Cinta Yang Tak Biasa - Bab 94 Agresif
Karena waktu itu dia pergi ke bagian HRD mencari rekannya untuk melihat data-data riwayat hidup Stefanie, Gabby Tsu mengetahui bahwa Stefanie adalah anak yatim piatu, lalu kakak laki-laki satu-satunya, sepertinya masih ada di Kota A, kesehatannya juga tidak begitu baik, dulu waktu kuliah di Kota A. sambil kerja di luar jam kuliah, setiap tahun beasiswa dari sekolah bisa dibilang milik dia, tidak tergoyahkan, siapapun tidak ada yang bisa merebutnya.
Jadi, latar belakang keluarga seperti ini, dirinya yang seperti ini, mungkinkah bisa rela dalam sekejap menghabiskan hampir dua puluh juta membeli satu setel pakaian merek dunia yang terkenal? Apa dia gila?
Kecuali seperti dia gadis kaya yang berasal dari keluarga yang hidupnya mewah, pakaian seharga dua puluh empat puluh juta, biasanya tidak pernah sampai membuat kening berkerut, kalau ada yang dirinya suka, langsung panggil pelayan toko, lalu gesek kartu kredit ayahnya, beres urusan.
Gabby Tsu seketika teringat setiap hari dengan Stefanie sama-sama bubar kerja dan meninggalkan perusahaan, lalu bersama naik mobilnya Darren Feng sama-sama pulang ke Imperial Garden, jadi, mungkinkah ini Darren Feng yang membelikan untuknya?
“Kamu sembarangan bicara apa, apakah tidak mungkin kalau aku sendiri yang memang mau menghabiskan uang untuk membeli sebuah pakaian merek terkenal yang mahal, apakah tidak boleh? Kamu boleh saja berdasarkan hal ini, langsung mencap aku jadi peliharaan miliader? Kalian satu persatu yang biasanya juga berdandan sedemikian hebohnya, kadang juga mengenakan pakaian bermerek, apakah tidak mungkin kalian tiap hari juga menerima pemberian dari miliader?” Stefanie tidak bisa membendung emosinya hinggal langsung bereaksi, dia paling benci ucapan demikian yang mengatakan bahwa dirinya dipelihara oleh miliader.
Waktu jaman kuliah di Kota A, di dalam kampus pernah di mana-mana terdengar gosip dia dipelihara miliader, saat itu, dia sungguh merasa ke mana pun dia pergi, pasti diremehkan orang dan tidak dianggap, lalu saat berjalan, tidak peduli jalan ke bagian sekolah yang manapun, tempat manapun, dia merasa bahkan tak mampu untuk mengangkat kepalanya, sangat merasa minder, dan juga takut orang menggunakan tatapan yang berbeda dan menghina mengukur dirinya.
Dia kala itu, sangat membenci berita-berita semacam ini. Tentu saja, dia juga merasa rendah diri, karena kenyataannya memang seperti itu, kenyataannya dia, Stefanie, mahasiswi pintar yang setiap tahun mendapatkan beasiswa, dipelihara oleh seorang miliader misterius, tinggal di sebuah villa di lereng gunung.
Sekarang tiba di Kota B, berganti lingkungan yang baru, dia semula mengira kata-kata “dipelihara” ini, tidak akan pernah didengarnya lagi dari orang di sekitarnya, tapi sekarang, ternyata lagi-lagi ada rekan kerja wanita yang mencurigainya dipelihara oleh miliader, dia langsung menjadi marah.
“Stefanie, apa maksud sikapmu ini? Malu lantas menjadi marahkah? Aku hanya bercanda denganmu, kamu tidak bisa merasakannya? Mengapa reaksimu demikian hebatnya, jangan-jangan karena ucapanku ini benar ya? Stefanie, biasa aku melihatmu begitu jujur, lalu juga supel, tidak disangka, ternyata kamu orang yang tidak tahu malu!” Rekan kerjanya itu merasa diserang, seketika juga mulutnya tidak bisa ditahan lagi.
Stefanie yang tadinya sedang ada beban yang tidak bisa dilepaskan, bertolak belakang dari yang diharapkan rekan kerja wanita ini begitu bertemu langsung agresif!
“Aku tidak tahu malu? Darimana kamu bisa bilang aku tidak tahu malu? Bukannya itu kamu, yang datang-datang langsung bicara macam-macam, bilang aku dipelihara oleh miliader segala? Bercanda, apakah yang kamu lakukan tadi seperti becandaan di antara sesama rekan kerja? Kalau aku yang jadikan kamu bahan becanda dengan mengatakan bahwa kamu dipermainkan di tangan miliader, apa kamu suka mendengarnya? Itu benar-benar hal yang mengada-ada, mengapa harus dijadikan bahan becanda, apakah ini lucu? Maaf ya, aku tidak sedikit pun mendengar ada yang lucu!”
Stefanie yang sekarang, tidak seperti Stefanie yang dulu, tidak akan diam saja menerima perlakuan orang, ditindas orang.
“Sudahlah, semua saling mengalah, jangan ribut lagi, oke?” Clayton Gu sejenak merasa sulit, berada di antara dua orang rekan kerja, siapa yang harus dia bantu, rasanya tidak adil, tentu saja, dalam hatinya yang dia paling peduli tentu saja Stefanie, juga sangat ingin membantunya keluar dari kondisi tidak mengenakkan ini, tapi sikap Stefanie belakangan agak kelewatan, jadi, dia sejenak menjadi tidak tahu bagaimana harus condong padanya, hanya bisa sementara bersikap sebagai penengah dulu.
“Ini adalah kantor, tempat untuk bekerja, bukan pasar yang hiruk pikuk, kalau kalian berdua, masih ingin melanjutkan pertengkaran kalian, mohon maaf silakan keluar saja! Jangan sampai mempengaruhi pekerjaan di sini!” Clayton Gu akhirnya juga marah, wajahnya dingin, sangat marah.
Grup magang ini, terus di bawah koordinasinya, dia adalah penanggung jawab di sini, setiap karyawan di sini, dia harus mengenal dengan baik, sesama anggota grup ini seharusnya saling membantu saling menolong, lalu bersama-sama berjuang mengerjakan setiap pekerjaan dengan baik, lalu seharusnya harmonis dan saling mengasihi.
Tapi sekarang hanya karena satu hal kecil, ribut sampai seperti ini, mana pantas!
“Clayton Gu, bukan maksudku ingin bertengkar dengannya, kamu lihatlah sikapnya yang arogan!” Semua yang punya salah duluan mengadu, rekan kerja wanita itu mengerti bagaimana duluan menyerang, dengan santainya satu kalimat saja, menjelekkan Stefanie di hadapan Clayton Gu.
“Semua juga kalau hanya satu telapak tangan tidak akan berhasil bertepuk tangan, kalau kamu tidak ada salah, apakah pertengkaran ini bisa terjadi? Andai kamu juga mengerti sedikit saja prinsipnya dan ada punya sikap memaafkan, masalah ini bisa dijelaskan baik-baik, bukankah beres? Kamu sendiri juga harus baik-baik introspeksi diri, kalian berdua introspeksi, sebelum bubar kantor, aku mau melihat ada ulasan yang mendalam, kalau tidak, kalian tidak ada yang boleh pulang!” Clayton Gu jarang marah, tapi sekalinya marah, akibatnya sangat berat.
Hukuman dari Clayton Gu, bisa dibilang adil dan juga tegas, langsung Stefanie dan karyawan wanita itu tidak berbicara lagi, juga tidak berani menunjukkan sikap tidak menurut.
Konflik ini pun otomatis terhenti.
Ketika tiba waktu bubar kerja, Stefanie pergi lebih lambat dibanding yang lain, dengan susah payah dia selesaikan laporan evaluasi dirinya, dan diserahkan pada Clayton Gu yang masih menunggu di sana.
Clayton Gu tidak lebih dulu pergi, dia masih menunggu laporan evaluasi yang dibuat oleh bawahannya ini, selain itu juga dia ingin tinggal dulu untuk berbincang dengan Stefanie, sekalian juga ingin menghiburnya atas apa yang terjadi hari ini.
“Ini adalah laporan evaluasiku, silakan dilihat dulu, kalau sudah tidak ada masalah, aku pulang dulu!” Dia sudah membereskan semua barang-barangnya di atas meja, dan membawa tasnya.
“Tunggu, saya lihat dulu!” Clayton Gu melihatnya sekilas, laporan evaluasi seperti ini hanyalah sebuah formalitas, lagipula dia tidak akan sengaja mempersulit Stefanie.
“Melihat tampangmu tadi kamu benar-benar marah? Stefanie, ada hal yang aku tidak tahu apakah aku harus katakan padamu, tapi sebagai koordinator grup magang ini, dan sebagai temanmu, aku rasa tetap perlu mengatakannya padamu.” Ekspresi wajah Clayton Gu terlihat serius.
“Baik, katakan saja, aku akan menyimaknya baik-baik!” Stefanie ini juga sebenarnya orangnya bukanlah tipe pemarah, waktu itu dia marah memang sungguhan, tapi setelah kemarahannya lewat, ya sudah tidak ada terlalu dirasa lagi.
Bicara soal dendam dan sejenisnya, tidak ada dalam kamusnya.
“Sekarang kita bukanlah mahasiswa lagi, bukan juga mahasiswa S2, sekarang kita sudah selangkah demi selangkah masuk ke dalam masyarakat, dan masyarakat itu sangat kompleks, suasana kampus yang seperti menara gading itu sama sekali tidak akan kita dapat rasakan, tempat kerja sangatlah kompleks, hubungan antara manusia ada banyak perubahan yang aneh, di sekeliling kita apakah musuh atau teman, ini sangat banyak masalah, semuanya sangatlah nyata terjadi, Stefanie, jangan hidup dalam dunia mimpi, sekarang adalah dunia kehidupan yang nyata!” Clayton Gu menasehati dengan sungguh.
“Aku tahu, tapi aku tidak bisa terima, mengapa dia begitu merendahkan diriku? Jelas-jelas aku tidak pernah berbuat salah padanya, atas dasar apa dia melakukan itu padaku? Bercanda, kamu juga saat itu ada di sana, kamu juga dengar apa yang dia katakana, apakah ini seperti perkataan sedang bercanda? Anggaplah memang bercanda, apakah aku cukup akrab dengannya, begitu akrabnya sampai di level bisa bercanda untuk hal-hal seperti inikah?” Stefanie sungguh tidak mengerti, “Sebelum ini, aku dan dia hampir tidak pernah berhubungan.”
“Tapia pa kamu tidak merasa reaksimu juga sedikit berlebihan? Stefanie, sebetulnya apa yang kamu takutkan atau apa yang sedang kamu pikirkan?” sorot mata Clayton Gu seperti panah, langsung tertuju masuk dalam mata hitam Stefanie yang menyiratkan kegalauan hatinya.
Dia sedang merasa takut, benar, waktu itu memang dia sedang merasa ketakutan, Clayton Gu ini ternyata bisa membaca ketakutannya.
“Kuakui, reaksiku saat itu memang sedikit berlebihan, tapi dia kan yang lebih dulu bersalah, bukankah begitu?” Stefanie tidak ingin masalah ini lebih dalam dibicarakan lagi, “Sudahlah, sekarang membicarakan ini, tidak ada gunanya lagi, kalau sudah tidak ada apa-apa lagi, aku duluan ya!”
“Tunggu, Stefanie, apa kamu berani bilang bahwa sekarang kamu tidak memilih untuk menghindar? Kamu tidak berani menghadapiku, terlebih kamu tidak berani menghadapi kata-kata candaan tadi, Stefanie, sebetulnya ada apa? Apa yang terjadi, bisakah kamu jujur katakan padaku, anggaplah aku tidak bisa membantu banyak, minimal aku bisa membantu memberimu saran!” Clayton Gu selalu merasa belakangan ini, di antara mereka berdua semakin hari semakin tidak ada bahan pembicaraan, jarak di antara mereka terasa semakin jauh, tapi ini sama sekali bukanlah akhir yang dia harapkan terjadi.
Tubuh Stefanie menjadi tegang, dia berdiri di tempatnya tak berani bergeming, Clayton yang begitu pintar, apakah sudah menyadari sesuatu atau berhasil menebak sesuatu, tapi, dia sudah tidak ingin lanjut memikirkan hal ini.
“Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja, Clayton Gu, pikiranmu terlalu jauh! Kalau kamu memang sedang senggang, sebetulnya boleh lebih memperhatikan dirimu sendiri atau teman di sampingmu, urusan hari ini, aku akui aku agak berlebihan bereaksi, ke depannya aku pasti akan berubah, akan berusaha keras mengatur perasaaanku lebih baik lagi, masalah seperti ini, aku berani jamin, tidak akan terjadi untuk kedua kalinya! Kalau ada orang yang begitu kejamnya merendahkanku lagi, aku akan mengambil tindakan yang lebih bijak, dan bukan malah seperti tadi bikin keributan! Tentu saja, aku berterima kasih kamu telah dengan cepat menghentikan semuanya, sehingga masalahnya tidak bertambah parah!”
Bicara sejujurnya, dalam hatinya sungguh dirinya sangat merasa berterimakasih padanya.
“Tidak, Stefanie, sesungguhnya aku juga mau minta maaf padamu, urusan hari ini, aku seharusnya berdiri di pihakmu, membelamu, bagaimanapun dia yang salah duluan, dia yang sembarangan bercanda, dia yang memulainya, tapi, identitasku di sini sangat khusus, posisiku juga sangat sensitif, aku harus netral berada di posisi tengah, tidak boleh condong pada siapapun, meskipun aku sangat ingin membelamu, ingin membantumu membela diri! Tetapi, pikiranku berkata, aku tidak boleh lakukan itu!” Clayton Gu sungguh merasa bersalah untuk masalah ini.
Novel Terkait
My Perfect Lady
AliciaIstri Yang Sombong
JessicaHei Gadis jangan Lari
SandrakoMy Goddes
Riski saputroTen Years
VivianCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita