Diamond Lover - Bab 263 Memberi Penawaran
Ketika berjumpa Henry Gu, Valerie Pei sebenarnya tidak ingin menceritakan urusannya dengan Leon Gu. Tubuh dan jiwa pria ini sudah lapuk dimakan usia. Kala dalam kondisi begini ia masih membuatnya pusing dengan urusan-urusan para keturunan, ia bisa dikatakan tidak tahu diri.
Valerie Pei berjalan ke sisi ranjang, sementara Frey Liu membantunya mengambilkan kursi. Setelah itu, atas isyarat si kakek, si asisten rumah pamit dari kamar.
Sepeninggalan Valerie Pei empat tahun lalu, Henry Gu tidak pernah berbicara baik-baik dengannya. Sekarang, kalau ia ingin menggunakan kesempatan ini untuk melakukan itu, waktunya rasa-rasanya kurang tepat.
Valerie Pei memeluk Ellie di pangkuannya dan duduk. Layaknya anak-anak lain yang tidak pernah bisa diam, anak itu langsung melompat turun pada detik berikutnya.
Setelah William Gu dan ayah wafat, si wanita semakin memahami betapa berharganya hidup. Ia tersadar bahwa semua orang dekatnya, cepat atau lambat, akan pergi. Dengan pemikiran ini, Valerie Pei setiap harinya berusaha memperlakukan mereka dengan penuh bakti.
“Kakek, aku mulai sekarang akan menyempatkan diri untuk membawa Ellie menemuimu setiap minggu. Soal perilakuku di rumah sakit waktu itu, aku sungguh minta maaf.” Si wanita mengucapkan maaf karena sempat sengaja menyembunyikan identitas Ellie dari Henry Gu. Ia sekarang sudah bisa memahami perasaan seorang tetua yang selalu berharap rumahnya dipenuhi para cucu yang berkunjung.
Waktu itu, dengan tidak acuhnya, ia mengambil Ellie dari mereka. Ia melakukan itu karena sangat menyayangi si anak, namun ia lupa bahwa keluarga Gu juga punya perasaan yang sama padanya. Bagaimana pun juga, dalam diri Ellie mengalir darah keluarga mereka.
Mendengar permintaan maaf Valerie Pei, Henry Gu merasa agak lega. Akhirnya, ia bisa melihat si wanita sepengertian ini pada dirinya. Setidak-tidaknya, kemunculan penyakitnya tidak sia-sia.
“Kamu tidak pulang ke Jerman?” Si kakek bertanya lembut. Jika tidak ada urusan tertentu, ia pikir Valerie Pei tidak akan menetap di Kota S. Dengan situasi ini, Henry Gu jadi berasumsi Leon Gu dan Valerie Pei mungkin sudah bersama lagi. Ini sebuah kabar baik. Ketika tubuhnya lagi lemah-lemah-lemahnya, kepulangan si wanita untuk mendampingi cucunya sangat menggembirakan.
“Untuk sementara tidak dulu. Pei’s Corp ada urusan di sini, aku bertanggung jawab untuk mengurusnya.” Tahu si kakek hampir pasti berasumsi yang macam-macam, si wanita langsung memperjelas situasinya.
“Baguslah.” Henry Gu tidak merasa berhak mengatur-ngaturnya. Valerie Pei seakrang bisa memilih jalan hidup sendiri, tidak ada apa pun yang bisa menghalanginya.
“Kakek, aku mau coba tanya Kakak Ethan Chen apakah dia kenal dokter yang ahli dalam penyakitmu. Dengan kondisimu yang terus kurang baik, kami selalu jadi khawatir.”
“Tidak perlu.” Henry Gu melambaikan tangan. Ia malas dicek ini dan itu, juga malas disuruh minum obat ini dan itu. Si pria tua menambahkan: “Leon Gu sudah mendatangkan banyak sekali dokter untuk berkonsultasi denganku, namun tidak ada titik terang sama sekali. Kamu tidak perlu merepotkan dirimu sendiri, sebab kamu juga harus menjaga Ellie, kan? Aku tidak mau kamu kelelahan.”
Valerie Pei ingin bertutur sesuatu, namun mengurungkan niatnya. Soal dokter, Leon Gu pasti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari. Ia yakin dia sudah menghubungi yang di luar negeri dan yang di dalam negeri.
“Sebenarnya, penyakitku ini juga sesuatu yang baik. Aku bisa menyerahkan bisnis keluarga ke Leon Gu, terus Handy Ji dan kamu sama-sama kembali.”
“Kakek, jangan bilang begitu. Handy Ji itu sebenarnya sangat rindu kamu.” Meski tidak tahu apa yang pernah terjadi di antara keluarga Handy Ji dan Henry Gu, Valerie Pei tahu pria itu sangat peduli pada si kakek. Handy Ji hanya kurang mahir mengekspresikan kepeduliannya saja…...
“Walau aku dan Leon Gu tidak punya hubungan apa-apa sekarang, Ellie tetaplah cicitmu. Aku juga ingin memperlakukanmu sebagai kakekku sendiri.”
“Haha. Waktu melihat Ellie di rumah sakit dulu, aku langsung merasa dia sangat mirip Leon Gu waktu kecil. Akhirnya, kamu sekarang bersedia mengakui statusnya.” Henry Gu tertawa. Ia paham beban yang ada di hati Valerie Pei. Bagi dia, bisa mengakui bahwa Ellie adalah cicitnya sudah merupakan sebuah kemajuan besar dalam diri si wanita.
“Mommy, apakah aku mirip Paman Leon Gu waktu masih kecil?” Si anak mengangkat kepalanya dan bertanya pada ibunya dengan mata yang terbuka lebar.
Faktanya, Valerie Pei tidak tahu seperti apa perawakan si pria ketika masih kecil. Mungkin karena dia tidak suka dipotret, ia jadi tidak pernah melihat foto lamanya.
Mendengar panggilan “Paman Leon Gu”, Henry Gu refleks menoleh ke Valerie Pei. Namun, ia tidak bertutur apa-apa.
“Iya, terutama mata. Mata kalian sangatlah mirip.” Si kakek menggantikan si wanita untuk menjawab.
Valerie Pei dengan cepat menyembunyikan kecanggungan di wajah.
Tok tok tok! Pintu kamar tiba-tiba diketuk. Valerie Pei jadi agak gelisah. Ia sungguh ingin sembunyi, ia malas bertemu anggota keluarga Gu!
“Masuk.” Henry Gu sialnya berhasil menangkap kegelisahannya. Wanita ini dulu bisa sendirian datang ke rumah keluarga Gu tanpa ketakutan apa pun, namun sekarang malah seperti mau melarikan diri.
Pintu kamar dibuka, lalu yang masuk ternyata adalah Leon Gu. Meski kekhawatirannya tidak terlaksana, si wanita malah jadi makin gelisah. Ia bahkan tidak memberi tahu Handy Ji tentang kedatangannya ke sini…… tetapi, itu tidak menutup kemungkinan Emily Gu atau para asisten rumah cerita-cerita sih.
Leon Gu melirik Valerie Pei dengan tatapan tajam. Ketika matanya beralih ke Ellie, tatapan itu seketika melembut.
“Paman Leon Gu-——” Ellie, yang tadi sudah dipangku kembali, kembali turun dari paha ibunya. Ia lalu berlari menghampiri orang yang dipanggilnya.
Soal kesukaan putrinya pada Leon Gu, Valerie Pei tidak pernah berkomentar apa-apa. Apakah gadis-gadis kecil memang punya insting untuk mencintai pria yang sedikit tampan?
Ia hanya bisa berpikir begini untuk menghibur diri.
“Paman, aku tahu kamu akan datang!” kata Ellie bangga.
“Karena kamu ada di sini, aku harus kemari.” Terhadap perubahan panggilan si anak pada dirinya, si pria dalam hati memiliki keluhan. Tetapi, di depan Henry Gu, ia hanya bisa memendamnya.
Valerie Pei tiba-tiba tertegun. Karnea kamu ada di sini, aku harus kemari…… Eits, bukankah ini sesuatu yang memang selayaknya dikatakan seorang ayah pada putrinya? Mengapa ia harus kaget?
“Kakek, dokter dari Amerika yang waktu itu sempat berinteraksi denganmu sebentar lagi akan datang. Ia akan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada tubuhmu.” Sejujurnya, Leon Gu datang kemari hanya karena dokter itu akan tiba.
Si wanita sempat menebak begini, namun pada saat bersamaan bisa merasakan pandangan Leon Gu yang tidak ramah pada dirinya. Ia sungguh penasaran, mengapa sih si pria bersikap bermusuhan dengannya?
Apakah karena semalam ia mengaku suka Handy Ji?
Valerie Pei seketika terpikir kemungkinan lain. Leon Gu bisa jadi kemari karena khawatir dia akan bercerita pada Henry Gu soal rencana mengajukan gugatannya. Betul sih, Handy Ji juga bilang bahwa si pria belum cerita pada keluarga Gu sama sekali soal rencana ini. Ah, kemungkinan ini sangat masuk akal!
Tetapi, masa pria ini tidak pernah berpikir bahwa dia orang dewasa yang bisa menimbang sesuatu dengan cermat? Masa baginya dia mirip seorang pengadu yang tega-teganya melaporkan suatu masalah pada kakek-kakek yang setiap harinya istirahat di ranjang? Dirinya tidak setega itu!
Dengan mempertanyakan hal-hal ini, raut Valerie Pei memuram. Jadi, begini ya mindset Leon Gu pada dirinya!
“Mengapa kamu sama dengan Valerie Pei sih? Sudah mencarikan banyak sekali dokter, kalian tidak juga merasa lelah. Tubuhku ini sudah tidak bisa dipulihkan, jadi kalian tidak perlu menyusahkan diri sendiri. Dokter-dokter dari rumah sakit sekarang juga merawatku dengan baik kok.” Henry Gu tampak jauh lebih energik berkat kedatangan Ellie dan Valerie Pei.
Dengan komplain Henry Gu, Leon Gu juga tahu Valerie Pei kemari untuk menawarkan dokter padanya.
“Orangnya sudah turun dari pesawat, masa mau disuruh pulang lagi? Biarkanlah dia datang dulu, pengecekannya tidak ribet dan tidak lama.” Si cucu membujuk si kakek bagai anak kecil.
Valerie Pei paham Henry Gu menduduki posisi penting di hati Leon Gu, jadi maklumlah pria itu terus mencarikan dokter dari seluruh dunia buatnya. Di samping itu, niatnya buat memperoleh hak asuh Ellie dengan segala cara pun sangat wajar.
“Baik, baik, kali ini aku patuh.” Si kakek tidak mampu mendebat si cucu. Ia pikir, biarlah ia dicek lagi biar hati Henry Gu lebih lega. Ia sendiri tahu tubuhnya akan terus begini sampai mati nanti.
“Kakek, kami pamit biar tidak mengganggu istirahatmu ya.” Melihat kelopak mata Henry Gu sudah agak berat, Leon Gu berkata begini.
Valerie Pei juga melihatnya, jadi mengajak Ellie untuk ikut si pria keluar kamar.
Sayangnya, ia kemudian dikejutkan sesuatu. Niat hati ingin menjenguk Henry Gu seorang, eh tauhunya semua anggota keluarga Gu yang tidak bekerja malah mendatanginya. Entahlah mereka ingin melihat Ellie atau ingin melihat dirinya……
Atau bahkan untuk melihat kedua-duanya.
Melihat sosok Ellie, Ibu Gu bahagia tidak ada tara. Sejak terakhir kali berpisah dengannya di rumah sakit, ia terus merindukan si bocah. Tanpa meminta izin terlebih dahulu pada Valerie Pei, Leon Gu langsung membopong anak itu ke si wanita.
Saat ini, Valerie Pei tidak tahu bagaimana harus memanggil orang-orang ini. Ia dulu meniru panggilan-panggilan Leon Gu pada mereka. Sekarang, berhubung statusnya adalah mantan istri, ia jelas tidak berhak untuk mempertahankan panggilan-panggilan sebelumnya.
“Keluar, aku ingin bicara sesuatu denganmu.” Sebelum si wanita keburu bertegur sapa dengan mereka, Leon Gu sudah menyapukan pandangan pada setiap orang di sana dan menarik Valerie Pei keluar.
Di depan para istri keluarga Gu, Valerie Pei jadi malu sendiri ditarik begini.
Setelah memastikan tidak ada siapa pun yang ikut-ikutan keluar, Leon Gu baru bercakap, “Kamu bilang apa pada kakek? Kamu tidak lihat kondisi kesehatannya buruk? Tegakah kamu membicarakan hal-hal itu dengannya dalam kondisi begitu?”
Awalnya sudah risih karena ditarik keluar begini, Valerie Pei jadi makin kesal karena Leon Gu bertanya seperti seorang polisi yang lagi menginterogasi pelaku kejahatan. Ia pada dasarnya merupakan orang yang tidak bertemperamen baik, jadi amarahnya langsung menggebu-gebu.
“Kalau aku mengatakan hal-hal itu padanya tadi, menurutmu mungkinkah kita masih bisa berbicara di sini?” Valerie Pei mendebat Leon Gu dengan satu kalimat. Ia juga mengusap pergelangan tangannya yang merah karena barusan dicengkeram oleh dia.
Si pria berpikir sejenak. Ia kemudian sadar, mungkin dirinya yang sudah berpikir terlalu jauh. Menimbang kepribadian Henry Gu, pria itu tidak bakal pernah memusingkan sesuatu kalau baru mendengar cerita dari satu pihak.
“Leon Gu, aku pikir kita berdua harus menimbang dengan kepala dingin terkait perlu tidaknya kita ke pengadilan. Tawaran maksimalku adalah mengajak Ellie ke rumah kediaman keluarga Gu seminggu dua kali.” Si wanita pada mulanya tidak ingin anaknya berinteraksi dengan keluarga Gu, khususnya Leon Gu, sama sekali. Alhasil, penawaran ini benar-benar penawaran akhirnya.
Namun, seminggu dua kali sama sekali tidak memenuhi harapan Leon Gu.
Selalu jadi pihak yang paling diuntungkan, si pria tidak bersedia menurunkan posisi.
“Jadi, kamu mengaku bahwa Ellie adalah putriku?”
Leon Gu bersikeras menanyakan ini. Ia tadi mendengar percakapan Leon Gu dan Valerie Pei di kamar. Dengan cerdiknya, tanpa bilang bahwa Ellie adalah putrinya, wanita itu bisa langsung loncat ke fakta bahwa dia merupakan cicit Henry Gu. Sebenarnya, mengapa sih dia enggan menyebut kalimat “Ellie adalah putri Leon Gu”?
Dengan gusar, si wanita merapikan helaian-helaian rambut yang menutupi mata ke belakang telinga. Entah sejak kapan, Leon Gu terus terobsesi bertanya begini. Bagi dirinya, si pria sebenarnya bisa menemukan jawabannya sendiri. Bila Ellie bukan putrinya, buat apa dia repot-repot membawanya kemari coba?
“Iya, dia putrimu. Puas? Bisakah beralih ke topik berikutnya?”
“Karena dia adalah putriku, aku tidak akan membiarkannya memanggil orang lain, terutama adikku sendiri, sebagai “ayah”. Valerie Pei, sudah lama kukatakan padamu untuk mencari pria yang tidak berhubungan dengan keluarga Gu jika mau punya hubungan asmara lagi. Mengapa kamu tidak mau dengar?” Kata-kata Leon Gu yang intimidatif memasuki telinga Valerie Pei. Si wanita pikir dirinya salah dengar. Bagaimana kata-kata ini bisa keluar dari mulutnya?
Novel Terkait
Kisah Si Dewa Perang
Daron JayMy Tough Bodyguard
Crystal SongMy Charming Wife
Diana AndrikaCintaku Pada Presdir
NingsiHarmless Lie
BaigeLove and Trouble
Mimi XuNikah Tanpa Cinta
Laura WangDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)