Cinta Yang Tak Biasa - Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)

Setelah Stephanie memakai baju steril, dia masuk ke unit perawatan intensif untuk menjenguk kakaknya. Steven masih belum bangun. Tapi, banyak selang yang awalnya dimasukkan ke dalam tubuhnya sudah dicabut sebagian, sepertinya setelah diamati satu malam kondisinya sudah agak stabil, jadi para perawat di sini mencabutnya atas perintah dokter.

"Nona Stefanie, kamu jangan khawatir, kondisi pasien cukup stabil, tetapi dalam beberapa hari ke depan tidak boleh di anggap remeh, nanti agak siangan perawat akan tiba, jam operasional rumah sakit kami belum dimulai, kamu datang terlalu pagi."

Tapi perawat yang secara rutin memeriksa kamar datang sangat awal.

"Terima kasih telah membantu menjaga kakakku. Sebentar lagi aku akan pergi ke sekolah. Bisakah aku menitipkan sebuah catatan untuk kakakku, lalu setelah kakakku bangun , bisakah kalian memberikan catatan ini kepada kakakku? Dengan begitu kakakku tahu aku adiknya ada datang ke sini! ”Stephanie berpikir cukup lama, akhirnya menemukan cara yang lumayan bagus ini.

“Boleh!” Perawat yang cantik itu sangat ramah dan mudah di ajak berbicara.

Stefanie bergegas merobek halaman kosong dari buku catatannya, lalu mengambil pena dan menuliskan beberapa kata yang singkat untuk kakaknya.

Sebenarnya, apa yang ingin dia katakan sangatlah sederhana.

"Kakak, aku Stefanie, pagi ini aku datang untuk menjengukmu, tapi aku lihat kamu masih belum bangun, jadi aku tidak membangunkanmu, kakak istirahatlah dengan baik. Aku pergi ke sekolah dulu, nanti malam aku akan mencari waktu untuk datang melihatmu, kamu harus berjuang! "

Sangat sederhana, tidak terlalu banyak kata-kata mengharukan, hanya beberapa kata yang biasa, seperti kata-kata yang dikatakan setiap hari di rumah, tetapi dalam kata-kata ini mengandung makna kekeluargaan yang sangat akrab.

“Sudah merepotkanmu, suster.” Stefanie menyerahkan catatan yang ditulisnya kepada perawat yang datang memeriksa kamar pasien. Setelah tinggal sebentar di kamar pasien, dia bergegas kembali ke mobil.

“Bagaimana kondisi Tuan Steven?” dia baru naik ke dalam mobil, supir yang jujur dan baik hati itu, bertanya dengan penuh perhatian kepadanya.

“Hmm, kakakku masih belum bangun, tapi perawat bilang kondisinya cukup bagus, dan menyuruhku untuk tidak terlalu khawatir.” Stefanie menjawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dia sangat menghargai perhatian darinya.

"Bagus kalau begitu, kamu juga jangan terlalu banyak berada di bawah tekanan! Uh, aku dengar kalian kakak beradik saat usia kalian masih sangat kecil kalian sudah kehilangan orangtua dan tumbuh besar dengan hidup saling bergantungan? Kalau begitu kakakmu benar-benar tidak mudah, harus menjadi ayah dan ibu! "Supir itu berkata sambil menghela nafas.

Dia juga baru tahu soal pengalaman hidup yang malang ini. Karena setiap kali pergi ke rumah sakit, dia melihat hanya Stefanie anggota keluarga yang berjaga di rumah sakit. Karena penasaran dia diam-diam bertanya kepada perawat, dan perawat itu memberitahukan keadaan yang sebenarnya kepadanya. Kalau tidak, dia benar-benar tidak akan memperhatikan hal-hal kecil seperti ini.

“Maaf, apakah saya berbicara seperti ini, membuat Nona Stefanie merasa tidak nyaman? Tidak seharusnya saya mengungkit masa lalu yang menyedihkan ini, saya yang salah!” supir itu menyadari sepertinya dia salah bicara. Secara tidak sengaja dia membahas masa lalu yang tidak ingin dibahas dan kelam bagi orang lain, oleh karena itu dia terus menerus meminta maaf.

“Tidak apa-apa. Lagipula itu adalah peristiwa lama yang sudah berlalu bertahun-tahun!” Sebenarnya, dia sudah terbiasa, terbiasa dengan rumahnya yang sepi, terbiasa mengandalkan dirinya sendiri dalam melakukan segala sesuatu, terbiasa mandiri, dan bahkan terbiasa tersenyum dalam menghadapi hidup.

Setelah itu, supir itu menutup mulutnya dengan tahu diri, lalu dia mengemudikan mobil dengan tenang.

Stefanie tetap meminta supir untuk berhenti di persimpangan biasanya, dan tidak membiarkannya mengendarai mobil yang sangat mencolok ini langsung ke pintu masuk sekolah. Meskipun supir itu masih tidak bisa memahaminya, dia hanya bisa menuruti permintaanya.

"Nona Stephanie, ini nomor telepon saya. Jika urusan anda di sekolah sudah seleai dan anda ingin kembali ke vila, ingat untuk menelepon saya, saya pasti akan datang sesegera mungkin!" Kali ini, supir takut tidak dapat menghubunginya, oleh karena itu dia bergegas menuliskan nomor teleponnya di atas kertas lalu menyerahkannya kepadanya.

Stefanie mengambil kertas yang sangat tipis itu dan tidak menolak, sebaliknya dia menyimpannya dengan hati-hati. Setelah melambaikan tangan kepada pak supir, dia berjalan sendirian melintasi persimpangan lalu dengan cepat berjalan melewati gang kecil.

Jika bukan demi ujian bulan depan, Stefanie benar-benar tidak ingin menginjakkan kakinya ke gerbang sekolah lagi. Kekerasan yang terjadi di belakang gunung di sekolah pada hari itu memberikan kesan yang sangat mendalam kepadanya dan juga meninggalkan trauma yang tak terhapuskan.

Dia jadi tidak terlalu menyukai sekolah ini, dia tidak menyukai setiap mahasiswa di sekolah ini, dia takut, takut orang lain mengucilkannya atau melihatnya dengan tatapan menghina.

Tetapi yang mengejutkannya adalah suasana di sekolah hari ini sangat berbeda dengan biasanya, setiap mahasiswa terlihat terburu-buru, dan yang paling penting adalah raut wajah mereka terlihat tidak terlalu bagus, sepertinya sesuatu yang sangat serius telah terjadi di sekolah, dan sepertinya itu adalah hal yang buruk, ketika mereka berpapasan dengannya, mereka tidak seperti lusa lalu menunjuk-nunjuknya secara diam-diam dan bahkan mengejek dan memberikan tatapan menghina kepadanya.

“Aneh, ini benar-benar aneh!” samar-samar dia merasa ada hal baru terjadi di sekolah hari ini, tetapi apakah hal baru ini berkaitan dengan dirinya atau tidak, dia tidak tahu.

Diam-diam dia merasa lega. Ketika dia melewati papan pengumuman sekolah, dia melihat di depan papan pengumuman penuh dengan mahasiswa dari berbagai departemen, dan setiap mahasiswa menengadahkan kepala mereka sambil melihat papan pengumuman .

Apakah sekolah memiliki kebijakan baru? Tren baru, atau pemberitahuan soal ujian yang akan datang?

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu