu itu, ia bertutur begini demi menyindir sikapnya yang selalu ingin menang sendiri. Tidak disangka kata-kata ini bisa jadi bumerang!

“Kamu balik kamar saja. Semua ini biarlah aku urus sendiri.”

Valerie Pei tidak memberi jawaban yang jelas karena memang tidak tahu harus bilang apa. Yang jelas, hal terpenting untuknya sekarang adalah mempertahankan Ellie di sisi.

Soal hal-hal lain, bahkan soal apakah dirinya akan balikan dengan Leon Gu, ia tidak tertarik memusingkannya di waktu ini.

Asisten rumah mengangguk patuh dan pamit.

Valerie Pei berdiri di tempat. Dalam bermenit-menit, wanita itu tidak mau ke kamar mandi.

Bang! Prang! Dua suara tajam dari kamar mandi terdengar di telinga Valerie Pei. Ia pun mengerutkan kening. Apa lagi yang dilakukan pria mabuk itu?

Si wanita berjalan ke pintu kamar mandi. Dari sana, ia bisa melihat Leon Gu membenamkan kepala di wastafel sembari membasahinya dengan air dingin yang deras dari keran. Sabun cuci tangan dan lap tangan, yang biasa ia letakkan di pojok wastafel, kelihatannya sudah disapukan ke lantai oleh tamunya yang menyebalkan.

Hatinya akhirnya tergerak, Valerie Pei segera menghampirinya dan mematikan keran. Ia sehabis itu mengambilkan handuk kering buatnya. Akan tetapi, ia memberikan handuk itu hanya dengan dilempar ke mukanya. Ia ogah membantunya mengelap, idih!

Wajahnya tiba-tiba tertutup sesuatu, Leon Gu langsung mengibaskan tangan untuk menjatuhkannya dan membuka keran lagi. Kali ini, yang ia alirkan adalah keran air panas. Sebelum membasahi wajah dengan air itu, Leon Gu melepaskan jas dan dasi terlebih dahulu. Tempat ini serasa kamar mandinya sendiri……

Setelah “ritual” aneh berlangsung selama setengah menit, Leon Gu mematikan kera dan membuka atasan. Ia terlihat seperti mau membersikan mulut dan wajah. Waktu ingin gosok gigi, ia mengambil sikat gigi dan pasta gigi Allie. Si pria tentu mengira keduanya itu punya ia sendiri!

“Mengapa…… mengapa sikat giginya jadi kecil?” Leon Gu mengangkat sikat gigi yang dipegangnya dengan penasaran. Gila, ketika ia mabuk, sikat gigi bahkan tertarik mengusiknya kah?

Si pria menatap ke cermin. Tersada ada dua sosok bayangan di sana, ia langsung kaget setengah mati. Saking kagetnya, sikat gigi yang lagi dipegangnya bahkan sampai jatuh. Gila, mabuk minuman keras memang bisa membuat semua hal terjadi. Sungguh menyeramkan!

Tetapi, tatapannya tiba-tiba berubah lembut. Selain kelembutan, tatapan itu pada saat bersamaan juga menyiratkan keterlukaan. Ia mengelus bayangan Valerie Pei di cermin.

“Apakah hanya…... hanya dalam mimpiku…… kamu baru…... selembut dan seperhatian ini…… padaku?” Leon Gu tertawa tidak berdaya. Suara tawanya itu dengan tajam menggetarkan hati si Valerie Pei. Pria macam apa ini, siang-siangnya kasar pada dirinya dan malam-malamnya sok terluka? Bukankah seharusnya ia sendiri yang terluka? Pria yang pernah dicintainya telah berusaha merebut hak asuh anak darinya, padahal anak itu jelas-jelas keluar dari rahimnya!

“Mengapa kamu tidak percaya…… aku ingin anak kita…… juga sangat ingin kamu?” Sambil mengusap bayangan wajah si wanita, si pria melontarkan isi hatinya. Tetapi, si pemilik bayangan tubuh itu tidak mau dengar sama sekali. Ia tidak mau pulang ke sisinya, seribu persen tidak!

“Kamu bilang kamu ingin merawat Nathan Xia, lalu kamu meninggalkan aku. Pernahkah kau berpikir…… aku juga butuh dirawat olehmu? Empat tahun, aku sudah menunggumu selama empat tahun. Kita baikan dan kamu kembali padaku, oke?”

Baikan? Valerie Pei menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan perasaan. Ia tidak mau melihat ekspresi terluka Leon Gu di cermin. Pria ini adalah pria yang punya satu kepribadian di siang hari, lalu punya satu kepribadian lain di malam hari. Kalau ia kali ini memilih untuk mengiyakan ajakannya, ia tidak tahu akan jadi apa ia nanti.

Si wanita takut…… Ia takut, kalau ia memilih memberikan dirinya dan Leon Gu satu kesempatan untuk bersama lagi, yang mereka dan keluarga mereka masing-masing dapatkan bukanlah kebahagiaan, melainkan kemelaratan.

Valerie Pei tidak memiliki keberanian untuk mencintai pria ini lagi. Mencintainya akan menghabiskan seluruh kekuatan tubuhnya, bahkan juga mengikis hatinya yang rentan.

Satu hal lagi, ia juga tidak bisa membantah bahwa cintanya pada Leon Gu lebih sedikit daripada cinta Naomi Ye. Ia tidak bisa melepaskan semuanya hanya demi si pria. Alasannya, di dalam dunianya, cinta bukanlah sesuatu yang paling ia inginkan.

Ketika Valerie Pei larut dalam renungan, Leon Gu sudah berbalik badan. Melihat bayangan wanita idamannya yang agak kabur, pria itu datang dan memeluknya.

“Hehe, ternyata mimpi bisa begitu nyata. Sensasinya sangat betulan……” Si pria bersandar di di leher si wanita dan memberikan nafas panas buatnya. Seperti siang tadi, ia juga memberikan ciuman padanya. Dengan sensasi diselimuti aroma tubuh Leon Gu, Valerie Pei jadi panik sendiri.

“Leon Gu, kamu mabuk.” Ia mendorongnya kuat-kuat, lalu berlari ke keran shower dan menyalakan air dingin. Dengan debit air maksimal, Valerie Pei mengarahkan kepala shower ke tubuh Leon Gu. Jika dia pada titik ini masih belum sadar diri juga, jangan salahkan ia kalau harus mengusirnya!

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu