Cinta Yang Tak Biasa - Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)

Jika tidak, satpam sekolah jika berjalan kemari dan mengetahui mereka membully dengan orang banyak, dan menhajar hingga mati-matian, maka mereka pasti juga akan mendapatkan hukuman yang tidak ringan.

"Pergi dari sini, segera pergi dari sini!"

Dengan cepat rombongan gadis yang manja dan juga egois ini segera pergi dari sini.

Stefanie tergeletak dijalanan, dia terbaring sangat lama, luka dibadannya membuatnya sangat sakit, namun hatinya lebih sakit lagi.

Fransiska dan dirinya adalah teman sekolahan dari sma, tunggu sebentar, sma membuatnya terpiikiran sesuatu.

disaat ini, dia tidak peduli lagi dengan sakit dan luka dibadannya, dia mencoba untuk bangun dan duduk, hpnya yang tua dan rusak itu untung saja tidak rusak karena mereka, masih bisa menelepon, Stefanie bergegas menelepon sebuah nomor yang familiar.

Hanya saja ketika dia menarik nafas dalam-dalam, dan bersiap untuk meminta pembuktian dari orang lain, dihpnya hanya terdengar suara robot.

"Maaf, nomor yang anda hubungi sedang tidak aktif, silakan hubungi sesaat lagi!"

Stefanie tidak pernah begitu mendendami suara robot wanita seperti ini.

Mengapa Fransiska bertemu dengannya dan langsung ingin kabur dan tidak mempedulikan panggilan dan halangannya? Hp Lidia, mengapa sekarang dalam kondisi nonaktif dan tidak bisa dihubungi?

Apakah semua ini hanya kebetulan saja?

Tapi ini sungguh terllau kebetulan! Ini tidak masuk akal,

"Lidia, kamukah? Apakah kamu yang mengkhianati aku dan menyebarkan gosipku kemana-mana?" Dia duduk ditempat semula dan tidak bisa mempercayai fakta yang begitu kejamnya ini.

Teman disekitarnya tidaklah banyak, Lidia termasuk adalah teman yang paling baik dengannya, ketika mereka SMA, waktu itu mereka akrab hingga bahkan bisa pakai celana yang sama, jika tidak, ketika kakaknya terdiagnosis sakit parah dan membutuhkan uang 600 juta, dan meminjam kepadanya, ketika tamat SMA, kabarnya Lidia menikahi orang kaya, seharusnya Lidia punya uang, tapi waktu itu dia tidak meminjamkan kepadanya.

Waktu itu dia masih mengira dengan polosnya 600 juta itu bukanlah sebuah angka kecil, sekalipun suami Lidia adalah orang kaya, namun keluarga siapa yang bisa langsung mengeluarkan 600 juta begitu saja, dan tidak merasa sedikit keberatan? Jadi Stefanie tidaklah menyalahkan Lidia juga.

Disaat Lidia memberitahunya boleh pergi mencari uang di club malam, Stefanie masih saja sangatlah merendahkan cara mendapatkan uang yang tidak benar ini.

Sekarang, teman yang paling baik kepadanya seolah bahkan mengkhianatinya dan akan kehilangannya.

Entah berapa lama dia duduk diatas disana, dia masih menelepon Lidia sebanyak dua kali, namun sayangnya, tapi masih saja tidak bisa dihubungi, hingga dia menyadari teleponnya berdering, barulah dia bergegas mengambil hp dengan tegang.

"Lidia" Stefanie langsung memanggil nama Lidia tanpa melihatnya.

"Lidia apa? Dimanakah kamu sekarang?" Darren sangatlah tidak sabaran, "Tadi supir meneleponku dan memberitahuku dia sudah menuggumu di pintu sekolahmu sangat lama, waktu janji denganmu sudah lewat begitu lama, dimanakah kamu sekarang?"

Stefanie barulah menyadari dirinya sendiri salah panggil orang, telepon ini bukanlah telepon dari Lidia, melainkan dari Darren untuk mempertanyakan kesalahannya.

"Oh, aku masih berada didalam sekolah, aku segera kedepan pintu sekolah, aku lupa melihat jam di hpku!"

Sebenarnya, dia sendiri juga tidak tahu berapa lama dia duduk disana.

"Apakah berhasil minta izin?" Tuan Muda Feng mendengar bahwa dia masih disekolah barulah dia lega.

"Guru pembimbingku sudah menyetujuinya." Tangan Stefanie yang memegang hp sedikit gemetaran.

Mengapa disaat dia begitu sakit hati, malah Tuan Muda Feng ini yang meneleponnya, air matanya mengalir dan tidak bisa dihentikan.

Dia berusaha untuk menahannya, barulah membuat dirinya tidak menangis dengan suara, jika tidak, kalua didengar oleh Tuan muda disisi lain telepon, dia pasti akan memarahinya lagi.

"Baiklah, sudah begitu dulu." Ditangan Darren masih ada setumpuk dokumen yang masih menunggu tanda tangan darinya, dia menelepon ditengah-tengah kesibukan.

Telponnya terdengar suara 'du du du' pertanda bahwa orang itu sudah mengakhiri panggilan.

Dia menyimpan teleponnya dan melap wajahnya, lalu berusaha berdiri, selangkah demi selangkah dia langkah untuk meninggalkan tempat ini, namun dia tidak langsung pergi ke pintu sekolah, melainkan pergi kesebuah toilet umum dan dibawah keran air toilet wanita, dia membersihkan dirinya dengan bersih, hingga setelah dia mengaca dan yakin tidak ada yang terlalu tidak beres, barulah dia berjalan perlahan ke pintu sekolah.

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu