Cinta Yang Tak Biasa - Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
Adapun putri yang tidak berbakti, ia telah lama menghilang.
"Kamu juga sudah melihatnya dengan mata kepalamu sendiri kan? Nyalinya begitu besar, tanpa banyak bicara, hanya karena ribut sepatah dua patah kata, lalu bisa melarikan diri dari rumah, apa ini bisa dikatakan lari dari rumah? Anak ini, aku akan memberinya pelajaran, kamu tidak percaya, dan masih mengahalang-halangi, kamu sendiri juga melihatnya kan!" Amarah Marco Liu pun masih meledak-ledak.
Itu seperti sebuah gelombang ombak yang datang susul menyusul.
Awalnya mau memberi pelajaran yang sesungguhnya kepada putrinya itu, tapi, tak disangkanya, itu akan berbalik kepada dirinya sendiri, sekarang putrinya yang pemarah itu pun masih melarikan diri dari rumah.
Ibu Julia Liu menangis hingga kedua matanya merah menyala, dengan penuh kesedihan, dia hanya berkata kepada suaminya, "Aku juga tidak menghalangimu memberi pelajaran kepada putrimu, hanya saja, jika ada masalah, katakanlah baik-baik, apa kamu tidak bisa berkata dengan hati tenanf, kemudian bicara baik-baik dengannya? Dia sudah besar, tuluslah sedikit, kemudian tegaslah, dia seharusnya bisa mendengarkanmu! Tapi kamu tidak tidak setuju, lalu main tangan, sekarang hatinya pasti merasa begitu sedih, pasti juga tidak bisa menerima kenyataan akan kamu yang begitu galak kepadanya, hingga kamu main tangan dan menamparnya!"
Marco Liu tidak ingin melemah di hadapan istrinya, dia pun mengepalkan tangan dan menyahut, "Jika aku tidak main tangan, apa dia masih akan menganggapku sebagai seorang ayah, jika begitu maka dia sudah tidak bisa di tolong lagi. Jika dilanjutkan, denganmu memanjakannya dia akan semakin lupa daratan!"
Ibu Julia Liu yang mendengarnya pun kembali meneteskan air mata, "Kamu selalu berkata aku memanjakannya, tapi sekarang lihatlah, kamu menamparnya hingga dia lari, sekarang dia lari dari rumah, hari sudah mulai gelap, menurutmu bagaimana dia melewati malam? Mau menyuruhnya tidur dimana? Jika ada suatu kecelakaan, kamu mau bagaimana?"
Marco Liu tidak mau kalah, "Dia sudah besar, sudah dewasa, di luar sana bukankah dia juga punya teman yang akan meminjaminya tempar untuk tinggal? Kamu ini, khawatir seperti ini, apa dia bisa tidak membawa uang sepeser pun? Katakanlah dia sungguh tidak punya uang, juga bisa meminjam dari orang lain saat ini barang hanya sedikit! Aku tidak percaya, kamu di luar sana bisa mati beku dan kelaparan! Dia tidak ingin pulang, dia ingin lari dari rumah, iya kan? Baiklah, dia bernyali untuk lari dari rumah, jangan sampai dia kembali lagi! Tidak usah kembali lagi ke rumah ini!"
Marco Liu berkata dengan keras, lalu segera menghempaskan tangannya, juga tidak mempedulikan istrinya yang masih menangis.
Ibu Julia Liu, seorang diri bersandar di sebuah tiang hingga kakinya kehilangan tenaga dan jatuh berlutut di tanah, beberapa hari ini, dia tidak bisa merasa tenang, masalah tentang putrinya, sepotong demi sepotong, telah mengikis hati ibunya.
Di sisi lain, setelah Julia Liu lari dari rumah, dia berlari sangat jauh, sambil berlari dia pun menangis, sampai pada akhirnya, tidak tahu apa karena dia berlari maka dia menjadi terengah-engah, atau bagaimana, hanya saja ada perasaan seakan tidak bisa menghirup udara dengan lancar.
Harinya seperti remuk redam dalam sekejap.
Dari dulu, kehidupannya berada di sebuah rumah tangga yang tercukupi, anggap saja seperti permata kesayangan ayah ibunya, dari kecil dia dimanjakan, juga tidak pernah merasakan pedihnya dunia, semua benda yang terbagus diberikan kepadanya.
Tapi sedikit demi sedikit, juga membuatnya tumbuh dengan sifat yang tidak begitu bagus, misalnya mau menang sendiri, merasa paranoid, dan juga meremehkan.
Tapi, dia juga sangat pintar, pintar untuk bersandiwara di hadapan kedua orang tuanya, berlagak seperti seorang anak yang sangat patuh, terus melakukan yang disukai orang tuanya, sandiwara yang sangat berhasil, tanpa ada setitik pun kesalahan, tapi begitu meninggalkan rumah, dan bergaul, hingga melakukan magang, tanpa pengawasan orang tuanya, dia bagaikan seekor burung yang dilepaskan dari sarangnya, dan menjadi sesuka hati. Temperamen ini, juga semakin lama semakin buruk.
Hari itu tidak tahu mengapa, dia tiba-tiba mengatakan hal-hal seperti itu, saat diingat kembal, sepertinya dia tidak memikirkannya dulu dan langsung mengutarakannya, biasanya dia juga acuh tak acuh, tapi siapa yang tahu bahwa Stefanie itu juga dinilai cukup jujur, di perusahaan biasanya terlihat tak bersemangat, dan mengira dia adalah orang yang mudah diganggu, tak tahunya bukan seperti itu.
Sambil berpikir yang tidak-tidak, dia pun berjalan ke depan tak berhenti, dia tidak mengizinkan dirinya untuk berhenti, dan tidak berniat untuk berhenti.
Wajah yang ditamparnya itu, seakan menyedot semua rasa kasih orang tuanya selama ini, membunuh semua rasa sayangnya, rumah yang dulunya begitu hangat, seakan hanya sebuah mimpi yang tertinggal jauh.
Tak terasa, dia sudah berjalan begitu jauh, sampai akhirnya dia menghentikan sebuah taksi di ujung jalan.
Setelah naik ke dalam taksi, dia meraba tubuhnya, dia mendapatkan sebuah dompet, dan juga sebuah ponsel, untung saja saat dia turun tadi, dia terbiasa untuk membawa ponsel dan dompetnya di dalam kantong. Jika tidak, dia berlari dari rumah dengan sakit hati, dan di tubuhnya tidak ada sesuatu yang berharga, dia sungguh tidak tahu lagi apakah dia harus tidur di jalanan..
"Nona, mau kemana?" Sopir taksinya adalah seorang paman setengah baya yang jujur, melihat anak perempuan yang menangis hingga kedua matanya membengkak ini naik ke mobilnya, tapi tidak memberitahu arah tujuannya, membuatnya merasa terbebani.
"Kemana saja ke bar paling dekat dari sini." Julia Liu berpikir, sekarang ini dia tidak tahu lagi kemana harus pergi, hatinya terasa begitu kacau, maka dia ingin pergi ke sebuah bar.
"Nona, apa anda sungguh yakin ingin pergi ke bar terdekat?" Pria setenghan baya itu tidak begitu menyukai ide perempuan muda yang pergi ke bar yang tidak aman itu, di dalam bar dan hiburan malam, tidak tahu ada berapa banyak pria hidung belang yang berkeliaran di sana, entah tua maupun muda, semua nya berkumpul menjadi satu.
"Banyak ikut campur sekali, aku juga bukannya tidak punya uang untuk membayarmu, setirlah saja mobilmu!" Karena suasana hati Julia Liu tidak bagus, maka dia tidak ingin mempedulikan sopir itu, tapi sopir berumur segitu, memanglah terlalu banyak mulut, sungguh memuakkan.
Sopir itu hanyalah ingin berniat baik dan mengingatkan saja, tapi alhasil malah dimaki oleh Julia Liu, akhirnya dia memilih untuk menutup mulut, dan tidak berkata apa-apa.
Mobil itu dengan cepat sampai ke bar terdekat, saat ini hari belum sepenuhnya gelap, hanya sedikit kelam, lampu temaram bar sudah mulai menyala, memberi warna warni redup yang indah, kehidupan malam yang indah di kota ini akan segera dimulai saat malam tiba.
"Nona, sudah sampai bar." Sopir itu mengingatkan dengan datar..
Karena sikap Julia Liu yang mengesalkan, dia sudah kehilangan pandangan baik sopir itu.
Julia Liu segera mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, lalu masuk ke dalam bar tanpa menoleh.
Dulu, saat orang tuanya masih di belakangnya, bukannya dia tidak pernah keluar bersama teman menuju ke bar, hanya saja, saat itu, begitu mereka datang, mereka sering datang berkelompok ,dengan banyak orang yang ramai, dan tidak akan mungkin diganggu oleh orang lain, hanya itu saja yang bagus.
Tapi setelah dia magang, sudah lama sekali dia tidak menghubungi teman-temannya itu, kehidupan magang yang sibuk, juga peraturan rumah yang begitu ketat, membuatnya tidka bisa pergi lagi dengan teman-temannya itu, secara perlahan, hubungan itu pun kandas.
Maka saat ini, dia ingin mencari seorang teman yang bisa menemaninya minum sampai mabuk, tapi dia tidak bisa menemukan yang tepat, juga seseorang yang akan langsung datang ketika ditelepon.
Karena masih cukup sore, maka orang di bar pun tidak terlalu banyak, masih banyak kursi yang masih kosong, Julia Liu pun segera menempatkan diri di meja bar tinggi dan memesan minum.
Dia datang ke bar, hanya untuk melepaskan emosinya, hanya untuk membeli kemabukan, maka, dia harus minum arak.
"Nona, mau minum apa?" Bartender yang merupakan seorang pemuda muda yang tampan itu melihatnya duduk sednri, dan dengan ramah bertanya kepadanya.
"Kamu bisa membuat apa saja, berikan semuanya untukku!" Dulu kemampuan minum alkoholnya memanglah tidak lemah, hanya saja lama tidak minum, tidak tahu apakah dia masih kuat untuk minum.
"Sepertinya nona ini adalah seorang pahlawan minum wanita! Tapi, alkohol yang ku racik, ada banyak sekali macamnya, jika nona tidak keberatan, aku akan membuatkan sebuah minuman yang cocok dengan suasana hati nona malam ini." Bartender itu pun juga adalah seorang profesional, bisa mengamati situasi dengan baik.
"Iya kah? Kalau begitu pertama-tama katakanlah dulu suasana hati apa yang dimiliki oleh nona ini malam ini, jika menjawab dengan benar akan ada hadiahnya lho!" Lampu temaram redup yang menimpa wajahnya, jika keempat sisi ruangan ini, seakan juga membuatnya lupa akan kekacauan duniawi.
"Malam ni nona datang seorang diri, jadi, pastinya nona ini sedang patah hati? Bisa dipastika suasana hatinya sedang buruk!" Bartender itu melihat sorot mata orang, dan hampir selalu akurat, bisa menebak dengan tepat tak jauh dari kebenarannya.
"Patah hati? Haha, nona ini belum punya pacar, bagaimana bisa patah hati? Jadi itu salah, tapu kamu juga bisa melihatnya, suasana hati nona ini malam ini memang buruk, haha, suasana hati nona ini sungguh sangat jelek, sangat tidak nyaman!" Di sini juga tidak ada orang yang dikenalinya, Julia LIu merasa bar memanglah tempat yang bagus.
"Kalau begitu karena suasana hati sedang buruk, marilah minum gelas pertama!" Bartender itu menyajikan segelas minuman dengan kadar alkohol yang pekat.
Julia Liu memang berniat untuk mabuk, jadi, tanpa banyak bicara, dia mengambil gelas dari bartender itu, dan menegaknya dalam sekali teguk.
Rasa pedas alkohol itu berjalan menyusuri kerongkongan, terus masuk ke dalam perutnya, dan membuat perutnya merasa melilit.
"Sepertinya nona sangat bisa minu, hebat, hebat!" Segera setelah itu, bartender itu kembali membuatkan dua gelas alkohol lagi.
Julia Liu tidak menolaknya, dan alkohol yang ada di hadapannya itu pun, semua ditegaknya sampai habis, dia minum dengan ganas dan juga dengan cepat, jadi beberapa jenis alkohol yang dijadikan satu itu, lebih bisa membuat mabuk dibandingkan hanya satu jenis alkohol saja.
"Nona, meskipun alkohol yang kubuat ini bagus, tapi juga jangan terlalu banyak, lebih baik nona minum lebih sedikit, jika terlalu banyak bisa membahayakan tubuh!" Bartender itu mengingatkannya dengan niat baik dari hati nuraninya.
"Aku ingin kamu meraciknya, jadi raciklah saja, mengapa banyak mulut sekali, takut aku tidak bisa membayar, tidak memberimu cukup uang?" Setelah bicara, Julia Liu segera membuka dompetnya di hadapan bartender tu, kemudian menunjukan beberapa lembar uang kertas yang ada di dompetnya, yang pasti cukup untuk membayar konsumsi alkoholnya malam ini.
"Bukan begitu maksudku, sudahlah, kamu memang suka minum, terserah saja! Anggap saja aku tidak pernah berkata apa-apa." Dia berniat baik, alhasil malah dimaki olehnya, dia menggelengkan kepala, memastikan untuk tidak ikut campur lagi, dan fokus di gerakannya untuk membuatkan minuman.
Langit di luar sudah semakin gelap, semakin banyak wanita dan pria yang sudah cukup umur yang masuk ke dalam bar, kehidupan malam di kota ini pun, semakin lama semakin luar biasa dan semakin mewah. Di kota yang makmur, tubuh lelah sepanjang hari mendambakan menemukan tempat untuk bersantai, dan kemudian untuk menyejukan pikiran atau bermain, dan bar ini merupakan tempat yang paling cocok untuk melepas penat..
Novel Terkait
Beautiful Lady
ElsaMi Amor
TakashiThe Revival of the King
ShintaMarriage Journey
Hyon SongDiamond Lover
LenaPredestined
CarlyMy Only One
Alice SongCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita