Cinta Yang Tak Biasa - Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif

"Sampai nanti lihat lagi saja. Bukankah sekarang belum berubah menjadi karyawan tetap?" mengenai rencana masa depan, Stephanie masih benar-benar belum pernah berpikir dengan serius. Rencananya juga belum tentu bisa berjalan. Kalau sampai nanti Darren Feng berkata tidak boleh, juga membalikkan semua rencana dan usahanya dulu.

Sama seperti sekarang, satu kalimat tidak boleh dari Darren Feng, dia masih belum memiliki kebebasan juga, masih harus menerima pembatasan dari kontrak pria itu.

Tapi jelas-jelas sebelumnya sudah janji, sekarang Darren Feng seketika melanggar janji, saat ini dia hanya bisa menyalahkan dirinya terlalu percaya pada pria itu dulu.

"Selain Departemen R&D, aku tidak merasa ada departemen lain yang cocok denganmu. Stephanie, kamu seharusnya dari sekarang mulai merencanakan dengan serius. Pekerjaan sangatlah kejam, kalau tidak memberikan satu tujuan pada diri sendiri, pasti akan sangat cepat tereliminasi." Darren Feng mengingatkan dengan serius.

"Iya, aku tahu. Clayton, terima kasih ya!" mengenai ingatan baik hati Clayton Gu, Stephanie sudah merasakan ketulusan pria itu. Hanya saja kondisi dirinya agak spesial, juga tidak efisien dikatakan pada pada pria itu.

"Hm ... apa kamu ada waktu luang siang ini? Mau makan siang bersama?" Clayton Gu melihat perasaan Stephanie yang kurang baik, juga inisiatif mengajak makan.

Dalam bayangan Clayton Gu, mereka sepertinya tidak pernah makan siang bersama.

"Boleh."

Yang membuat Clayton Gu senang adalah, kali ini Stephanie langsung mennyetujuinya tanpa berpikir.

"Kalau begitu biasanya kamu suka makan dimana? Sekitar perusahaan? Atau ingin makan yang lebih enak?" mengenai ini, Clayton Gu sangat terkejut. Tapi juga menunjukkan wajah senang dan mulai merencanakan satu per satu.

"Terserah, dimanapun boleh, tidak usah pergi ke yang mewah-mewah, yang jelas kita juga sudah dekat, makan dimanapun juga ok!" mengenai tempat makan, Stephanie selalu tidak suka di restoran yang mewah.

Meskipun makanan di restoran mewah lumayan enak, tapi selalu membuatnya sangat tidak nyaman. Lebih baik pergi ke restoran kecil, dengan begitu baru bisa makan sampai puas.

"Baiklah kalau begitu. Aku yang tentukan tempat makannya. Setelah pulang kerja, kamu tunggu aku di parkiran." karena Clayton Gu mempunyai mobil sendiri, jadi tidak terlalu masalah kalau pergi ke tempat yang lebih jauh. Selain itu kalau pergi ke tempat yang jauh dari perusahaan, Clayton Gu juga lebih nyaman.

Dia bukan takut bertemu dengan rekan kerja atau orang yang dikenal, hanya takut Stephanie akan malu. Stephanie pada dasarnya juga agak pemalu, ditambah sekarang hubungan mereka sudah dideskripsikan oleh Julia Liu dengan begitu buruk. Dia tidak ingin menambah masalah, membuat Stephanie sedih dan mendapat kesulitan lainnya.

"Ok." Stephanie ingin meminjam kesempatan ini untuk menghindar dari Darren Feng.

Sekarang kesibukan konferensi pers sudah selesai. Darren Feng seharusnya mau mulai memanggilnya menemani Darren Feng untuk makan bersama. Tapi Darren Feng tidak menepati janji, maka dia sekaligus tidak usah menepati perjanjian di antara mereka saja.

"Kalau begitu aku pergi bekerja dulu." Stephanie melihat jam. Dia sudah keluar lumayan lama dan harus segera kembali ke kantor.

"Ok, aku tunggu kamu di parkiran. Jangan lupa ya!" sebelum pergi, Clayton Gu berpesan lagi.

"Tenang saja. Tidak akan!" Stephanie sangat yakin akan ini.

Hari ini, dia mau melanggar janji pada satu orang, tapi orang itu bukan Clayton Gu.

Begitu sampai siang hari, Stephanie langsung keluar kantor dengan cepat, naik lift, dan turun ke parkiran.

Setelah dia sampai di parkiran, Clayton Gu sudah menunggu di tempat duduk kemudi.

Ini bukan pertama kalinya Stephanie naik mobil pribadi Clayton Gu. Kemampuan berkendara Clayton Gu sama seperti orangnya, tenang dan aman, tidak ada lonjakan selama perjalanan. Clayton Gu membawa Stephanie ke tempat makan yang lebih jauh.

Tapi yang Clayton Gu pilih, bukan restoran yang umum, selain itu terbuka, satu meja berdempetan dengan satu meja lain, tidak ada ruang yang khusus. Alasannya kaarena takut Stephanie merasa canggung.

Kesempatan makan siang bersama yang jarang-jarang ada, dia tentu harus melakukan performa yang baik, karena siapa yang tahu kedepannya masih ada kesempatan seperti ini lagi atau tidak.

"Biasnya kamu makan makanan yang agak tawar bukan. Aku pesan dua, selain itu juga memesan sup. Kamu lihat apakah ada yang kamu ingin makan atau tidak? Tidak apa-apa, kalau ada yang suka, pesan saja!" Clayton Gu duduk di seberang dan menyodorkan menu dengan gentle.

"Dua sayur dan satu sup, kira-kira sudah cukup. Aku biasanya makan juga tidak terlalu banyak." Stephanie membuka menu dengan asal-asalan, tidak ada hal yang menarik perhatiannya.

Tentu saja, alasan terbesarnya adalah karena dia tidak terlalu bernafsu makan.

Tapi Clayton Gu masih tetap bertahan memesan satu piring udang lagi.

Dalam waktu menunggu makanan tiba, Stephanie mulai merasa tidak tenang.

Untung saja Clayton Gu tidak menyadari keanehan Stephanie. Clayton Gu hari ini kelihatan sangat senang.

Kecepatan restoran ini dalam mengantar makanan sangat cepat. Tentu saja Clayton Gu juga sudah mencari tahu terhadap restoran ini sebelumnya, tidak akan asal memilih restoran.

"Sudah boleh makan!" Clayton Gu kelihatan sangatlah senang, dan melayani Stephanie dengan ramah. Memberikan sumpit, menuangkan teh, sangatlah gentle, dan perkataannya tidak terasa canggung.

Intinya, semua ini akan membuat Stephanie merasa nyaman.

Ini adalah perasaan santai dan nyaman yang belum pernah Stephanie rasakan saat makan bersama Darren Feng.

Tapi, perasaan nyamannya ini tidak berlangsung lama. Baru saja Stephanie makan dua suap, ponsel di dalam tasnya tiba-tiba berbunyi dengan bunyi yang spesial.

Mendengar bunyi yang khusus diatur untuk orang tertentu, Stephanie terkejut sampai sumpitnya hampir jatuh ke meja.

Ternyata benar, Darren Feng yang telepon.

Tapi, dia tidak ingin mengangkat telepon pria itu.

Tapi, Darren Feng bukan orang yang mudah menyerah. Ponsel terus berbunyi, dan Stephanie terus tidak mau angkat. Stephanie berpura-pura tidak peduli, tapi Clayton Gu yang duduk di seberangnya mulai berwajah masam.

Juga pandangan pelanggan-pelanggan lain yang mengarah ke meja mereka. Karena sangat kencang dan tidak henti-hentinya, sudah mengganggu mereka sejak lama.

"Stephanie, teleponmu berbunyi, kenapa tidak diangkat?" Clayton Gu juga merasa agak aneh. Dering telpon yang begitu kencang, dia yang duduk di seberang saja mendengar dengan jelas, tidak ada alasannya Clayton Gu tidak mendengarnya.

Karena sudah mendengarnya, tapi tidak mau angkat, apakah artinya tidak mau mempedulikan orang yang menelpon? Kalau begitu siapa yang menelpon di waktu yang sifatnya pribadi ini?

"Oh, maaf, aku langsung angkat!" Stephanie tidak bisa lanjut akting lagi. Dia ingin mencari tempat yang tidak ada orangnya untuk menjawab telepon, tapi rasanya juga tidak teralu baik. Kalau berbuat seperti itu, kelihatan sangat jelas menghindarnya. Oleh karena itu, dia pun menahan diri dan mengangkat telepon itu di hadapan Clayton Gu saja.

Karena telepon ini dia beli khusus saat datang ke Kota B, sama dengan telepon yang dia berikan kepada kakaknya itu, jadi kemampuan isolasi suara lumayan baik.

Darren Feng sangat marah. Makanan sudah Mark antarkan dan ditaruh ke samping sofa. Tapi wanita bodoh itu masih belum datang juga. Dia terus menunggu, menunggu dengan sabar, tapi Stephanie tetap tidak muncul-muncul juga. Dia hanya bisa langsung menelpon Stephanie.

Tapi yang membuat Darren Feng semakin marah adalah ponsel Stephanie jelas-jelas tersambung, tapi selalu tidak ada yang angkat.

"Sialan, bisa-bisanya tidak mengangkat ponselku!"

Semakin dipikirkan semakin marah. Darren Feng tidak hentinya menelpon, sampai wanita bodoh itu mengangkatnya.

Mengungkit tentang keras kepala, tidak ada orang yang bisa menang darinya.

"Kenapa tidak angkat teleponku?" setelah Stephanie angkat telepon, perkataan pertama Darren Feng adalah omelan.

"Aku tidak dengar." Stephanie menjawab santai.

"Tidak dengar? Sekarang sudah dengar? Stephanie, aku beritahu ya. Kesabaranku ini ada batasnya!" Darren Feng sudah berusaha menahan diri.

"Maaf, terhadap orang yang tidak menepati janji, sepertinya aku tidak perlu menaati perjanjian sialan itu bukan! Selain itu, aku sekarang sedang makan di luar perusahaan. Kalau ada masalah apapun, dikatakan setelah balik saja!" Stephanie tidak ingin terus bicara dengan pria itu, setelah selesai bicara ingin sekali langsung menutup sambungan.

"Stephanie, coba kalau kamu berani!" Darren Feng teriak dan segera menghentikan, "Kenapa kamu makan di luar perusahaan? Apa kamu tidak tahu di waktu seperti ini seharusnya datang ke kantorku?"

"Sekarang sudah bukan waktu kerja, dan ini adalah waktu pribadiku. Jadi mau aku makan dimanapun, atau melakukan apapun, juga adalah kebebasanku!" Stephanie sangat marah.

"Kamu dengan siapa sekarang?" Darren Feng tiba-tiba teringat Stephanie rasanya bukan sendirian.

"Rasanya kamu juga tidak bisa urus dengan siapa aku sekarang. Begini saja, aku mau makan!" suasana hati Stephanie sangat buruk, dia pun langsung menutup sambungan.

Intinya orang yang membuat dia tidak senang, dia juga akan membuat orang itu tidak senang!

"Bagus, kamu sangat bagus!" menatap ponsel yang sudah ditutup, Darren Feng sangat kesal, "Kapan dia begitu berani?"

Selalu dia yang duluan menutup sambungan orang lain. Sekarang bisa-bisanya Stephanie menutup teleponnya, membuat dia sangat tidak senang.

Tapi bukan ini yang paling membuatnya marah. Yang paling membuatnya marah adalah wanita itu meninggalkannya, lalu makan bersama pria lain, tertawa bersama?

Stephanie sudah menyelesaikan sambungan telepon, tapi dia merasa gerakannya ini tidak begitu keren. Kebalikannya, dia malah merasa hatinya sangat berat.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Siapa yang menelponmu?" Clayton Gu duduk di seberang. Selama proses menelpon tadi, Clayton Gu menyaksikan semua gerakan dan ekspresi Stephanie.

Meskipun dia tidak mendengar jelas apa yang orang di ujung sambungan katakan, tapi dia bisa merasakan, orang di ujung sambungan ini sangat penting bagi Stephanie. Orang yang bisa membuat Stephanie hormat tapi juga tidak senang.

Bukan teman Stephanie, Stephanie tidak pernah bicara dengan kasar pada temannya.

Juga bukan keluarga. Stephanie bilang dia belajar S2 di sini dan berasal dari Kota A. Kalau begitu seharusnya keluarganya ada di Kota A. Cara bicaranya itu tidak seperti keluarga.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu