Cinta Yang Tak Biasa - Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)

Entah sudah berapa lama didalam, setelah dia selesai menangis, barulah dia untuk berdiri dengan kakinya yang sudah lama mati rasa, seketika dia terasa pusing, dia bergegas mengulurkan tangan dan memegang dinding, barulah membuat dirinya tidak terjatuh ditoilet lagi dan memalukan lagi.

Jika dia membiarkan dirinya sendiri terjatuh di toilet, maka hari ini seluruh sekolah pasti akan tambah sebuah lelucon besar.

Setelah keluar dari toilet, dia bertemu dengan seorang gadis yang satu sma dengannya dulu dikoridor, gadis itu bernama Fransiska, biasanya hubungan mereka masih terhitung baik, bagaimanapun juga mereka dulunya satu sma.

"Fransiska, apakah kamu punya waktu atau tidak? Ada satu hal, aku ingin menanyakannya kepadamu!"

Dia bergegas memanggil Framsiska, seketika dia terpikiran Fransiska juga pasti sudah mendengar perihal dia menjadi simpanan orang, mungkin saja, Fransiska masih bias tahu darimana paling awal kabar ini keluar, lagi pula sekali ditanyakan juga tidak kenapa-kenapa, dia harus mencari tahu akan ini.

Tentu saja yang paling pentingnya adalah dia cukup percaya Fransiska adalah satu-satunya orang yang mungkin memberitahunya fakta disekolah ini.

Namun jelas bahwa Stefanie terlalu berharap banyak terhadap teman lamanya ini , jelas terlihat orang itu juga tidak kuat menerima kepercayaan darinya.

"Ah, Stefanie, aku masih ada urusan penting, aku harus segera pergi!" Awalnya Fransiska yang ingin pergi ke toilet karena bertemu dengan orang yang tidak seharusnya ditemui, dia bergegas memutarkan badannya pergi ketempat lain.

"Aneh, Fransiska, bukankah kamu tadinya mau ke toilet? Mengapa kamu berlari kesana, disana juga tidak ada toilet." Meskipun dia sangatlah tidak puas dengan sikap Fransiska, namun dia masih saja mengingatkannya dengan baik hati.

Namun Fransiska yang yang terburu-buru untuk menghindar darinya mana mungkin bisa mendengar nasihatnya?

Faktanya, sekali dia berpikir ualng, rasanya Fransiska ini juga bersikap aneh terhadapnya.

Namun Fransiska sudah berlari menjauh, sekalipun dia ingin mengejarnya namun sepertinya juga sudah tidak sempat.

Dia lalu menghempaskan nafasnya, dia akhirnya pergi ke gedung guru dijurusannya, dan disalah satu kantor, dia bertemu dengan guru pembimbingnya.

Dia tidak lupa, hari ini datang kesekolah masih ada satu hal penting yang harus diselesaikan, yaitu besok harus izin ke sekolah.

"Guru, aku besok masih ada urusan dirumah, aku perlu izin satu hari."

Ketika dia mengatakan izin, dia menundukkan kepalanya, dia sedikit tidak berani bertatapan langsung dengan guru pembimbingnya.

Karena sebentar lagi akan mengikuti ujian S2, dan disaat ini, tidak ada guru pembimbing yang berharap melihat murid yang dibawanya minta izin sembarangan, minta izin satu hari ini melambangkan mungkin saja menjauh dari kesempatan untuk berhasil.

"Stefanie, ada urusan penting apa dari keluargamu, dan butuh izin pada waktu seperti ini? sekarang adalah waktu paling penting, apakah kamu mengerti? Murid teladan sepertimu ini, telah ada harapan besar dari aku."

Benar saja, urusan minta izin tidak berjalan dengan sangat lancer.

"Maaf, guru, rumahku memang benar ada kejadian mendadak, kakakku sakit parah, dokter mengaturnya untuk menjalankan operasi untuknya besok, orang tuaku sudah tidak ada, keluargaku juga sudah tidak ada saudara yang andal, jadi aku pergi minta izin satu hari ke rumah sakit namun tenang saja, setelah operasi kakakku selesai, aku akan segera memperkerjakan perawat untuknya, waktu selanjutnya ini tidak akan sembarangan aku buang lagi!" Stefanie bergegas menjamin.

"Ternyata seperti itu, pantas saja! Aku sudah bilang, kamu ini dulu tidak akan sembarangan minta izin, kamu adalah anak yang pintar, kamu juga tahu yang mana yang penting, baiklah, hari ini aku kasih izin satu hari, dan lainnya jika kamu ada kesulitan dalam kehiduoan, kamu juga boleh datang mencariku!"

Guru pembimbingnya itu biasanya sudah sangatlah perhatian terhadapnya, itu membuatnya sangatlah berterima kasih.

"Terima kasih guru!"

Setelah berhasil meminta izin, barulah Stefanie pergi dari kantor dengan tenang.

Dia menundukkan kepalanya dan mengeluarkan hpnya, waktu terlihat masih sangat pagi, namun dia sepertinya sudah sedikit tidak tahan berada disekolah, apakah harus kembali ke kelas? Dia tidak ingin kembali, sepertinya ditempat itu sudah penuh dengan gossip tentangnya, dia kembali kekelas juga hanya mendapatkan sindiran dari para murid lainnya saja.

Terakhir, dia memegang buku ditangannya dan memilih untuk pergi ke bukit dibelakang sekolah, disana ada deretan pohon yang besar, dan halaman rumput yang hijau, dan setelah itu adalah sebuah sungai pelindung kota, sungai tidak mengalir dengan deras, dulu ketika tidak ada hal lain, dia paling suka berdiam disini duduk tenang atau mungkin melihat buku, tempat ini juga menjadi lahan suci terakhir baginya.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu