Diamond Lover - Bab 199 Seketika Berubah

Jika tidak berpura-pura bisa makan steak setengah matang, Valerie Pei tidak akan mual sampai mau pingsan begini. Di toilet, ia memuntahkan semua yang barusan dimakan tanpa kecuali. Walau prosesnya sangat menyakitkan, namun perutnya kemudian terasa jauh lebih baik. Setelah kelar dengan muntahnya, si wanita berjalan keluar bilik kamar mandi sambil memapah tembok. Ketika ia mau berkumur, sesosok pria tiba-tiba masuk.

Tanpa memedulikan kedatangan Leon Gu, Valerie Pei berjalan langsung ke wastafel. Ia menampuang air dengan tangan, memasukkannya ke mulut, berkumur, dan membuangnya. Selama melakukan semuanya, si wanita tidak berani menatap wajahnya sendiri di cermin. Ia yakin dirinya pasti sangat kuyu, dan lebih parahnya lagi, Leon Gu juga akan menyadari kondisinya ini.

Leon Gu bisa santai sesudah makan, namun mengapa dirinya sangat memalukan begini ya?

Sebelum meninggalkan wastafel, Valerie Pei ingin menyeka mulutnya dengan tisu basah yang ditaruh di sebelah. Ketika ia mengulurkan tangan, tangannya dihalangi oleh Leon Gu yang daritadi hening. Dengan wajah yang sangat seram saking muramnya, pria itu menyodorkan sapu tangan miliknya sendiri.

Si wanita meliriknya dengan risih. Mengapa Leon Gu marah? Mengapa Leon Gu menatapnya dengan ekspresi begini? Dia sudah memesankannya steak setengah matang yang sangat membuat mual, lantas sekarang dia masih mau memberinya ekspresi muram? Pria ini sebenarnya maunya apa sih? Masak dia masih bisa tidak senang ketika melihat dirinya menderita?

Valerie Pei melewatkan tangannya dari tangan Leon Gu, lalu menyeka mulut dengan tisu yang berhasil diambil. Ketika berbalik badan, ia tidak sengaja melihat bayangan dirinya di cermin. Wajahnya pucat tanpa sedikit pun binar. Ia terlihat seperti sangat menderita selepas meninggalkan si pria. Memikirkan ini, ia melanjutkan putaran badannya dan bergegas cepat ke pintu kamar mandi.

Sayang, sebelum pintu berhasil dibuka, Leon Gu sudah keburu menahannya. Tidak hanya itu, si pria juga menekan tubuh si wanita ke arah pintu. Untung di toilet hanya ada mereka berdua sekarang. Kalau ada orang lain, orang itu pasti sudah berpikir bahwa mereka mau melakukan hal aneh-aneh.

“Leon Gu, kamu menyuruhku untuk menjauh darimu, bahkan juga mengancam akan membunuhku bila melihatku lagi. Sekarang, mengapa kamu masih berulang kali mencari kesempatan buat berjumpa denganku? Apa kamu sungguh ingin membunuhku?” Tadi habis muntah, Valerie Pei tidak punya tenaga yang cukup untuk menarik pintu. Ia sekarang cuma bisa “berjuang” dengan mulut.

Si pria mengerutkan kening tanpa sadar. Melihat bibirnya yang tipis, ia langsung menciumnya sesaat setelah dia kelar bicara. Hanya seorang wanita, itu yang ia terus katakan pada dirinya sendiri setelah Valerie Pei mengabaikannya di bandara. Ia terus membangun pikiran bahwa ada miliaran wanita di dunia ini, jadi tidak ada gunanya mengejar-ngejar Valerie Pei hingga mirip orang gila.

Namun, Leon Gu nyatanya tidak berhasil juga melupakan sosoknya. Ia tahu betul penugasan Finn He dan kawan-kawan padanya untuk pergi ke Kota Jing adalah sebuah jebakan, namun ia tetap melaksanakannya. Seperti yang dibayangkan, ketika melihat Valerie He, tubuhnya langsung membeku bagai balok es di kutub. Berbagai perasaan pun menyembur keluar dari hatinya. Ia di satu sisi iba pada Valerie Pei karena kelelahan hingga pingsan, namun di sisi lain juga benci karena dia mengabaikannya hingga dua kali.

Satu hal lagi, kekerasan hati Valerie Pei juga melampaui perkiraan Leon Gu. Ia pikir dia setidaknya akan mengatakan sesuatu yang lembut atau menunjukkan ekspresi yang positif, namun keduanya sama sekali tidak muncul. Mampu bertingkah sedingin ini, apa jangan-jangan semua kata-kata manis yang Valerie Pei katakan waktu mereka masih berpasangan dulu adalah kepalsuan?

Ciuman si pria sangat agresif. Mungkin karena gigitannya terlalu nafsu, keduanya sama-sama merasakan amis darah di bibir. Si wanita tidak merespon ciumannya, namun juga tidak menolak. Ia hanya membiarkannya mencium dirinya sesuka hati saja. Sesudah semua kemarahan terlampiaskan, semoga pria ini melepasnya buat selama-lamanya……

Tidak memperoleh respon atau pun perlawanan, Leon Gu melepaskan ciuman dalam waktu yang tidak terlalu lama. Ia lalu menyandarkan kepala dengan lemah di bahunya, meletakkan tangannya di pinggangnya, dan memeluknya dengan lembut.

Ini bukan gaya Leon Gu yang biasa. Valerie Pei merasa ada sesuatu yang salah dan ingin buka mulut untuk menanyakannya, namun teringat bahwa dirinya tidak seharusnya peduli soal si pria. Kalau ia peduli, jeratan di antara mereka malah bertambah rumit.

“Valerine Pei, mengapa kalian semua tidak menginginkanku lagi?” Suara rendah si pria terdengar di telinga si wanita. Suara itu membawa perasaan tidak berdaya dan terluka.

Yang ditanya agak terkejut. Apa yang dimaksud dengan “kalian semua”?

“William Gu tidak ingin punya ayah sepertiku, kamu tidak ingin punya suami sepertiku, papa dan mama bilang aku tidak berbakti, dan kakekku tidak senang denganku. Apa sebenarnya kesalahanku? Mengapa kalian satu per satu meninggalkanku?”

Valerie Pei masih bisa memahami dua hal pertama, namun sama sekali tidak mengerti sisanya. Bagaimaan bisa Ayah Gu dan Ibu Gu menganggap Leon Gu tidak berbakti? Bangunnya dia sudah memberi harapan baru, terus mereka juga selalu bangga dengannya. Kok bisa-bisanya mereka berubah seratus delapan puluh derajat?

Terus, soal Henry Gu, prai itu akan menyerahkan tampuk kepemimpinan Gu’s Corp dan keluarga Gu pada Leon Gu. Bagaimana mungkin dia tidak menyenanginya?

“Apa maksudmu?” Valerie Pei bertanya dengan suara rendah. Ia jadi khawatir sendiri. Sekarang, ia tidak peduli kalau pertanyaannya akan memperumit jeratan mereka.

“Setelah kamu pergi, Kakek menarik modal dari Swift Corp, terus Swift Corp juga dikeluarkan dari Gu’s Corp. Tidak hanya itu, ia juga membimbing beberapa adik laki-laki untuk mewarisi Gu’s Corp. Aku dipojokkan olehnya.”

Valerie Pei tanpa sadar meraih sudut pakaian Leon Gu. Jadi, sekembalinya dia ke Kota A, ada begitu banyak hal yang terjadi pada si pria? Yang paling membuatnya iba adalah penggantian ahli waris oleh Henry Gu. Ia paham betul betapa Leon Gu ingin dianggap kapabel oleh si kakek.

Tidak lama setelah siuman, Leon Gu langsung kembali bekerja. Ia membawa perusahaan kembali ke trek yang benar, sekalian menunjukkan pada Henry Gu bahwa Leon Gu yang empat tahun lalu tidak bisa apa-apa sudah memiliki kemajuan pesat. Sekarang, hanya karena kepergiannya, semua hal besar ini terjadi. Si wanita jadi merasa bersalah pada si pria!

“Maaf, aku membawamu ke restoran makanan Barat dan memesankanmu steak setengah matang sampai mual. Ini adalah terakhir kalinya aku melakukan hal kurang kerjaan begini lagi. Soal ancamanku untuk membunuhmu bila kita berjumpa lagi, itu kuucapkan saat lagi marah. Kala itu, pikiranku benar-benar kacau karena kamu memilih pergi. Aku paham semua luka yang aku timbulkan padamu tidak bisa dikompensasi dengan apa pun. Aku sudah mengikatmu di sisiku dengan egois……”

Setiap kata Leon Gu didengarkan dengan seksama oleh Valerie Pei. Astaga, dia tidak percaya pria macam dia ini bisa berbicara demikian!

“Aku bukan suami dan ayah yang baik. Mulai sekarang, tinggalkanlah aku untuk berjuang sendirian dalam jurang penderitaan. Aku tidak akan mengganggumu lagi, sebab aku merasa kelelahan. Walau tidak senang kamu berpasangan dengan Nathan Xia, namun aku tahu kamu sangat bahagia bersamanya. Baik-baiklah berelasi dengan dia, aku ingin kamu…… bahagia.” Setelah bicara panjang lebar, Leon Gu mencium daun telinga Valerie Pei, lalu melepaskan pelukannya. Ia kini menugngu reaksinya.

Wanita yang membuatnya cinta sekaligus benci ini, ia benar-benar ingin melepasnya! Ia tidak ingin punya keterkaitan apa-apa lagi dengannya!

Valerie Pei mengedip-ngedip. Semua perkataan Leon Gu barusan adalah pukulan yang sangat keras buatnya. Orang yang selalu bilang tidak akan membiarkannya pergi kini akan menyerah. Ia akhirnya punya kebebsasan, namun anehnya hatinya malah terasa sakit dan iba. Melihat tatapan terluka si pria, si wanita sungguh ingin menyuruh orang untuk memeluknya dan memberinya ketabahan.

Waktu itu, mereka sudah berjanji untuk bersama-sama melewati masa kegelapan. Namun, ia pada akhirnya tidak tahan dan memilih pergi. Leon Gu lalu berjuang dan menanggung semua penderitaan sendiri. Sekarang, ketika Ayah Gu, Ibu Gu, dan Henry Gu sudah tidak menginginkannya lagi, apa lagi yang dia punya?

Leon Gu mendorong Valerie Pei dengan lembut dan mengangkat tangan untuk buka pintu. Ia sudah berbicara sampai ke tahap ini, yang selanjutnya perlu dilakukan adalah benar-benar pergi.

Pintu sudah setengah terbuka, sementara si wanita hanya menatap punggung si pria dengan linglung. Pria yang selama ini selalu energik di depannya kini sangat butuh disemangati!

Tetapi, suara lain mengingatkan Valerie Pei bahwa ia tidak bisa lagi berhubungan dengan Leon Gu. Bahkan jika telah ditinggalkan Ayah Gu, Ibu Gu, dan Henry Gu, pria ini masih punya Naomi Ye dan Fransiska Yin. Dia tidak kekurangan cinta!

Akhir-akhirnya, suara kedualah yang menang. Valerie mengakui bahwa dirinya egois karena tidak mau menemani Leon Gu menghadapi hal-hal itu. Ia takut terluka lagi, juga takut jatuh ke jurang tidak berdasar lagi, jadi ia menarik langkah dan pergi. Di tengah kesunyian, si wanita mengamati sosok Leon Gu yang perlahan lenyap di balik pintu.

Setelah berbalik badan, Valerie Pei mengunci pintu kamar mandi dan membiarkan tubuhnya jatuh ke pintu. Air mata juga mengalir keluar dari sepasang matanya. Barusan, tidak ada yang tahu betapa ia ingin bilang bahwa ia ingin menemaninya berjalan untuk melalui semuanya. Ia pun ingin meyakinkan si pria bahwa semua akan baik-baik saja.

Namun, si wanita tidak berani memberikan janji lagi. Ia sebelumnya sudah mengingkari janji, jadi tidak merasa mampu memenuhi janji berikutnya.

Leon Gu berjalan dengan sangat lambat. Ia sudah menggunakan semua kata-kata yang menggugah perasaan. Si pria pikir si wanita bakal melembut dan terpikir untuk kembali berpasangan dengannya, namun akhirnya ia tetap dibiarkan pergi.

Valerie Pei bertindak demikian karena tidak ingin ada keterkaitan apa-apa lagi di antara mereka. Mereka, mereka benar-benar tidak punya kesempatan untuk balikan lagi…… Yang lembut dan yang keras sudah ia coba semua, namun si wanita tetapi tidak termakan oleh pancingannya. Mereka, mereka sudah berada di titik yang tidak bisa dikoreksi……

Leon Gu kembali ke meja makan. Kalau ekspresinya saat pergi tadi adalah khawatir, kini ekspresi yang dibawanya ketika kembali adalah pasrah dan sedih. Fransiska Yin tahu bahwa si pria tadi pergi menemui si wanita. Sesuatu pasti telah terjadi di antara mereka berdua, namun ia tidak enak hati untuk bertanya apa pun padanya karena ada Jennifer Shen. Baru sebentar duduk, sip rai kembali bangkit berdiri untuk membayar tagihan. Ia lalu mengajak Fransiksa Yin untuk pergi.

“CEO Bei ada di kamar mandi. Ia terlihat sangat mual, cobalah tengok dia. Kami masih ada urusan, jadi harus pamit.”

Setelah bertutur tiga kalimat ini, Leon Gu dan Fransiska Yin bergegas pergi. Sepanjang perjalaan kembali ke hotel, si wanita memberikan ruang sendiri buat si pria.

Dengan dipapah oleh Jennifer Shen, Valerie Pei kembali ke hotel. Ia kemudian duduk tanpa bicara sepatah kata pun. Perangainya ini membuat Jennifer Shen takut. Ketika melihat si bos duduk dengan wajah pucat di bilik kamar mandi restoran, ia sudah menawarkannya untuk pergi ke rumah sakit. Valerie Pei meminta untuk membicarakannya di hotel, namun sekarang dia malah terus diam. Ah, ia harus bagaimana!

“Jennifer Shen, waktu aku pingsan hari itu, benarkah kamu dan pegawai hotel yang melarikanku ke rumah sakit?” Valerie Pei akhirnya mengeluarkan suara.

Jennifer Shen secara alami paham tidak ada gunanya berbohong lagi. Ia kali ini jujur: “Tidak, Tuan Muda Gu, Fransiska Yin, dan akulah yang sebenarnya mengantar. Melihatmu pingsan, ia cemas bukan main. Setelah kamu masuk ruang pasien, ia sempat berjaga selama beberapa jam……”

“Baik. Aku keluar sebentar, jangan tunggu kepulanganku.” Si bos tiba-tiba berdiri dengan ekspresi yang sulit ditafsirkan.

“CEO Pei, aku tidak tenang kalau kamu keluar dalam kondisi begini.”

“Jangan khawatir, aku akan meneleponmu jika terjadi sesuatu.” Si bos tersenyum tipis. Ia beberapa detik yang lalu baru membuat sebuah keputusan besar, namun kini kakinya sudah ada di dalam lift hotel untuk turun ke lantai bawah.

Leon Gu sedang mengemasi barang bawaannya. Ia sudah mempersiapkan hati untuk benar-benar tidak berelasi sama sekali dengan Valerie Pei lagi, namun kemudian bel pintu berdering. Fransiska Yin bawa kunci, buat apa coba dia mengetuk begini?

Tiba-tiba terpikir sesuatu, Leon Gu buru-buru membuka pintu. Begitu pintu dibuka, sesosok tubuh ringan menekan tubuhnya. Bukan cuma itu, bibirnya juga ditempeli erat-erat oleh bibir si pemilik tubuh……

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu