Diamond Lover - Bab 199 Seketika Berubah
Jika tidak berpura-pura bisa makan steak setengah matang, Valerie Pei tidak akan mual sampai mau pingsan begini. Di toilet, ia memuntahkan semua yang barusan dimakan tanpa kecuali. Walau prosesnya sangat menyakitkan, namun perutnya kemudian terasa jauh lebih baik. Setelah kelar dengan muntahnya, si wanita berjalan keluar bilik kamar mandi sambil memapah tembok. Ketika ia mau berkumur, sesosok pria tiba-tiba masuk.
Tanpa memedulikan kedatangan Leon Gu, Valerie Pei berjalan langsung ke wastafel. Ia menampuang air dengan tangan, memasukkannya ke mulut, berkumur, dan membuangnya. Selama melakukan semuanya, si wanita tidak berani menatap wajahnya sendiri di cermin. Ia yakin dirinya pasti sangat kuyu, dan lebih parahnya lagi, Leon Gu juga akan menyadari kondisinya ini.
Leon Gu bisa santai sesudah makan, namun mengapa dirinya sangat memalukan begini ya?
Sebelum meninggalkan wastafel, Valerie Pei ingin menyeka mulutnya dengan tisu basah yang ditaruh di sebelah. Ketika ia mengulurkan tangan, tangannya dihalangi oleh Leon Gu yang daritadi hening. Dengan wajah yang sangat seram saking muramnya, pria itu menyodorkan sapu tangan miliknya sendiri.
Si wanita meliriknya dengan risih. Mengapa Leon Gu marah? Mengapa Leon Gu menatapnya dengan ekspresi begini? Dia sudah memesankannya steak setengah matang yang sangat membuat mual, lantas sekarang dia masih mau memberinya ekspresi muram? Pria ini sebenarnya maunya apa sih? Masak dia masih bisa tidak senang ketika melihat dirinya menderita?
Valerie Pei melewatkan tangannya dari tangan Leon Gu, lalu menyeka mulut dengan tisu yang berhasil diambil. Ketika berbalik badan, ia tidak sengaja melihat bayangan dirinya di cermin. Wajahnya pucat tanpa sedikit pun binar. Ia terlihat seperti sangat menderita selepas meninggalkan si pria. Memikirkan ini, ia melanjutkan putaran badannya dan bergegas cepat ke pintu kamar mandi.
Sayang, sebelum pintu berhasil dibuka, Leon Gu sudah keburu menahannya. Tidak hanya itu, si pria juga menekan tubuh si wanita ke arah pintu. Untung di toilet hanya ada mereka berdua sekarang. Kalau ada orang lain, orang itu pasti sudah berpikir bahwa mereka mau melakukan hal aneh-aneh.
“Leon Gu, kamu menyuruhku untuk menjauh darimu, bahkan juga mengancam akan membunuhku bila melihatku lagi. Sekarang, mengapa kamu masih berulang kali mencari kesempatan buat berjumpa denganku? Apa kamu sungguh ingin membunuhku?” Tadi habis muntah, Valerie Pei tidak punya tenaga yang cukup untuk menarik pintu. Ia sekarang cuma bisa “berjuang” dengan mulut.
Si pria mengerutkan kening tanpa sadar. Melihat bibirnya yang tipis, ia langsung menciumnya sesaat setelah dia kelar bicara. Hanya seorang wanita, itu yang ia terus katakan pada dirinya sendiri setelah Valerie Pei mengabaikannya di bandara. Ia terus membangun pikiran bahwa ada miliaran wanita di dunia ini, jadi tidak ada gunanya mengejar-ngejar Valerie Pei hingga mirip orang gila.
Namun, Leon Gu nyatanya tidak berhasil juga melupakan sosoknya. Ia tahu betul penugasan Finn He dan kawan-kawan padanya untuk pergi ke Kota Jing adalah sebuah jebakan, namun ia tetap melaksanakannya. Seperti yang dibayangkan, ketika melihat Valerie He, tubuhnya langsung membeku bagai balok es di kutub. Berbagai perasaan pun menyembur keluar dari hatinya. Ia di satu sisi iba pada Valerie Pei karena kelelahan hingga pingsan, namun di sisi lain juga benci karena dia mengabaikannya hingga dua kali.
Satu hal lagi, kekerasan hati Valerie Pei juga melampaui perkiraan Leon Gu. Ia pikir dia setidaknya akan mengatakan sesuatu yang lembut atau menunjukkan ekspresi yang positif, namun keduanya sama sekali tidak muncul. Mampu bertingkah sedingin ini, apa jangan-jangan semua kata-kata manis yang Valerie Pei katakan waktu mereka masih berpasangan dulu adalah kepalsuan?
Ciuman si pria sangat agresif. Mungkin karena gigitannya terlalu nafsu, keduanya sama-sama merasakan amis darah di bibir. Si wanita tidak merespon ciumannya, namun juga tidak menolak. Ia hanya membiarkannya mencium dirinya sesuka hati saja. Sesudah semua kemarahan terlampiaskan, semoga pria ini melepasnya buat selama-lamanya……
Tidak memperoleh respon atau pun perlawanan, Leon Gu melepaskan ciuman dalam waktu yang tidak terlalu lama. Ia lalu menyandarkan kepala dengan lemah di bahunya, meletakkan tangannya di pinggangnya, dan memeluknya dengan lembut.
Ini bukan gaya Leon Gu yang biasa. Valerie Pei merasa ada sesuatu yang salah dan ingin buka mulut untuk menanyakannya, namun teringat bahwa dirinya tidak seharusnya peduli soal si pria. Kalau ia peduli, jeratan di antara mereka malah bertambah rumit.
“Valerine Pei, mengapa kalian semua tidak menginginkanku lagi?” Suara rendah si pria terdengar di telinga si wanita. Suara itu membawa perasaan tidak berdaya dan terluka.
Yang ditanya agak terkejut. Apa yang dimaksud dengan “kalian semua”?
“William Gu tidak ingin punya ayah sepertiku, kamu tidak ingin punya suami sepertiku, papa dan mama bilang aku tidak berbakti, dan kakekku tidak senang denganku. Apa sebenarnya kesalahanku? Mengapa kalian satu per satu meninggalkanku?”
Valerie Pei masih bisa memahami dua hal pertama, namun sama sekali tidak mengerti sisanya. Bagaimaan bisa Ayah Gu dan Ibu Gu menganggap Leon Gu tidak berbakti? Bangunnya dia sudah memberi harapan baru, terus mereka juga selalu bangga dengannya. Kok bisa-bisanya mereka berubah seratus delapan puluh derajat?
Terus, soal Henry Gu, prai itu akan menyerahkan tampuk kepemimpinan Gu’s Corp dan keluarga Gu pada Leon Gu. Bagaimana mungkin dia tidak menyenanginya?
“Apa maksudmu?” Valerie Pei bertanya dengan suara rendah. Ia jadi khawatir sendiri. Sekarang, ia tidak peduli kalau pertanyaannya akan memperumit jeratan mereka.
“Setelah kamu pergi, Kakek menarik modal dari Swift Corp, terus Swift Corp juga dikeluarkan dari Gu’s Corp. Tidak hanya itu, ia juga membimbing beberapa adik laki-laki untuk mewarisi Gu’s Corp. Aku dipojokkan olehnya.”
Valerie Pei tanpa sadar meraih sudut pakaian Leon Gu. Jadi, sekembalinya dia ke Kota A, ada begitu banyak hal yang terjadi pada si pria? Yang paling membuatnya iba adalah penggantian ahli waris oleh Henry Gu. Ia paham betul betapa Leon Gu ingin dianggap kapabel oleh si kakek.
Tidak lama setelah siuman, Leon Gu langsung kembali bekerja. Ia membawa perusahaan kembali ke trek yang benar, sekalian menunjukkan pada Henry Gu bahwa Leon Gu yang empat tahun lalu tidak bisa apa-apa sudah memiliki kemajuan pesat. Sekarang, hanya karena kepergiannya, semua hal besar ini terjadi. Si wanita jadi merasa bersalah pada si pria!
“Maaf, aku membawamu ke restoran makanan Barat dan memesankanmu steak setengah matang sampai mual. Ini adalah terakhir kalinya aku melakukan hal kurang kerjaan begini lagi. Soal ancamanku untuk membunuhmu bila kita berjumpa lagi, itu kuucapkan saat lagi marah. Kala itu, pikiranku benar-benar kacau karena kamu memilih pergi. Aku paham semua luka yang aku timbulkan padamu tidak bisa dikompensasi dengan apa pun. Aku sudah mengikatmu di sisiku dengan egois……”
Setiap kata Leon Gu didengarkan dengan seksama oleh Valerie Pei. Astaga, dia tidak percaya pria macam dia ini bisa berbicara demikian!
“Aku bukan suami dan ayah yang baik. Mulai sekarang, tinggalkanlah aku untuk berjuang sendirian dalam jurang penderitaan. Aku tidak akan mengganggumu lagi, sebab aku merasa kelelahan. Walau tidak senang kamu berpasangan dengan Nathan Xia, namun aku tahu kamu sangat bahagia bersamanya. Baik-baiklah berelasi dengan dia, aku ingin kamu…… bahagia.” Setelah bicara panjang lebar, Leon Gu mencium daun telinga Valerie Pei, lalu melepaskan pelukannya. Ia kini menugngu reaksinya.
Wanita yang membuatnya cinta sekaligus benci ini, ia benar-benar ingin melepasnya! Ia tidak ingin punya keterkaitan apa-apa lagi dengannya!
Valerie Pei mengedip-ngedip. Semua perkataan Leon Gu barusan adalah pukulan yang sangat keras buatnya. Orang yang selalu bilang tidak akan membiarkannya pergi kini akan menyerah. Ia akhirnya punya kebebsasan, namun anehnya hatinya malah terasa sakit dan iba. Melihat tatapan terluka si pria, si wanita sungguh ingin menyuruh orang untuk memeluknya dan memberinya ketabahan.
Waktu itu, mereka sudah berjanji untuk bersama-sama melewati masa kegelapan. Namun, ia pada akhirnya tidak tahan dan memilih pergi. Leon Gu lalu berjuang dan menanggung semua penderitaan sendiri. Sekarang, ketika Ayah Gu, Ibu Gu, dan Henry Gu sudah tidak menginginkannya lagi, apa lagi yang dia punya?
Leon Gu mendorong Valerie Pei dengan lembut dan mengangkat tangan untuk buka pintu. Ia sudah berbicara sampai ke tahap ini, yang selanjutnya perlu dilakukan adalah benar-benar pergi.
Pintu sudah setengah terbuka, sementara si wanita hanya menatap punggung si pria dengan linglung. Pria yang selama ini selalu energik di depannya kini sangat butuh disemangati!
Tetapi, suara lain mengingatkan Valerie Pei bahwa ia tidak bisa lagi berhubungan dengan Leon Gu. Bahkan jika telah ditinggalkan Ayah Gu, Ibu Gu, dan Henry Gu, pria ini masih punya Naomi Ye dan Fransiska Yin. Dia tidak kekurangan cinta!
Akhir-akhirnya, suara kedualah yang menang. Valerie mengakui bahwa dirinya egois karena tidak mau menemani Leon Gu menghadapi hal-hal itu. Ia takut terluka lagi, juga takut jatuh ke jurang tidak berdasar lagi, jadi ia menarik langkah dan pergi. Di tengah kesunyian, si wanita mengamati sosok Leon Gu yang perlahan lenyap di balik pintu.
Setelah berbalik badan, Valerie Pei mengunci pintu kamar mandi dan membiarkan tubuhnya jatuh ke pintu. Air mata juga mengalir keluar dari sepasang matanya. Barusan, tidak ada yang tahu betapa ia ingin bilang bahwa ia ingin menemaninya berjalan untuk melalui semuanya. Ia pun ingin meyakinkan si pria bahwa semua akan baik-baik saja.
Namun, si wanita tidak berani memberikan janji lagi. Ia sebelumnya sudah mengingkari janji, jadi tidak merasa mampu memenuhi janji berikutnya.
Leon Gu berjalan dengan sangat lambat. Ia sudah menggunakan semua kata-kata yang menggugah perasaan. Si pria pikir si wanita bakal melembut dan terpikir untuk kembali berpasangan dengannya, namun akhirnya ia tetap dibiarkan pergi.
Valerie Pei bertindak demikian karena tidak ingin ada keterkaitan apa-apa lagi di antara mereka. Mereka, mereka benar-benar tidak punya kesempatan untuk balikan lagi…… Yang lembut dan yang keras sudah ia coba semua, namun si wanita tetapi tidak termakan oleh pancingannya. Mereka, mereka sudah berada di titik yang tidak bisa dikoreksi……
Leon Gu kembali ke meja makan. Kalau ekspresinya saat pergi tadi adalah khawatir, kini ekspresi yang dibawanya ketika kembali adalah pasrah dan sedih. Fransiska Yin tahu bahwa si pria tadi pergi menemui si wanita. Sesuatu pasti telah terjadi di antara mereka berdua, namun ia tidak enak hati untuk bertanya apa pun padanya karena ada Jennifer Shen. Baru sebentar duduk, sip rai kembali bangkit berdiri untuk membayar tagihan. Ia lalu mengajak Fransiksa Yin untuk pergi.
“CEO Bei ada di kamar mandi. Ia terlihat sangat mual, cobalah tengok dia. Kami masih ada urusan, jadi harus pamit.”
Setelah bertutur tiga kalimat ini, Leon Gu dan Fransiska Yin bergegas pergi. Sepanjang perjalaan kembali ke hotel, si wanita memberikan ruang sendiri buat si pria.
Dengan dipapah oleh Jennifer Shen, Valerie Pei kembali ke hotel. Ia kemudian duduk tanpa bicara sepatah kata pun. Perangainya ini membuat Jennifer Shen takut. Ketika melihat si bos duduk dengan wajah pucat di bilik kamar mandi restoran, ia sudah menawarkannya untuk pergi ke rumah sakit. Valerie Pei meminta untuk membicarakannya di hotel, namun sekarang dia malah terus diam. Ah, ia harus bagaimana!
“Jennifer Shen, waktu aku pingsan hari itu, benarkah kamu dan pegawai hotel yang melarikanku ke rumah sakit?” Valerie Pei akhirnya mengeluarkan suara.
Jennifer Shen secara alami paham tidak ada gunanya berbohong lagi. Ia kali ini jujur: “Tidak, Tuan Muda Gu, Fransiska Yin, dan akulah yang sebenarnya mengantar. Melihatmu pingsan, ia cemas bukan main. Setelah kamu masuk ruang pasien, ia sempat berjaga selama beberapa jam……”
“Baik. Aku keluar sebentar, jangan tunggu kepulanganku.” Si bos tiba-tiba berdiri dengan ekspresi yang sulit ditafsirkan.
“CEO Pei, aku tidak tenang kalau kamu keluar dalam kondisi begini.”
“Jangan khawatir, aku akan meneleponmu jika terjadi sesuatu.” Si bos tersenyum tipis. Ia beberapa detik yang lalu baru membuat sebuah keputusan besar, namun kini kakinya sudah ada di dalam lift hotel untuk turun ke lantai bawah.
Leon Gu sedang mengemasi barang bawaannya. Ia sudah mempersiapkan hati untuk benar-benar tidak berelasi sama sekali dengan Valerie Pei lagi, namun kemudian bel pintu berdering. Fransiska Yin bawa kunci, buat apa coba dia mengetuk begini?
Tiba-tiba terpikir sesuatu, Leon Gu buru-buru membuka pintu. Begitu pintu dibuka, sesosok tubuh ringan menekan tubuhnya. Bukan cuma itu, bibirnya juga ditempeli erat-erat oleh bibir si pemilik tubuh……
Novel Terkait
Istri Pengkhianat
SubardiMy Goddes
Riski saputroWonderful Son-in-Law
EdrickPengantin Baruku
FebiThe Great Guy
Vivi HuangSang Pendosa
DoniIstri kontrakku
RasudinPernikahan Kontrak
JennyDiamond Lover×
- Bab 1 Ketidakterdugaan Yang Eksplosif
- Bab 2 Pasien Vegetatif, Empat Tahun Berlalu Secepat Kilat
- Bab 3 Telah Siuman, Siapa Kamu?
- Bab 4 Aku Adalah Istrimu
- Bab 5 Melalui Hari-Hari Dengan Baik!
- Bab 6 Berdiri Jika Kamu Memang Hebat
- Bab 7 Kita Adalah Pasangan Suami Istri
- Bab 8 Mengembalikan Waktu Empat Tahun
- Bab 9 Makan Sendiri Atau Aku Suapi
- Bab 10 Dorongan Untuk Melindungi Seorang Perempuan
- Bab 11 Suamiku Sudah Siuman
- Bab 12 Otaknya Tidak Berjalan Dengan Baik
- Bab 13 Aku Adalah Temannya Leon
- Bab 14 Ternyata Dia
- Bab 15 Tunggu Aku Menyelesaikan Masalah Di Sini
- Bab 16 Status Nyonya Gu
- Bab 17 Mempertaruhkan Segalanya pun Ia Juga Ingin Mendapatkan Valerie Pei!
- Bab 18 Valeri Aku Datang!
- Bab 19 Little Valerie
- Bab 20 Dia Telah Berubah
- Bab 21 Maaf Telah Merepotkanmu Mengantar Istriku Pulang!
- Bab 22 Terpesona
- Bab 23 Memikat Tawon
- Bab 24 Lagi-lagi Ingin Memikat Siapa?
- Bab 25 Berbuat Sesuka Hati
- Bab 26 Pernikahan yang Didasari Cinta
- Bab 27 Tanpa Merasa Resah
- Bab 28 Menarik Perhatian
- Bab 29 Hukuman Keluarga
- Bab 30 Masih Berarti?
- Bab 31 Aku Percaya!
- Bab 32 Penjelasan
- Bab 33 Membawa Valerie Pei Kembali?
- Bab 34 Jalan-Jalan
- Bab 35 CEO Gu Marah!
- Bab 36 Berkunjung Lagi
- Bab 37 Memiliki Orang Baru, Melupakan Orang Lama
- Bab 38 Menyesal Telah Membiarkan Valerie Pei Menikahi Keluarga Gu!
- Bab 39 Memalukan
- Bab 40 Saling Menyiksa
- Bab 41 Setiap Langkah Harus Berhati-hati
- Bab 42 Orang Yang Keras Kepala
- Bab 43 Ayah Yang Layak?
- Bab 44 Kangen Dengan Rumah!
- Bab 45 Wanita Lemah Lembut
- Bab 46 Kembali Ke Kota A untuk Merayakan Tahun Baru
- Bab 47 Hadiah Perpisahan
- Bab 48 Bagus Kalau Sudah Pulang
- Bab 49 Kebosanan yang Tak Terduga
- Bab 50 Sang Pria Telah Datang Mencarinya
- Bab 51 Tidak Disangka Malah Begitu Memahaminya!
- Bab 52 Pulanglah Denganku
- Bab 53 Kamu...... Akan Merindukanku Tidak?
- Bab 54 Dia Sudah Mulai Peduli?
- Bab 55 Jangan Biarkan Dia Pulang Dengan Mudah
- Bab 56 Nyonya Gu Menginvestigasi!
- Bab 57 Agar Ia Merasa Berterimakasih?
- Bab 58 Tak Ingin Berhutang Budi Padanya
- Bab 59 Biarkan Aku Berada Di Sisimu
- Bab 60 Semoga Kau Baik-Baik Saja!
- Bab 61 Mulai Karma
- Bab 62 Tersanjung
- Bab 63 Membantunya Merawat Suami
- Bab 64 Semua Tersimpan Di Hati!
- Bab 65 Hal Yang Lebih Menyenangkan Daripada Saling Menyakiti
- Bab 66 Kehidupan Yang Di Atur
- Bab 67 Jika Kamu Tidak Ingin Maka Tidak Akan Bekerja Sama
- Bab 68 Keegoisan Valerie
- Bab 69 Dekat Seperti Sepasang Suami Istri?
- Bab 70 Menyerahlah!
- Bab 71 Timbal Balik
- Bab 72 Keacuhannya
- Bab 73 Terdorong Ke Dalam Jurang Yang Dalam
- Bab 74 Kecuali Kita Bercerai
- Bab 75 Bagaimana Jika Kita Pulang?
- Bab 76 Aku Tidak Mencintainya
- Bab 77 Kamu Benar-Benar Datang?
- Bab 78 Semuanya Orang Baik
- Bab 79 Kurang Sedikit
- Bab 80 Pulang? Tidak!
- Bab 81 Dia Sudah Setuju
- Bab 82 Semuanya Terserah Padamu
- Bab 83 Nanti Akan Menyusahkanmu
- Bab 84 Panggil Suamiku Untuk Di Dengar
- Bab 85 Mati Lagi?
- Bab 87 Tambah Satu Orang Lagi Membuat Suasana Menjadi Lebih Ramai!
- Bab 86 Jawabannya
- Bab 88 Dia sengaja, Demi Menahannya?
- Bab 89 Sekeluarga Bertiga Menonton Film
- Bab 90 Karena Dia Menyukainya
- Bab 91 Otak Yang Licin!
- Bab 92 Itu Seharusnya Adalah Posisi Miliknya!
- Bab 93 Berusaha Tidak Berpaling!
- Bab 94 Pembagian Yang Jelas!
- Bab 95 Terlihat Tua
- Bab 96 Es Yang Sudah Membeku Ribuan Tahun Dan Tidak Akan Pernah Menghangat
- Bab 97 Kamu Juga Datang.
- Bab 98 Bagaimana Bisa Tahu Ia Tidak Sakit Hati Jika Tidak Mencobanya
- Bab 99 Cepat Lahirkan Anak
- Bab 100 Beranjak Ke Pinggir Setelah Tersiksa
- Bab 101 Menderita Untuk Sementara Waktu, Atau Menderita Seumur Hidup
- Bab 102 Kebenaran Kecelakaan Mobil
- Bab 103 Cincin Di Jari Manis
- Bab 104 Kado Ulang Tahun
- Bab 105 Kita Hanya Bisa Pasrah!
- Bab 106 Tidak Keberatan Menjadi Licik untuk Satu Kali
- Bab 107 Dia Tidak Bisa Melakukan Apa Yang Ia Katakan
- Bab 108 Dia Mencintai Dia!
- Bab 109 Semua Masalah Akan Terselesaikan!
- Bab 110 Berpihak Kepada Istri
- Bab 111 Mereka Adalah Suami Istri
- Bab 112 Selamat Ulang Tahun
- Bab 113 Pembicaraan Para Pria
- Bab 114 Berfoto Bersama Semua Orang
- Bab 115 Tak Mempedulikan Nyawanya
- Bab 116 Sengaja Membuat Masalah
- Bab 117 Jangan Pergi
- Bab 118 Penglihatan Yang Bagus
- Bab 119 Mengorbankan Nyawa Untuknya
- Bab 120 Sama Pentingnya
- Bab 121 Ibu Yang Imut Ayah Yang Keren.
- Bab 122 Senyuman Bahagia,
- Bab 123 Hatinya Sakit.
- Bab 124 Aku Merindukanmu.
- Bab 125 Terkucilkan Dan Tidak Berdaya..
- Bab 126 Pukul Mati
- Bab 127 Hukuman Keluarga Untuk Kedua Kalinya
- Bab 128 Memohon Maaf
- Bab 129 Panik
- Bab 130 Tidak Ingin Mempercayainya
- Bab 131 Mencari Keadilan
- Bab 132 Lolos Dari Hukuman
- Bab 133 Memanggil Polisi
- Bab 134 Memalsukan Bukti
- Bab 135 Betapa Sakitnya Hati
- Bab 136 Perselisihan Antara Keluarga Gu Dan Keluarga Pei
- Bab 137 Jangan Bilang Maaf
- Bab 138 Daftar Menikah Akhir Tahun
- Bab 139 Upacara Pemakaman
- Bab 140 Jangan Berlarut Dalam Kesedihan
- Bab 141 Tidak Stabil
- Bab 142 Tidak Bisa Menunggu Lagi
- Bab 143 Menghilang Pada Saat Bersamaan
- Bab 144 Percaya Pada Keajaiban
- Bab 145 Insomnia Bersamaan
- Bab 146 Sulap Jelek
- Bab 147 Kesedihannya
- Bab 148 Keinginan Menjadi Kenyataan
- Bab 149 Mengulang Kembali
- Bab 150 Ingin Menyembunyikan Darinya
- Bab 151 Pasangan Suami Istri Sah
- Bab 152 Satu Suami Dua Istri
- Bab 153 Janji
- Bab 154 Satu Atap Dengan Tujuan Yang Berbeda
- Bab 155 Dia Ingin Menuntut Dia
- Bab 156 Pelaku
- Bab 157 Kompromi
- Bab 158 Mengadakan Acara Pernikahan
- Bab 159 Tidak Mengadakan Syukuran
- Bab 160 Menganti Penerus
- Bab 161 Memperbaiki Diri Sendiri
- Bab 162 Memberinya Status
- Bab 163 Memilih Untuk Pergi
- Bab 164 Tidak Bisa Bersama
- Bab 165 Memalukan Jika Pergi Begitu Saja
- Bab 166 Semuanya Lajang
- Bab 167 Berterima Kasih Atas Pengasuhannya
- Bab 168 Harus Menemukannya
- Bab 169 Dia Tidak Kembali
- Bab 170 Pandai Bermain Trik
- Bab 171 Pernyataan Perceraian
- Bab 172 Berita Halaman Depan
- Bab 173 Cinta Bebas
- Bab 174 Di Seluruh Kota
- Bab 175 Jangan Sampai Menyesal
- Bab 176 Tidak Ada Aturan
- Bab 177 Menyerah Di Tengah Jalan
- Bab 178 Belum Bercerai
- Bab 179 Tidak Memiliki Hubungan
- Bab 180 Menyiksa Sampai Mati
- Bab 181 Adik Ipar Idaman
- Bab 182 Tidak Setuju
- Bab 183 Mengurus Pernikahan
- Bab 184 Pelan-pelan Terbiasa
- Bab 185 Menghabiskan Uang Banyak
- Bab 186 Dia Membantu
- Bab 187 Semua Tidak Puas
- Bab 188 Tidak Bisa Kembali
- Bab 189 Hadiah Pernikahan
- Bab 190 Dipaksa Menikah Dengannya
- Bab 191 Tidak Bertemu Lagi
- Bab 192 Susah Dijaga
- Bab 193 Dua Tiket Pesawat
- Bab 194 Benar-Benar Tidak Ingin Pulang Ke Rumah
- Bab 195 Ingin Membunuh Dia
- Bab 196 Adalah Mantan Suaminya
- Bab 197 Putus Setuntas-Tuntasnya
- Bab 198 Makan Bersama dengan Tenang
- Bab 199 Seketika Berubah
- Bab 200 Sensasi Bermesraan Diam-Diam
- Bab 201 Beri Dia Makan Sampai Kenyang
- Bab 202 Hubungan Jarak Jauh
- Bab 203 Memberi Bantuan Di Saat Genting
- Bab 204 Diserang Musuh Dari Depan Dan Belakang
- Bab 205 Dilahap Orang Ketiga
- Bab 206 Dekat Dengan Kebenaran
- Bab 207 Tangan Orang Lain
- Bab 208 Perusahaan Mengubah Kepemilikan
- Bab 209 Tidak Ada Yang Perlu Dikatakan
- Bab 210 Tidak Bisa Menahan
- Bab 211 Tikus Makan Gajah
- Bab 212 Tidak Akan Pernah Bercerai
- Bab 213 Kemalangan Datang Bertubi-tubi
- Bab 214 Berpindah Hati
- Bab 215 Suaminya
- Bab 216 Kerjasama Antara Raksasa.
- Bab 217 Suami Istri Yang Berkerjasama.
- Bab 218 Memberikan Sebuah Penjelasan.
- Bab 219 Kelemahannya Tertangkap.
- Bab 220 Tipe Setara.
- Bab 221 Tidak Akan Menyerah
- Bab 222 Tidak Akan Segan-Segan
- Bab 223 Menyia-nyiakan Tenaga
- Bab 224 Menyelamatkan Valerie Pei
- Bab 225 Dibuang Ke Laut
- Bab 226 Sedikit Ragu
- Bab 227 Sendiri Yang Melakukan Hal Buruk Dan Sendiri Juga Yang Harus Menanggungnya
- Bab 228 Bersama Dengan Baik Juga Berpisah Dengan Baik
- Bab 229 Terlambat Untuk Di Tangani
- Bab 230 Menjadi Ayahnya
- Bab 231 Saudara Yang Sulit
- Bab 232 Ayah Dan Putri Tidak Sengaja Bertemu
- Bab 233 Berani Satu Kali
- Bab 234 Susu Dan Gula Lebih
- Bab 235 Tidur Sendirian
- Bab 236 Perkiraannya
- Bab 237 Menghukum Diri Sendiri
- Bab 238 Pengujian Garis Ayah
- Bab 239 Tidak Mengenalnya
- Bab 240 Sisi Lembut
- Bab 241 Ubah Taktik
- Bab 242 Menikah Kembali
- Bab 243 Seperti Yang Dia Katakan
- Bab 244 Ternyata Ayah
- Bab 245 Mencapai Kesepakatan
- Bab 246 Tinggal Bersama
- Bab 247 Kembali Kerumah Keluarga Pei
- Bab 248 Dia Menyukainya
- Bab 249 Mengakuinya Secara Pribadi
- Bab 250 Semakin Menutupi Semakin Terbongkar
- Bab 251 Mengatakan Terima Kasih
- Bab 252 Tetangga Harus Saling Membantu
- Bab 253 Terakhir Kali
- Bab 254 Tidak Apa-Apa
- Bab 255 Mencintai Orang Lain
- Bab 256 Sangat Lelah
- Bab 257 Tidak Sempat Menghindarinya
- Bab 258 Diperlakukan Dengan Lembut
- Bab 259 Berpura-pura Tenang
- Bab 260 Saling Tidak Mengalah
- Bab 261 Gelisah
- Bab 262 Mulai Ragu
- Bab 263 Memberi Penawaran
- Bab 264 Tunggu dan Saksikan
- Bab 265 Selalu Benar
- Bab 266 Jangan Kemari
- Bab 267 Tinggal di Sebelah
- Bab 268 Pulang ke Rumah Sendiri
- Bab 269 Kena Radang Paru-Paru
- Bab 270 Memanfaatkan Cintanya
- Bab 271 Memberi Respon
- Bab 272 Dia Akan Kencan Buta
- Bab 273 Sedikit Berubah
- Bab 274 Warna Merah yang Mencolok
- Bab 275 Ditolak
- Bab 276 Berunding Dengan Damai
- Bab 277 Status yang Cocok
- Bab 278 Tiba-Tiba Tergoda
- Bab 279 Teringat Masa Lalu
- Bab 280 Aku Akan Kembali Secepatnya
- Bab 281 Pengagum
- Bab 282 Mengubah Kata Sandi
- Bab 283 Perasaan Kacau
- Bab 284 Mengambil Langkah
- Bab 285 Menyesal Tapi Terlambat
- Bab 286 Merasa Santai
- Bab 287 Pernikahan Bebas
- Bab 288 Jalani Hidup Masing-Masing
- Bab 289 Menahan Perasaan
- Bab 290 Menyiksa Diri
- Bab 291 Hati Ayah Sakit
- Bab 292 Kembali Ke Keluarga
- Bab 293 Tenang
- Bab 294 Berkhianat Dan Ditentang Oleh Seluruh Keluarga
- Bab 295 Lupakan
- Bab 296 Pemalsuan Leon Gu
- Bab 297 Perselisihan Pertama
- Bab 298 Dua Masalah yang Terjadi Berbarengan
- Bab 299 Bertemu dan Berbicara dengan Tenang
- Bab 300 Tidak Sengaja Mendengar
- Bab 301 Tiba-Tiba Melamar
- Bab 302 Ucapan Selamatnya
- Bab 303 Lamaran Berhasil
- Bab 304 Tahu Informasi Internal
- Bab 305 Mengemuka Tanpa Henti
- Bab 306 Cinta adalah Soal Menahan Diri
- Bab 307 Membiarkan Hidup Berjalan secara Alamiah
- Bab 308 Urusan Sepele
- Bab 309 Akhirnya Memaafkan
- Bab 310 Kerusakan Sirkuit Listrik
- Bab 311 Tidak Begitu Penting
- Bab 312 Bos Di balik Layar
- Bab 313 Orang Jahat
- Bab 314 Kejutan Tak Terduga
- Bab 315 Pertimbangkan Dalam Jangka Panjang
- Bab 316 Berbagai Usaha
- Bab 317 Dipisahkan Sepenuhnya
- Bab 318 Meniatkan Hati untuk Bersama
- Bab 319 Mempersiapkan Acara Pernikahan
- Bab 320 Penuh Sukacita
- Bab 321 Satu untuk Seumur Hidup
- Bab 322 Cinta Mirip Kembang Api
- Bab 323 Berpura-pura Tidak Berperasaan
- Bab 324 Sangat Munafik
- Bab 325 Pengkhianatan Cinta Pertama
- Bab 326 Kelegaan Dari Lubuk Hati
- Bab 327 TIba-tiba Jatuh Cinta
- Bab 328 Membalas Kebaikan Orang Lain
- Bab 329 Temanya Teman
- Bab 330 Hubungan Cinta Terlarang
- Bab 331 Tidak Ada Yang Tidak Baik
- Bab 332 Pacarnya
- Bab 333 Salah Paham Yang Disayangkan
- Bab 334 Semuanya Sedang Memamerkan Kemesraan
- Bab 335 Perasaan Yang Terkuak
- Bab 336 Apa Kamu Menyukaiku?
- Bab 337 Terlalu Percaya Diri
- Bab 338 Merasa Sangat Tercela
- Bab 339 Orang Yang Cocok Dengannya
- Bab 340 Kesedihan Yang Menumpuk
- Bab 341 Tidak Ada yang Mau Merebut Dia Darimu
- Bab 342 Menuruti Maumu
- Bab 343 Berilah Dia Kesempatan
- Bab 344 Pertemuan Pertama yang Canggung
- Bab 345 Perjumpaan yang Lebih Baik
- Bab 346 Keras Kepala terhadap Perasaan (Tambahan 2)
- Bab 347 Menghindar Darinya
- Bab 348 Bertukar Peran
- Bab 349 Kekasih Lama Muncul
- Bab 350 Orang di Depan Mata
- Bab 351 Perasaan Sulit Dikendalikan
- Bab 352 Dasar Hati yang Terluka
- Bab 353 Nikahilah Aku
- Bab 354 Sudah Terlambat
- Bab 355 Bertemu Kembali
- Bab 356 Aku Cinta Kamu
- Bab 357 Putus Hubungan Dengannya
- Bab 358 Kehidupan Masa Lalu
- Bab 359 Tidak Cukup Dalam
- Bab 360 Tak Terduga
- Bab 361 Melewati Masa Susah
- Bab 362 Tidak Bersedia
- Bab 363 Memutuskan Hubungan Pernikahan
- Bab 364 Sangat Gugup
- Bab 365 Datang Dilarut Malam
- Bab 366 Tidak Bisa Menahan
- Bab 367 Mempersiapkan Pemakaman
- Bab 368 Malam Yang Tidak Kembali
- Bab 369 Seketika Berubah
- Bab 370 Melihat Dengan Mata Kepalanya Sendiri
- Bab 371 Lain Hari Saja
- Bab 372 Karena Dia
- Bab 373 12 Tahun
- Bab 374 Terlalu Kesulitan
- Bab 375 Sudah Kehilangan Akal
- Bab 376 Sudah Tertangkap
- Bab 377 Kecerobohan
- Bab 376 Pertemuan Pada Musim Salju Pertama
- Bab 379 Tak Terduga
- Bab 380 Kerabat
- Bab 381 Kamu Tidak Akan
- Bab 382 Di Luar
- Bab 383 Semua Tahu
- Bab 384 Tidak Bisa Melupakan
- Bab 385 Sangat Dekat
- Bab 386 Sentuhan Merah
- Bab 387 Pernikahan Antara Sepupu
- Bab 388 Tidak Ada Celah
- Bab 389 Ferry Ying (Tamat)