Diamond Lover - Bab 263 Memberi Penawaran

Ketika berjumpa Henry Gu, Valerie Pei sebenarnya tidak ingin menceritakan urusannya dengan Leon Gu. Tubuh dan jiwa pria ini sudah lapuk dimakan usia. Kala dalam kondisi begini ia masih membuatnya pusing dengan urusan-urusan para keturunan, ia bisa dikatakan tidak tahu diri.

Valerie Pei berjalan ke sisi ranjang, sementara Frey Liu membantunya mengambilkan kursi. Setelah itu, atas isyarat si kakek, si asisten rumah pamit dari kamar.

Sepeninggalan Valerie Pei empat tahun lalu, Henry Gu tidak pernah berbicara baik-baik dengannya. Sekarang, kalau ia ingin menggunakan kesempatan ini untuk melakukan itu, waktunya rasa-rasanya kurang tepat.

Valerie Pei memeluk Ellie di pangkuannya dan duduk. Layaknya anak-anak lain yang tidak pernah bisa diam, anak itu langsung melompat turun pada detik berikutnya.

Setelah William Gu dan ayah wafat, si wanita semakin memahami betapa berharganya hidup. Ia tersadar bahwa semua orang dekatnya, cepat atau lambat, akan pergi. Dengan pemikiran ini, Valerie Pei setiap harinya berusaha memperlakukan mereka dengan penuh bakti.

“Kakek, aku mulai sekarang akan menyempatkan diri untuk membawa Ellie menemuimu setiap minggu. Soal perilakuku di rumah sakit waktu itu, aku sungguh minta maaf.” Si wanita mengucapkan maaf karena sempat sengaja menyembunyikan identitas Ellie dari Henry Gu. Ia sekarang sudah bisa memahami perasaan seorang tetua yang selalu berharap rumahnya dipenuhi para cucu yang berkunjung.

Waktu itu, dengan tidak acuhnya, ia mengambil Ellie dari mereka. Ia melakukan itu karena sangat menyayangi si anak, namun ia lupa bahwa keluarga Gu juga punya perasaan yang sama padanya. Bagaimana pun juga, dalam diri Ellie mengalir darah keluarga mereka.

Mendengar permintaan maaf Valerie Pei, Henry Gu merasa agak lega. Akhirnya, ia bisa melihat si wanita sepengertian ini pada dirinya. Setidak-tidaknya, kemunculan penyakitnya tidak sia-sia.

“Kamu tidak pulang ke Jerman?” Si kakek bertanya lembut. Jika tidak ada urusan tertentu, ia pikir Valerie Pei tidak akan menetap di Kota S. Dengan situasi ini, Henry Gu jadi berasumsi Leon Gu dan Valerie Pei mungkin sudah bersama lagi. Ini sebuah kabar baik. Ketika tubuhnya lagi lemah-lemah-lemahnya, kepulangan si wanita untuk mendampingi cucunya sangat menggembirakan.

“Untuk sementara tidak dulu. Pei’s Corp ada urusan di sini, aku bertanggung jawab untuk mengurusnya.” Tahu si kakek hampir pasti berasumsi yang macam-macam, si wanita langsung memperjelas situasinya.

“Baguslah.” Henry Gu tidak merasa berhak mengatur-ngaturnya. Valerie Pei seakrang bisa memilih jalan hidup sendiri, tidak ada apa pun yang bisa menghalanginya.

“Kakek, aku mau coba tanya Kakak Ethan Chen apakah dia kenal dokter yang ahli dalam penyakitmu. Dengan kondisimu yang terus kurang baik, kami selalu jadi khawatir.”

“Tidak perlu.” Henry Gu melambaikan tangan. Ia malas dicek ini dan itu, juga malas disuruh minum obat ini dan itu. Si pria tua menambahkan: “Leon Gu sudah mendatangkan banyak sekali dokter untuk berkonsultasi denganku, namun tidak ada titik terang sama sekali. Kamu tidak perlu merepotkan dirimu sendiri, sebab kamu juga harus menjaga Ellie, kan? Aku tidak mau kamu kelelahan.”

Valerie Pei ingin bertutur sesuatu, namun mengurungkan niatnya. Soal dokter, Leon Gu pasti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari. Ia yakin dia sudah menghubungi yang di luar negeri dan yang di dalam negeri.

“Sebenarnya, penyakitku ini juga sesuatu yang baik. Aku bisa menyerahkan bisnis keluarga ke Leon Gu, terus Handy Ji dan kamu sama-sama kembali.”

“Kakek, jangan bilang begitu. Handy Ji itu sebenarnya sangat rindu kamu.” Meski tidak tahu apa yang pernah terjadi di antara keluarga Handy Ji dan Henry Gu, Valerie Pei tahu pria itu sangat peduli pada si kakek. Handy Ji hanya kurang mahir mengekspresikan kepeduliannya saja…...

“Walau aku dan Leon Gu tidak punya hubungan apa-apa sekarang, Ellie tetaplah cicitmu. Aku juga ingin memperlakukanmu sebagai kakekku sendiri.”

“Haha. Waktu melihat Ellie di rumah sakit dulu, aku langsung merasa dia sangat mirip Leon Gu waktu kecil. Akhirnya, kamu sekarang bersedia mengakui statusnya.” Henry Gu tertawa. Ia paham beban yang ada di hati Valerie Pei. Bagi dia, bisa mengakui bahwa Ellie adalah cicitnya sudah merupakan sebuah kemajuan besar dalam diri si wanita.

“Mommy, apakah aku mirip Paman Leon Gu waktu masih kecil?” Si anak mengangkat kepalanya dan bertanya pada ibunya dengan mata yang terbuka lebar.

Faktanya, Valerie Pei tidak tahu seperti apa perawakan si pria ketika masih kecil. Mungkin karena dia tidak suka dipotret, ia jadi tidak pernah melihat foto lamanya.

Mendengar panggilan “Paman Leon Gu”, Henry Gu refleks menoleh ke Valerie Pei. Namun, ia tidak bertutur apa-apa.

“Iya, terutama mata. Mata kalian sangatlah mirip.” Si kakek menggantikan si wanita untuk menjawab.

Valerie Pei dengan cepat menyembunyikan kecanggungan di wajah.

Tok tok tok! Pintu kamar tiba-tiba diketuk. Valerie Pei jadi agak gelisah. Ia sungguh ingin sembunyi, ia malas bertemu anggota keluarga Gu!

“Masuk.” Henry Gu sialnya berhasil menangkap kegelisahannya. Wanita ini dulu bisa sendirian datang ke rumah keluarga Gu tanpa ketakutan apa pun, namun sekarang malah seperti mau melarikan diri.

Pintu kamar dibuka, lalu yang masuk ternyata adalah Leon Gu. Meski kekhawatirannya tidak terlaksana, si wanita malah jadi makin gelisah. Ia bahkan tidak memberi tahu Handy Ji tentang kedatangannya ke sini…… tetapi, itu tidak menutup kemungkinan Emily Gu atau para asisten rumah cerita-cerita sih.

Leon Gu melirik Valerie Pei dengan tatapan tajam. Ketika matanya beralih ke Ellie, tatapan itu seketika melembut.

“Paman Leon Gu-——” Ellie, yang tadi sudah dipangku kembali, kembali turun dari paha ibunya. Ia lalu berlari menghampiri orang yang dipanggilnya.

Soal kesukaan putrinya pada Leon Gu, Valerie Pei tidak pernah berkomentar apa-apa. Apakah gadis-gadis kecil memang punya insting untuk mencintai pria yang sedikit tampan?

Ia hanya bisa berpikir begini untuk menghibur diri.

“Paman, aku tahu kamu akan datang!” kata Ellie bangga.

“Karena kamu ada di sini, aku harus kemari.” Terhadap perubahan panggilan si anak pada dirinya, si pria dalam hati memiliki keluhan. Tetapi, di depan Henry Gu, ia hanya bisa memendamnya.

Valerie Pei tiba-tiba tertegun. Karnea kamu ada di sini, aku harus kemari…… Eits, bukankah ini sesuatu yang memang selayaknya dikatakan seorang ayah pada putrinya? Mengapa ia harus kaget?

“Kakek, dokter dari Amerika yang waktu itu sempat berinteraksi denganmu sebentar lagi akan datang. Ia akan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuhmu.” Sejujurnya, Leon Gu datang kemari hanya karena dokter itu akan tiba.

Si wanita sempat menebak begini, namun pada saat bersamaan bisa merasakan pandangan Leon Gu yang tidak ramah pada dirinya. Ia sungguh penasaran, mengapa sih si pria bersikap bermusuhan dengannya?

Apakah karena semalam ia mengaku suka Handy Ji?

Valerie Pei seketika terpikir kemungkinan lain. Leon Gu bisa jadi kemari karena khawatir dia akan bercerita pada Henry Gu soal rencana mengajukan gugatannya. Betul sih, Handy Ji juga bilang bahwa si pria belum cerita pada keluarga Gu sama sekali soal rencana ini. Ah, kemungkinan ini sangat masuk akal!

Tetapi, masa pria ini tidak pernah berpikir bahwa dia orang dewasa yang bisa menimbang sesuatu dengan cermat? Masa baginya dia mirip seorang pengadu yang tega-teganya melaporkan suatu masalah pada kakek-kakek yang setiap harinya istirahat di ranjang? Dirinya tidak setega itu!

Dengan mempertanyakan hal-hal ini, raut Valerie Pei memuram. Jadi, begini ya mindset Leon Gu pada dirinya!

“Mengapa kamu sama dengan Valerie Pei sih? Sudah mencarikan banyak sekali dokter, kalian tidak juga merasa lelah. Tubuhku ini sudah tidak bisa dipulihkan, jadi kalian tidak perlu menyusahkan diri sendiri. Dokter-dokter dari rumah sakit sekarang juga merawatku dengan baik kok.” Henry Gu tampak jauh lebih energik berkat kedatangan Ellie dan Valerie Pei.

Dengan komplain Henry Gu, Leon Gu juga tahu Valerie Pei kemari untuk menawarkan dokter padanya.

“Orangnya sudah turun dari pesawat, masa mau disuruh pulang lagi? Biarkanlah dia datang dulu, pengecekannya tidak ribet dan tidak lama.” Si cucu membujuk si kakek bagai anak kecil.

Valerie Pei paham Henry Gu menduduki posisi penting di hati Leon Gu, jadi maklumlah pria itu terus mencarikan dokter dari seluruh dunia buatnya. Di samping itu, niatnya buat memperoleh hak asuh Ellie dengan segala cara pun sangat wajar.

“Baik, baik, kali ini aku patuh.” Si kakek tidak mampu mendebat si cucu. Ia pikir, biarlah ia dicek lagi biar hati Henry Gu lebih lega. Ia sendiri tahu tubuhnya akan terus begini sampai mati nanti.

“Kakek, kami pamit biar tidak mengganggu istirahatmu ya.” Melihat kelopak mata Henry Gu sudah agak berat, Leon Gu berkata begini.

Valerie Pei juga melihatnya, jadi mengajak Ellie untuk ikut si pria keluar kamar.

Sayangnya, ia kemudian dikejutkan sesuatu. Niat hati ingin menjenguk Henry Gu seorang, eh tauhunya semua anggota keluarga Gu yang tidak bekerja malah mendatanginya. Entahlah mereka ingin melihat Ellie atau ingin melihat dirinya……

Atau bahkan untuk melihat kedua-duanya.

Melihat sosok Ellie, Ibu Gu bahagia tidak ada tara. Sejak terakhir kali berpisah dengannya di rumah sakit, ia terus merindukan si bocah. Tanpa meminta izin terlebih dahulu pada Valerie Pei, Leon Gu langsung membopong anak itu ke si wanita.

Saat ini, Valerie Pei tidak tahu bagaimana harus memanggil orang-orang ini. Ia dulu meniru panggilan-panggilan Leon Gu pada mereka. Sekarang, berhubung statusnya adalah mantan istri, ia jelas tidak berhak untuk mempertahankan panggilan-panggilan sebelumnya.

“Keluar, aku ingin bicara sesuatu denganmu.” Sebelum si wanita keburu bertegur sapa dengan mereka, Leon Gu sudah menyapukan pandangan pada setiap orang di sana dan menarik Valerie Pei keluar.

Di depan para istri keluarga Gu, Valerie Pei jadi malu sendiri ditarik begini.

Setelah memastikan tidak ada siapa pun yang ikut-ikutan keluar, Leon Gu baru bercakap, “Kamu bilang apa pada kakek? Kamu tidak lihat kondisi kesehatannya buruk? Tegakah kamu membicarakan hal-hal itu dengannya dalam kondisi begitu?”

Awalnya sudah risih karena ditarik keluar begini, Valerie Pei jadi makin kesal karena Leon Gu bertanya seperti seorang polisi yang lagi menginterogasi pelaku kejahatan. Ia pada dasarnya merupakan orang yang tidak bertemperamen baik, jadi amarahnya langsung menggebu-gebu.

“Kalau aku mengatakan hal-hal itu padanya tadi, menurutmu mungkinkah kita masih bisa berbicara di sini?” Valerie Pei mendebat Leon Gu dengan satu kalimat. Ia juga mengusap pergelangan tangannya yang merah karena barusan dicengkeram oleh dia.

Si pria berpikir sejenak. Ia kemudian sadar, mungkin dirinya yang sudah berpikir terlalu jauh. Menimbang kepribadian Henry Gu, pria itu tidak bakal pernah memusingkan sesuatu kalau baru mendengar cerita dari satu pihak.

“Leon Gu, aku pikir kita berdua harus menimbang dengan kepala dingin terkait perlu tidaknya kita ke pengadilan. Tawaran maksimalku adalah mengajak Ellie ke rumah kediaman keluarga Gu seminggu dua kali.” Si wanita pada mulanya tidak ingin anaknya berinteraksi dengan keluarga Gu, khususnya Leon Gu, sama sekali. Alhasil, penawaran ini benar-benar penawaran akhirnya.

Namun, seminggu dua kali sama sekali tidak memenuhi harapan Leon Gu.

Selalu jadi pihak yang paling diuntungkan, si pria tidak bersedia menurunkan posisi.

“Jadi, kamu mengaku bahwa Ellie adalah putriku?”

Leon Gu bersikeras menanyakan ini. Ia tadi mendengar percakapan Leon Gu dan Valerie Pei di kamar. Dengan cerdiknya, tanpa bilang bahwa Ellie adalah putrinya, wanita itu bisa langsung loncat ke fakta bahwa dia merupakan cicit Henry Gu. Sebenarnya, mengapa sih dia enggan menyebut kalimat “Ellie adalah putri Leon Gu”?

Dengan gusar, si wanita merapikan helaian-helaian rambut yang menutupi mata ke belakang telinga. Entah sejak kapan, Leon Gu terus terobsesi bertanya begini. Bagi dirinya, si pria sebenarnya bisa menemukan jawabannya sendiri. Bila Ellie bukan putrinya, buat apa dia repot-repot membawanya kemari coba?

“Iya, dia putrimu. Puas? Bisakah beralih ke topik berikutnya?”

“Karena dia adalah putriku, aku tidak akan membiarkannya memanggil orang lain, terutama adikku sendiri, sebagai “ayah”. Valerie Pei, sudah lama kukatakan padamu untuk mencari pria yang tidak berhubungan dengan keluarga Gu jika mau punya hubungan asmara lagi. Mengapa kamu tidak mau dengar?” Kata-kata Leon Gu yang intimidatif memasuki telinga Valerie Pei. Si wanita pikir dirinya salah dengar. Bagaimana kata-kata ini bisa keluar dari mulutnya?

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu