Cinta Yang Tak Biasa - Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam

Adapun putri yang tidak berbakti, ia telah lama menghilang.

"Kamu juga sudah melihatnya dengan mata kepalamu sendiri kan? Nyalinya begitu besar, tanpa banyak bicara, hanya karena ribut sepatah dua patah kata, lalu bisa melarikan diri dari rumah, apa ini bisa dikatakan lari dari rumah? Anak ini, aku akan memberinya pelajaran, kamu tidak percaya, dan masih mengahalang-halangi, kamu sendiri juga melihatnya kan!" Amarah Marco Liu pun masih meledak-ledak.

Itu seperti sebuah gelombang ombak yang datang susul menyusul.

Awalnya mau memberi pelajaran yang sesungguhnya kepada putrinya itu, tapi, tak disangkanya, itu akan berbalik kepada dirinya sendiri, sekarang putrinya yang pemarah itu pun masih melarikan diri dari rumah.

Ibu Julia Liu menangis hingga kedua matanya merah menyala, dengan penuh kesedihan, dia hanya berkata kepada suaminya, "Aku juga tidak menghalangimu memberi pelajaran kepada putrimu, hanya saja, jika ada masalah, katakanlah baik-baik, apa kamu tidak bisa berkata dengan hati tenanf, kemudian bicara baik-baik dengannya? Dia sudah besar, tuluslah sedikit, kemudian tegaslah, dia seharusnya bisa mendengarkanmu! Tapi kamu tidak tidak setuju, lalu main tangan, sekarang hatinya pasti merasa begitu sedih, pasti juga tidak bisa menerima kenyataan akan kamu yang begitu galak kepadanya, hingga kamu main tangan dan menamparnya!"

Marco Liu tidak ingin melemah di hadapan istrinya, dia pun mengepalkan tangan dan menyahut, "Jika aku tidak main tangan, apa dia masih akan menganggapku sebagai seorang ayah, jika begitu maka dia sudah tidak bisa di tolong lagi. Jika dilanjutkan, denganmu memanjakannya dia akan semakin lupa daratan!"

Ibu Julia Liu yang mendengarnya pun kembali meneteskan air mata, "Kamu selalu berkata aku memanjakannya, tapi sekarang lihatlah, kamu menamparnya hingga dia lari, sekarang dia lari dari rumah, hari sudah mulai gelap, menurutmu bagaimana dia melewati malam? Mau menyuruhnya tidur dimana? Jika ada suatu kecelakaan, kamu mau bagaimana?"

Marco Liu tidak mau kalah, "Dia sudah besar, sudah dewasa, di luar sana bukankah dia juga punya teman yang akan meminjaminya tempar untuk tinggal? Kamu ini, khawatir seperti ini, apa dia bisa tidak membawa uang sepeser pun? Katakanlah dia sungguh tidak punya uang, juga bisa meminjam dari orang lain saat ini barang hanya sedikit! Aku tidak percaya, kamu di luar sana bisa mati beku dan kelaparan! Dia tidak ingin pulang, dia ingin lari dari rumah, iya kan? Baiklah, dia bernyali untuk lari dari rumah, jangan sampai dia kembali lagi! Tidak usah kembali lagi ke rumah ini!"

Marco Liu berkata dengan keras, lalu segera menghempaskan tangannya, juga tidak mempedulikan istrinya yang masih menangis.

Ibu Julia Liu, seorang diri bersandar di sebuah tiang hingga kakinya kehilangan tenaga dan jatuh berlutut di tanah, beberapa hari ini, dia tidak bisa merasa tenang, masalah tentang putrinya, sepotong demi sepotong, telah mengikis hati ibunya.

Di sisi lain, setelah Julia Liu lari dari rumah, dia berlari sangat jauh, sambil berlari dia pun menangis, sampai pada akhirnya, tidak tahu apa karena dia berlari maka dia menjadi terengah-engah, atau bagaimana, hanya saja ada perasaan seakan tidak bisa menghirup udara dengan lancar.

Harinya seperti remuk redam dalam sekejap.

Dari dulu, kehidupannya berada di sebuah rumah tangga yang tercukupi, anggap saja seperti permata kesayangan ayah ibunya, dari kecil dia dimanjakan, juga tidak pernah merasakan pedihnya dunia, semua benda yang terbagus diberikan kepadanya.

Tapi sedikit demi sedikit, juga membuatnya tumbuh dengan sifat yang tidak begitu bagus, misalnya mau menang sendiri, merasa paranoid, dan juga meremehkan.

Tapi, dia juga sangat pintar, pintar untuk bersandiwara di hadapan kedua orang tuanya, berlagak seperti seorang anak yang sangat patuh, terus melakukan yang disukai orang tuanya, sandiwara yang sangat berhasil, tanpa ada setitik pun kesalahan, tapi begitu meninggalkan rumah, dan bergaul, hingga melakukan magang, tanpa pengawasan orang tuanya, dia bagaikan seekor burung yang dilepaskan dari sarangnya, dan menjadi sesuka hati. Temperamen ini, juga semakin lama semakin buruk.

Hari itu tidak tahu mengapa, dia tiba-tiba mengatakan hal-hal seperti itu, saat diingat kembal, sepertinya dia tidak memikirkannya dulu dan langsung mengutarakannya, biasanya dia juga acuh tak acuh, tapi siapa yang tahu bahwa Stefanie itu juga dinilai cukup jujur, di perusahaan biasanya terlihat tak bersemangat, dan mengira dia adalah orang yang mudah diganggu, tak tahunya bukan seperti itu.

Sambil berpikir yang tidak-tidak, dia pun berjalan ke depan tak berhenti, dia tidak mengizinkan dirinya untuk berhenti, dan tidak berniat untuk berhenti.

Wajah yang ditamparnya itu, seakan menyedot semua rasa kasih orang tuanya selama ini, membunuh semua rasa sayangnya, rumah yang dulunya begitu hangat, seakan hanya sebuah mimpi yang tertinggal jauh.

Tak terasa, dia sudah berjalan begitu jauh, sampai akhirnya dia menghentikan sebuah taksi di ujung jalan.

Setelah naik ke dalam taksi, dia meraba tubuhnya, dia mendapatkan sebuah dompet, dan juga sebuah ponsel, untung saja saat dia turun tadi, dia terbiasa untuk membawa ponsel dan dompetnya di dalam kantong. Jika tidak, dia berlari dari rumah dengan sakit hati, dan di tubuhnya tidak ada sesuatu yang berharga, dia sungguh tidak tahu lagi apakah dia harus tidur di jalanan..

"Nona, mau kemana?" Sopir taksinya adalah seorang paman setengah baya yang jujur, melihat anak perempuan yang menangis hingga kedua matanya membengkak ini naik ke mobilnya, tapi tidak memberitahu arah tujuannya, membuatnya merasa terbebani.

"Kemana saja ke bar paling dekat dari sini." Julia Liu berpikir, sekarang ini dia tidak tahu lagi kemana harus pergi, hatinya terasa begitu kacau, maka dia ingin pergi ke sebuah bar.

"Nona, apa anda sungguh yakin ingin pergi ke bar terdekat?" Pria setenghan baya itu tidak begitu menyukai ide perempuan muda yang pergi ke bar yang tidak aman itu, di dalam bar dan hiburan malam, tidak tahu ada berapa banyak pria hidung belang yang berkeliaran di sana, entah tua maupun muda, semua nya berkumpul menjadi satu.

"Banyak ikut campur sekali, aku juga bukannya tidak punya uang untuk membayarmu, setirlah saja mobilmu!" Karena suasana hati Julia Liu tidak bagus, maka dia tidak ingin mempedulikan sopir itu, tapi sopir berumur segitu, memanglah terlalu banyak mulut, sungguh memuakkan.

Sopir itu hanyalah ingin berniat baik dan mengingatkan saja, tapi alhasil malah dimaki oleh Julia Liu, akhirnya dia memilih untuk menutup mulut, dan tidak berkata apa-apa.

Mobil itu dengan cepat sampai ke bar terdekat, saat ini hari belum sepenuhnya gelap, hanya sedikit kelam, lampu temaram bar sudah mulai menyala, memberi warna warni redup yang indah, kehidupan malam yang indah di kota ini akan segera dimulai saat malam tiba.

"Nona, sudah sampai bar." Sopir itu mengingatkan dengan datar..

Karena sikap Julia Liu yang mengesalkan, dia sudah kehilangan pandangan baik sopir itu.

Julia Liu segera mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya, lalu masuk ke dalam bar tanpa menoleh.

Dulu, saat orang tuanya masih di belakangnya, bukannya dia tidak pernah keluar bersama teman menuju ke bar, hanya saja, saat itu, begitu mereka datang, mereka sering datang berkelompok ,dengan banyak orang yang ramai, dan tidak akan mungkin diganggu oleh orang lain, hanya itu saja yang bagus.

Tapi setelah dia magang, sudah lama sekali dia tidak menghubungi teman-temannya itu, kehidupan magang yang sibuk, juga peraturan rumah yang begitu ketat, membuatnya tidka bisa pergi lagi dengan teman-temannya itu, secara perlahan, hubungan itu pun kandas.

Maka saat ini, dia ingin mencari seorang teman yang bisa menemaninya minum sampai mabuk, tapi dia tidak bisa menemukan yang tepat, juga seseorang yang akan langsung datang ketika ditelepon.

Karena masih cukup sore, maka orang di bar pun tidak terlalu banyak, masih banyak kursi yang masih kosong, Julia Liu pun segera menempatkan diri di meja bar tinggi dan memesan minum.

Dia datang ke bar, hanya untuk melepaskan emosinya, hanya untuk membeli kemabukan, maka, dia harus minum arak.

"Nona, mau minum apa?" Bartender yang merupakan seorang pemuda muda yang tampan itu melihatnya duduk sednri, dan dengan ramah bertanya kepadanya.

"Kamu bisa membuat apa saja, berikan semuanya untukku!" Dulu kemampuan minum alkoholnya memanglah tidak lemah, hanya saja lama tidak minum, tidak tahu apakah dia masih kuat untuk minum.

"Sepertinya nona ini adalah seorang pahlawan minum wanita! Tapi, alkohol yang ku racik, ada banyak sekali macamnya, jika nona tidak keberatan, aku akan membuatkan sebuah minuman yang cocok dengan suasana hati nona malam ini." Bartender itu pun juga adalah seorang profesional, bisa mengamati situasi dengan baik.

"Iya kah? Kalau begitu pertama-tama katakanlah dulu suasana hati apa yang dimiliki oleh nona ini malam ini, jika menjawab dengan benar akan ada hadiahnya lho!" Lampu temaram redup yang menimpa wajahnya, jika keempat sisi ruangan ini, seakan juga membuatnya lupa akan kekacauan duniawi.

"Malam ni nona datang seorang diri, jadi, pastinya nona ini sedang patah hati? Bisa dipastika suasana hatinya sedang buruk!" Bartender itu melihat sorot mata orang, dan hampir selalu akurat, bisa menebak dengan tepat tak jauh dari kebenarannya.

"Patah hati? Haha, nona ini belum punya pacar, bagaimana bisa patah hati? Jadi itu salah, tapu kamu juga bisa melihatnya, suasana hati nona ini malam ini memang buruk, haha, suasana hati nona ini sungguh sangat jelek, sangat tidak nyaman!" Di sini juga tidak ada orang yang dikenalinya, Julia LIu merasa bar memanglah tempat yang bagus.

"Kalau begitu karena suasana hati sedang buruk, marilah minum gelas pertama!" Bartender itu menyajikan segelas minuman dengan kadar alkohol yang pekat.

Julia Liu memang berniat untuk mabuk, jadi, tanpa banyak bicara, dia mengambil gelas dari bartender itu, dan menegaknya dalam sekali teguk.

Rasa pedas alkohol itu berjalan menyusuri kerongkongan, terus masuk ke dalam perutnya, dan membuat perutnya merasa melilit.

"Sepertinya nona sangat bisa minu, hebat, hebat!" Segera setelah itu, bartender itu kembali membuatkan dua gelas alkohol lagi.

Julia Liu tidak menolaknya, dan alkohol yang ada di hadapannya itu pun, semua ditegaknya sampai habis, dia minum dengan ganas dan juga dengan cepat, jadi beberapa jenis alkohol yang dijadikan satu itu, lebih bisa membuat mabuk dibandingkan hanya satu jenis alkohol saja.

"Nona, meskipun alkohol yang kubuat ini bagus, tapi juga jangan terlalu banyak, lebih baik nona minum lebih sedikit, jika terlalu banyak bisa membahayakan tubuh!" Bartender itu mengingatkannya dengan niat baik dari hati nuraninya.

"Aku ingin kamu meraciknya, jadi raciklah saja, mengapa banyak mulut sekali, takut aku tidak bisa membayar, tidak memberimu cukup uang?" Setelah bicara, Julia Liu segera membuka dompetnya di hadapan bartender tu, kemudian menunjukan beberapa lembar uang kertas yang ada di dompetnya, yang pasti cukup untuk membayar konsumsi alkoholnya malam ini.

"Bukan begitu maksudku, sudahlah, kamu memang suka minum, terserah saja! Anggap saja aku tidak pernah berkata apa-apa." Dia berniat baik, alhasil malah dimaki olehnya, dia menggelengkan kepala, memastikan untuk tidak ikut campur lagi, dan fokus di gerakannya untuk membuatkan minuman.

Langit di luar sudah semakin gelap, semakin banyak wanita dan pria yang sudah cukup umur yang masuk ke dalam bar, kehidupan malam di kota ini pun, semakin lama semakin luar biasa dan semakin mewah. Di kota yang makmur, tubuh lelah sepanjang hari mendambakan menemukan tempat untuk bersantai, dan kemudian untuk menyejukan pikiran atau bermain, dan bar ini merupakan tempat yang paling cocok untuk melepas penat..

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu