Cinta Yang Tak Biasa - Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
"Sampai nanti lihat lagi saja. Bukankah sekarang belum berubah menjadi karyawan tetap?" mengenai rencana masa depan, Stephanie masih benar-benar belum pernah berpikir dengan serius. Rencananya juga belum tentu bisa berjalan. Kalau sampai nanti Darren Feng berkata tidak boleh, juga membalikkan semua rencana dan usahanya dulu.
Sama seperti sekarang, satu kalimat tidak boleh dari Darren Feng, dia masih belum memiliki kebebasan juga, masih harus menerima pembatasan dari kontrak pria itu.
Tapi jelas-jelas sebelumnya sudah janji, sekarang Darren Feng seketika melanggar janji, saat ini dia hanya bisa menyalahkan dirinya terlalu percaya pada pria itu dulu.
"Selain Departemen R&D, aku tidak merasa ada departemen lain yang cocok denganmu. Stephanie, kamu seharusnya dari sekarang mulai merencanakan dengan serius. Pekerjaan sangatlah kejam, kalau tidak memberikan satu tujuan pada diri sendiri, pasti akan sangat cepat tereliminasi." Darren Feng mengingatkan dengan serius.
"Iya, aku tahu. Clayton, terima kasih ya!" mengenai ingatan baik hati Clayton Gu, Stephanie sudah merasakan ketulusan pria itu. Hanya saja kondisi dirinya agak spesial, juga tidak efisien dikatakan pada pada pria itu.
"Hm ... apa kamu ada waktu luang siang ini? Mau makan siang bersama?" Clayton Gu melihat perasaan Stephanie yang kurang baik, juga inisiatif mengajak makan.
Dalam bayangan Clayton Gu, mereka sepertinya tidak pernah makan siang bersama.
"Boleh."
Yang membuat Clayton Gu senang adalah, kali ini Stephanie langsung mennyetujuinya tanpa berpikir.
"Kalau begitu biasanya kamu suka makan dimana? Sekitar perusahaan? Atau ingin makan yang lebih enak?" mengenai ini, Clayton Gu sangat terkejut. Tapi juga menunjukkan wajah senang dan mulai merencanakan satu per satu.
"Terserah, dimanapun boleh, tidak usah pergi ke yang mewah-mewah, yang jelas kita juga sudah dekat, makan dimanapun juga ok!" mengenai tempat makan, Stephanie selalu tidak suka di restoran yang mewah.
Meskipun makanan di restoran mewah lumayan enak, tapi selalu membuatnya sangat tidak nyaman. Lebih baik pergi ke restoran kecil, dengan begitu baru bisa makan sampai puas.
"Baiklah kalau begitu. Aku yang tentukan tempat makannya. Setelah pulang kerja, kamu tunggu aku di parkiran." karena Clayton Gu mempunyai mobil sendiri, jadi tidak terlalu masalah kalau pergi ke tempat yang lebih jauh. Selain itu kalau pergi ke tempat yang jauh dari perusahaan, Clayton Gu juga lebih nyaman.
Dia bukan takut bertemu dengan rekan kerja atau orang yang dikenal, hanya takut Stephanie akan malu. Stephanie pada dasarnya juga agak pemalu, ditambah sekarang hubungan mereka sudah dideskripsikan oleh Julia Liu dengan begitu buruk. Dia tidak ingin menambah masalah, membuat Stephanie sedih dan mendapat kesulitan lainnya.
"Ok." Stephanie ingin meminjam kesempatan ini untuk menghindar dari Darren Feng.
Sekarang kesibukan konferensi pers sudah selesai. Darren Feng seharusnya mau mulai memanggilnya menemani Darren Feng untuk makan bersama. Tapi Darren Feng tidak menepati janji, maka dia sekaligus tidak usah menepati perjanjian di antara mereka saja.
"Kalau begitu aku pergi bekerja dulu." Stephanie melihat jam. Dia sudah keluar lumayan lama dan harus segera kembali ke kantor.
"Ok, aku tunggu kamu di parkiran. Jangan lupa ya!" sebelum pergi, Clayton Gu berpesan lagi.
"Tenang saja. Tidak akan!" Stephanie sangat yakin akan ini.
Hari ini, dia mau melanggar janji pada satu orang, tapi orang itu bukan Clayton Gu.
Begitu sampai siang hari, Stephanie langsung keluar kantor dengan cepat, naik lift, dan turun ke parkiran.
Setelah dia sampai di parkiran, Clayton Gu sudah menunggu di tempat duduk kemudi.
Ini bukan pertama kalinya Stephanie naik mobil pribadi Clayton Gu. Kemampuan berkendara Clayton Gu sama seperti orangnya, tenang dan aman, tidak ada lonjakan selama perjalanan. Clayton Gu membawa Stephanie ke tempat makan yang lebih jauh.
Tapi yang Clayton Gu pilih, bukan restoran yang umum, selain itu terbuka, satu meja berdempetan dengan satu meja lain, tidak ada ruang yang khusus. Alasannya kaarena takut Stephanie merasa canggung.
Kesempatan makan siang bersama yang jarang-jarang ada, dia tentu harus melakukan performa yang baik, karena siapa yang tahu kedepannya masih ada kesempatan seperti ini lagi atau tidak.
"Biasnya kamu makan makanan yang agak tawar bukan. Aku pesan dua, selain itu juga memesan sup. Kamu lihat apakah ada yang kamu ingin makan atau tidak? Tidak apa-apa, kalau ada yang suka, pesan saja!" Clayton Gu duduk di seberang dan menyodorkan menu dengan gentle.
"Dua sayur dan satu sup, kira-kira sudah cukup. Aku biasanya makan juga tidak terlalu banyak." Stephanie membuka menu dengan asal-asalan, tidak ada hal yang menarik perhatiannya.
Tentu saja, alasan terbesarnya adalah karena dia tidak terlalu bernafsu makan.
Tapi Clayton Gu masih tetap bertahan memesan satu piring udang lagi.
Dalam waktu menunggu makanan tiba, Stephanie mulai merasa tidak tenang.
Untung saja Clayton Gu tidak menyadari keanehan Stephanie. Clayton Gu hari ini kelihatan sangat senang.
Kecepatan restoran ini dalam mengantar makanan sangat cepat. Tentu saja Clayton Gu juga sudah mencari tahu terhadap restoran ini sebelumnya, tidak akan asal memilih restoran.
"Sudah boleh makan!" Clayton Gu kelihatan sangatlah senang, dan melayani Stephanie dengan ramah. Memberikan sumpit, menuangkan teh, sangatlah gentle, dan perkataannya tidak terasa canggung.
Intinya, semua ini akan membuat Stephanie merasa nyaman.
Ini adalah perasaan santai dan nyaman yang belum pernah Stephanie rasakan saat makan bersama Darren Feng.
Tapi, perasaan nyamannya ini tidak berlangsung lama. Baru saja Stephanie makan dua suap, ponsel di dalam tasnya tiba-tiba berbunyi dengan bunyi yang spesial.
Mendengar bunyi yang khusus diatur untuk orang tertentu, Stephanie terkejut sampai sumpitnya hampir jatuh ke meja.
Ternyata benar, Darren Feng yang telepon.
Tapi, dia tidak ingin mengangkat telepon pria itu.
Tapi, Darren Feng bukan orang yang mudah menyerah. Ponsel terus berbunyi, dan Stephanie terus tidak mau angkat. Stephanie berpura-pura tidak peduli, tapi Clayton Gu yang duduk di seberangnya mulai berwajah masam.
Juga pandangan pelanggan-pelanggan lain yang mengarah ke meja mereka. Karena sangat kencang dan tidak henti-hentinya, sudah mengganggu mereka sejak lama.
"Stephanie, teleponmu berbunyi, kenapa tidak diangkat?" Clayton Gu juga merasa agak aneh. Dering telpon yang begitu kencang, dia yang duduk di seberang saja mendengar dengan jelas, tidak ada alasannya Clayton Gu tidak mendengarnya.
Karena sudah mendengarnya, tapi tidak mau angkat, apakah artinya tidak mau mempedulikan orang yang menelpon? Kalau begitu siapa yang menelpon di waktu yang sifatnya pribadi ini?
"Oh, maaf, aku langsung angkat!" Stephanie tidak bisa lanjut akting lagi. Dia ingin mencari tempat yang tidak ada orangnya untuk menjawab telepon, tapi rasanya juga tidak teralu baik. Kalau berbuat seperti itu, kelihatan sangat jelas menghindarnya. Oleh karena itu, dia pun menahan diri dan mengangkat telepon itu di hadapan Clayton Gu saja.
Karena telepon ini dia beli khusus saat datang ke Kota B, sama dengan telepon yang dia berikan kepada kakaknya itu, jadi kemampuan isolasi suara lumayan baik.
Darren Feng sangat marah. Makanan sudah Mark antarkan dan ditaruh ke samping sofa. Tapi wanita bodoh itu masih belum datang juga. Dia terus menunggu, menunggu dengan sabar, tapi Stephanie tetap tidak muncul-muncul juga. Dia hanya bisa langsung menelpon Stephanie.
Tapi yang membuat Darren Feng semakin marah adalah ponsel Stephanie jelas-jelas tersambung, tapi selalu tidak ada yang angkat.
"Sialan, bisa-bisanya tidak mengangkat ponselku!"
Semakin dipikirkan semakin marah. Darren Feng tidak hentinya menelpon, sampai wanita bodoh itu mengangkatnya.
Mengungkit tentang keras kepala, tidak ada orang yang bisa menang darinya.
"Kenapa tidak angkat teleponku?" setelah Stephanie angkat telepon, perkataan pertama Darren Feng adalah omelan.
"Aku tidak dengar." Stephanie menjawab santai.
"Tidak dengar? Sekarang sudah dengar? Stephanie, aku beritahu ya. Kesabaranku ini ada batasnya!" Darren Feng sudah berusaha menahan diri.
"Maaf, terhadap orang yang tidak menepati janji, sepertinya aku tidak perlu menaati perjanjian sialan itu bukan! Selain itu, aku sekarang sedang makan di luar perusahaan. Kalau ada masalah apapun, dikatakan setelah balik saja!" Stephanie tidak ingin terus bicara dengan pria itu, setelah selesai bicara ingin sekali langsung menutup sambungan.
"Stephanie, coba kalau kamu berani!" Darren Feng teriak dan segera menghentikan, "Kenapa kamu makan di luar perusahaan? Apa kamu tidak tahu di waktu seperti ini seharusnya datang ke kantorku?"
"Sekarang sudah bukan waktu kerja, dan ini adalah waktu pribadiku. Jadi mau aku makan dimanapun, atau melakukan apapun, juga adalah kebebasanku!" Stephanie sangat marah.
"Kamu dengan siapa sekarang?" Darren Feng tiba-tiba teringat Stephanie rasanya bukan sendirian.
"Rasanya kamu juga tidak bisa urus dengan siapa aku sekarang. Begini saja, aku mau makan!" suasana hati Stephanie sangat buruk, dia pun langsung menutup sambungan.
Intinya orang yang membuat dia tidak senang, dia juga akan membuat orang itu tidak senang!
"Bagus, kamu sangat bagus!" menatap ponsel yang sudah ditutup, Darren Feng sangat kesal, "Kapan dia begitu berani?"
Selalu dia yang duluan menutup sambungan orang lain. Sekarang bisa-bisanya Stephanie menutup teleponnya, membuat dia sangat tidak senang.
Tapi bukan ini yang paling membuatnya marah. Yang paling membuatnya marah adalah wanita itu meninggalkannya, lalu makan bersama pria lain, tertawa bersama?
Stephanie sudah menyelesaikan sambungan telepon, tapi dia merasa gerakannya ini tidak begitu keren. Kebalikannya, dia malah merasa hatinya sangat berat.
"Ada apa? Apa yang terjadi? Siapa yang menelponmu?" Clayton Gu duduk di seberang. Selama proses menelpon tadi, Clayton Gu menyaksikan semua gerakan dan ekspresi Stephanie.
Meskipun dia tidak mendengar jelas apa yang orang di ujung sambungan katakan, tapi dia bisa merasakan, orang di ujung sambungan ini sangat penting bagi Stephanie. Orang yang bisa membuat Stephanie hormat tapi juga tidak senang.
Bukan teman Stephanie, Stephanie tidak pernah bicara dengan kasar pada temannya.
Juga bukan keluarga. Stephanie bilang dia belajar S2 di sini dan berasal dari Kota A. Kalau begitu seharusnya keluarganya ada di Kota A. Cara bicaranya itu tidak seperti keluarga.
Novel Terkait
Hanya Kamu Hidupku
RenataPernikahan Kontrak
JennyKisah Si Dewa Perang
Daron JayTakdir Raja Perang
Brama aditioMr Huo’s Sweetpie
EllyaMy Superhero
JessiPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeAsisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita