Diamond Lover - Bab 266 Jangan Kemari
Leon Gu tidak menyangka Valerie Pei akan menangis. Ia sendiri belum bilang yang macam-macam, sementara mata si wanita sudah memerah dan tangisannya pun makin menjadi-jadi.
“Jangan menangis.” Si pria menyodorkan sapu tangan dengan hati terenyuh. Kalau dihitung-hitung, Valerie Pei tidak pernah menangis lebih dari lima kali di depannya. Leon Gu pun merenung apakah dirinya telah bertindak berlebihan atau bagaimana.
Valerie Pei menerima sapu tangan, lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju jendela. Di sana, ia menangis dengan posisi membelakangi Leon Gu bagai tidak ingin terlihat kalah telak darinya. Wanita itu sendiri juga tidak ingin menangis, namun air matanya semakin tidak bisa tertahankan ketika dirinya semakin banyak bicara. Ia tidak merasa lemah, tetapi mengapa dirinya begini ya!
Dirinya itu…… tiap diperlakukan agresif oleh Leon Gu, pasti bakal langsung runtuh.
Melihat bahu Valerie Pei yang bergetar, paru-paru si pria terasa penuh. Ia bangkit berdiri dan berjalan ke belakangnya, namun tidak meletakkan tangan di pundaknya. Bukankah situasi ini ia yang sebabkan sendiri?
Ia sudah membuatnya menangis. Kalau ia sekarang ingin menenangkan dan menghiburnya, bukankah ia akan terkesan seperti berkepribadian ganda?
Leon Gu berdiri di belakang Valerie Pei untuk waktu yang lama. Di sana, ia mendengarkan suara isakan hidung dan tarikan ingus si wanita. Sebenarnya, ia tidak merasa diamnya mereka sekarang adalah sesuatu yang tidak baik. Namun, konsekuensi yang harus dibayar bila mereka diam-diaman begini kedepannya akan terlalu tinggi.
Setelah menata suasana hati, Valerie Pei menghela nafas panjang. Ia kini sudah siap untuk lanjut bicara baik-baik dengan Leon Gu. Wanita itu berharap mereka sebisa mungkin tidak ke pengadilan, sebisa mungkin jangan……
“Ah——” Berbalik badan tanpa mengetahui Leon Gu berdiri persis di belakang, Valerie Pei langsung dibuat kaget oleh sosoknya. Wanita itu refleks memundurkan punggung, sementara yang ada di belakangnya adalah kaca jendela. Ketika ia mengira kepalanya akan terbentur ke kaca, kepala itu malah ditahan tangan besar yang hangat. Ia pun selamat dari risiko insiden ini.
Kemudian, Valerie Pei menyadari bahwa dirinya dan Leon Gu sekarang bersandaran dalam posisi tubuh yang aneh.
Si pria menjadikan satu tangannya sebagai bantalan kepala si wanita, sementara satu tangannya lagi dilingkarkan ke pinggangnya. Kalau Valerie Pei, berhubung tadi memundurkan punggung, sekujur tubuhnya kini tersandar ke jendela. Supaya bisa menahannya dengan kokoh, Leon Gu menempelkan seluruh tubuhnya ke tubuh dia……
Walau Valerie Pei pada akhirnya tidak kenapa-kenapa, Leon Gu belum juga melepaskannya. Alhasil, wanita itu berinisiatif untuk mendorongnhya duluan. Baiklah, Valerie Pei mau tidak mau harus mengaku, jantungnya berdebar kencang dengan jarak mereka yang seintim ini.
Sekujur tubuh Valerie Pei diselimuti hawa nafas Leon Gu. Dalam kondisi begini, peluangnya untuk kabur adalah nihil.
Bagai ingin mengingat seluruh fitur wajahnya, si pria menatap si wanita dalam-dalam. Wanita di depannya ini adalah wanita yang ia pikirkan siang dan malam. Selama lebih dari seribu hari, dia juga telah menjadi bagian penting dari kehidupannya. Mereka akhirnya bisa berjarak sedekat ini lagi, namun ia merasa sosok Valerie Pei berada di titik yang sangat jauh.
Tiba-tiba, Valerie Pei berpikir bahwa Leon Gu lagi mirip seekor singa buas yang memecahkan kandang yang telah ia kunci rapat. Kenangannya dengan pria ini sudah ia pendam sedalam mungkin, namun hatinya sekarang kembali dibuat terombang-ambing olehnya. Wanita itu sangat takut dengan pemikiran ini. Ia jelas-jelas sudah melupakannya, namun ketika menatap kedua matanya di jarak sedekat ini, mengapa dia masih terpesona?
“Leon Gu, lepaskan…...” Belum kelar bicara, bibir Valerie Pei sudah “diserang” sesuatu. Sisa kata-katanya pun terdengar bagai rengekan yang tidak jelas.
Ia membelalakkan mata, lalu melihat mata Leon Gu yang tertutup dan bulu-bulu matanya yang tipis berjarak makin dekat. Dalam mimpi-mimpi yang ia ingat, dengan posisi begini, sip ria selalu mencium bibirnya dengan lembut.
Sayang, adegan-adegan mesra itu hanya muncul dalam mimpi buruk. Di dalam setiap mimpi, dengan raut menertawakan, ia dan Leon Gu mengamati orang-orang yang dicintainya semakin menua. Hanya dalam beberapa detik, ia bakal langsung terbangun dengan sekujur tubuh yang penuh keringat. Sementara itu, si pria ia kubur dalam-dalam sampai tidak menyisakan jejak.
“Jangan——” Bagai hewan kecil yang dilukai, Valerie Pei mendorong Leon Gu sekuat tenaga. Ia lalu menyandarkan tubuh ke jendela semaksimal mungkin. Pada momen ini, air mata yang sudah ia simpan mengalir keluar lagi. Matanya dipenuhi kepanikan.
Tubuh Leon Gu mundur karena didorong. Ketika kembali berdiri dengan kokoh, yang menjadi fokus matanya adalah sosok Valerie Pei yang melihatnya dengan penuh antisipasi. Wanita itu sepertinya takut ia maju walau untuk sekian milimeter.
Pria itu pun terhenyak. Ia barusan hanya memberinya satu ciuman, bagaimana bisa dia langsung ketakutan sampai seperti ini? Sebegitu kuatkah kebencian dia pada dirinya? Atau, jangan-jangan, Valerie Pei bersikap begini untuk menjaga kesucian dirinya buat tidur dengan Handy Ji?
Leon Gu maju selangkah. Ia ingin menghiburnay sekali lagi. Ah, segala sesuatu tentang Valerie Pei hari ini membuatnya merasa sangat iba……
“Jangan kemari——” Valerie Pei mengangkat tangan untuk menahan. Jika pria ini datang lagi padanya, ia takut ketegaran yang sudah ia bangun susah payah akan hancur begitu saja.
Leon Gu, yang kembali menghadapi penolakan, terhenyak lagi. Di depan Valerie Pei, ia selalu merendahkan diri hanya untuk memintanya kembali ke sisinya. Selain pada si wanita, si pria tidak pernah merendah sampai begitu rupa. Itu semua ia lakukan hanya demi satu hal, yaitu cintanya.
Berkali-kali ditolak, sekuat apa pun hati Leon Gu, hati itu akan hancur, lalu akhirnya membulatkan tekad untuk pergi.
Baiklah…… Kalau Valerie Pei sudah tidak ada harapan untuk kembali, Leon Gu ingin fokus untuk setidaknya mendapatkan hak asuh Ellie. Ini adalah pola pikir khas si pria. Ketika tidak bisa mendapatkan keuntungan maksimal, ia harus meminimalisir kerugian……
“Kalau kamu begini, kita tidak bisa melanjutkan diskusi. Silahkan berdiskusi dengan detail bersama pengacaraku di lain hari.” Si pria bertutur sembari mengendalikan emosi sebaik mungkin. Setelah berucap begini, ia berbalik badan dan pergi.
Tubuh Valerie Pei terjatuh lemah ke lantai dengan kaca sebagai sandaran. Bunyi pintu ditutup kencang-kencang lalu membuatnya kaget.
Ia paham, Leon Gu kali ini benar-benar marah. Lebih-lebih, kemarahannya ini ia yang buat.
Mau bagaimana lagi? Ia tidak menyangka si pria bakal menciumnya tiba-tiba, juga tidak menyangka dirinya nyaris jatuh dalam keasyikan ciuman. Ah, Valerie Pei memang selalu memandang remeh perasaannya pada dia.
Mungkin, kepergiannya yang penuh kemarahan ini adalah sesuatu yang akan sangat positif. Dengan pergi begini rupa, seharusnya kecil kemungkinan bagi si pria untuk kembali mengusik dirinya. Walau begitu, Valerie Pei saat ini tidak punya energi untuk memikirkan hal-hal lain. Wanita itu tidak bisa bergerak, tubuhnya juga sangat sakit. Ia tahu setiap kali ia melihat Leon Gu, ia harus mengerahkan tenaga yang sangat besar untuk memapah diri. Entahlah kapan luka yang kali ini akan sembuh……
Valerie Pei menertawai diri sendiri. Dirinya, yang dulu punya ketegaran yang sulit ditaklukkan, sekarang telah berubah jadi orang yang tidak mampu menyerah balik. Lebih tragisnya lagi, ia tidak mampu mengubah kondisi ini sedikit pun.
Beberapa lama kemudian, si wanita mendengar dering ponsel. Dengan tangan yang berpegangan pada jendela, wanita itu berusaha bangkit berdiri. Sialnya, karena duduk terlalu lama, satu kakinya seketika mati rasa. Karena lagi memakai sepatu hak tinggi, engkel kakinya pun langsung tertekuk.
Valerie Pei mengangkat telepon dengan suasana hati yang kacau.
“Little Valerie, kamu di mana? Mengapa sampai sekarang belum pulang juga?” Yang menghubunginya adalah Handy Ji. Pria itu tidak melihatnya di kantor sejak sore, lalu juga tidak menemukannya sepulang ke rumah si wanita. Saking lamanya ditinggal sendirian, Ellie bahkan sampai mendesaknya untuk telepon.
Si wanita mengusap rambut. Dalam hati, ia bertanya-tanya dengan bingung di mana dirinya sekarang. Di tengah kebingungan itu, nama toko yang tercetak di poci teh menarik perhatiannya.
“Aku di The Tea House.” Suara Valerie Pei yang agak serak membuat Handy Ji jadi curiga sesuatu telah terjadi padanya.
“Tunggu di sana, aku segera jemput kamu.”
Tanpa menunggu respon si wanita, si pria buru-buru menutup telepon. Sungguh, nada bicara Valerie Pei di telepon tadi terdengar sangat tidak baik. Kalau tidak salah tebak, pasti semua ini ada hubungannya dengan Leon Gu. Setiap berjumpa dengan pria itu, wanita yang sudah ia anggap sebagai miliknya ini memang akan jadi teramat rapuh……
Berhubung sekarang juga saat-saat yang menentukan soal hak asuh Ellie, Handy Ji jadi semakin khawatir pada Valerie Pei. Setelah menyuruh asisten rumah untuk menjaga si anak, ia langsung memakai mantel dan mengegas mobil ke The Tea House.
Valerie Pei mendengar nada telepon diputus di seberang. Oke, Handy Ji akan segera tiba untuk menjemputnya, jadi ia harus kembali duduk di kursi. Sebelum batang hidungnya terlihat, ia juga ingin merapikan diri semaksimal dan senormal mungkin.
Setelah perbincangan yang berakhir kacau ini, Valerie Pei tidak tahu bagaimana harus berbicara dengan Leon Gu lagi. Ia sama sekali tidak ingin melangkah sampai ke pengadilan. Kalau harus berseteru secara hukum dengan seseorang yang pernah ia cintai, kalau pun nanti menang, ia tidak akan merasa bahagia.
Satu hal lagi, dampak semua hal ini pada Ellie pasti tidak kecil. Bagaimana ia harus membiarkannya tumbuh dalam lingkungan begini?
Sebelum si wanita memperoleh jawaban dari semua pertanyaannya, Handy Ji sudah tiba. Ia melihat Valerie Pei duduk dengan lingung seolah lagi memikirkan sesuatu. Terus, di meja juga ada sebuah sapu tangan yang ia yakin bukan miliknya.
Ia perlahan menghampirinya dan menepuk lembut bahunya: “Ada apa? Semua lancar-lancar?”
Valerie Pei menoleh dan melihat wajah Handy Ji yang penuh kekhawatiran. Ah, ia sudah kembali memberikan beban pikiran padanya. Wanita itu jadi tidak enak hati.
“Tidak ada masalah yang besar, namun pembicaraan dengan Leon Gu macet lagi. Aku khawatir pada akhirnya kami harus berkasus di pengadilan.” Valerie Pei mengangkat bahu dengan pasrah.
Si pria duduk di sebelah si wanita. Dengan gerakan yang terhitung alami, ia mengenggam tangannya dan merespon: “Kamu tidak berencana menceritakan ini pada kakek? Ia tidak akan membiarkan kakakku mempertahankan ego seperti sekarang.”
“Sebaiknya jangan. Tubuh kakek tidak sehat, aku khawatir setelah diceritakan kondisinya makin parah.” Wajah Valerie Pei dipenuhi kesedihan: “Tenanglah. Semua masalah pasti akan punya jalan keluar yang ideal, dengan catatan kita terus berjuang menghadapinya.”
Handy Ji awalnya datang untuk menenangkan Valerie Pei. Tetapi, lihat sekarang, malah ia sendiri yang ditenangkan olehnya!
Sementara itu, si wanita tidak sadar tangannya digenggam si pria.
“Kalau begitu, ayo kita pulang. Ellie sudah menantimu dengan cemas.” Handy Ji sengaja mengalihkan topik soal Leon Gu. Ia tidak ingin wanita itu terus-terusan tertekan. Pada saat bersamaan, dirinya juga harus memikirkan cara memecahkan masalah ini. Meminta si kakak berhenti sepertinya tidak mungkin, jadi solusi lain wajib dicari.
Valerie Pei mengangguk. Dengan tangan yang tidak digenggam oleh Handy Ji, ia menenteng tasnya. Mereka berdua bangkit berdiri, lalu si pria jalan di depan dan si wanita jalan di belakang. Pada momen ini, ia baru sadar bahwa tangannya lagi digenggam!
Wanita itu tidak mengikuti langkah Handy Ji lagi, melainkan terdiam sembari menatap tangannya itu dengan linglung. Menyadari orang di belakang tidak ikutan jalan, si pria berbalik badan. Yang mengisi pandangannya adalah wajah aneh Valerie Pei saat mengamati tangan mereka yang bergenggaman.
Pada saat berikutnya, Valerie Pei menurunkan tangannya sendiri. Walau di antara mereka sering terjadi interaksi fisik, interaksi-interaksi itu hanyalah interaksi sesama teman. Mereka tidak pernah bergenggaman tangan dengan lama begini, jadi ia pun merasa canggung.
Handy Ji menurunkan tangannya yang kosong. Ia paham ada banyak hal yang tidak bisa diburu-buru, juga paham bahwa di hati si wanita masih ada seseorang. Walau begitu, pria itu tidak merasa kecewa sama sekali. Ia yakin waktu akan membawa perubahan, dan lebih pentingnya lagi, ia rela menanti perubahan itu dengan sabar. Kalau pun harus menunggu sampai hari tua, ia bahkan siap!
Keduanya kembali ke rumah tanpa bicara. Ketika menjumpai Ellie, Handy Ji dan Valerie Pei memasang senyum seolah tidak ada apa pun yang terjadi sebelumnya.
Novel Terkait
Habis Cerai Nikah Lagi
GibranSi Menantu Dokter
Hendy ZhangMi Amor
TakashiKisah Si Dewa Perang
Daron JayAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaPengantin Baruku
FebiThick Wallet
TessaDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)