Cinta Yang Tak Biasa - Bab 146 Aku Tidak Masalah
"Baiklah, kita keluar untuk jalan-jalan juga bagus." Stefanie dalam suasana hati yang buruk baru-baru ini. Setelah makan siang, sekarang perutnya sudah sangat kenyang.
"Jadi bagaimana kalau jalan-jalan? Aku juga malas pergi ke tempat parkir lagi. Kebetulan, jalan-jalan sedikit bisa membantu proses pencernaan agar lebih baik lagi." Kesendirian seperti itu adalah kesempatan langka untuk Clayton Gu.
"Baiklah." Langkah ini bertepatan dengan keinginan Stefanie.
Setelah meninggalkan kantor, keduanya pergi berdampingan dan langsung menuju kedai kopi di sebelah kantor ini.
Bisnis kedai kopi ini cukup bagus, rekan-rekan kerja lainnya suka datang ke sini untuk membeli kopi.
"Direktur Gu, aku tidak menyangka kamu akan minum kopi dari kedai ini juga!"
Karyawan wanita yang dikenal juga, segera menyapa Clayton Gu dengan akrab.
Stefanie tersenyum dan memandangi karyawan itu. Dia hanya merasa wajahnya sangat asing, ia mengira wanita itu adalah rekan baru yang ditemui Clayton Gu setelah pergi ke departemen R&D.
"Itu, Direktur Gu, kalau saja Direktur lebih awal bilang, asalkan menyuruh kami, maka maki akan membantu Direktur membawakan kopi untukmu setiap harinya. Jadi, Direktur tidak perlu turun untuk beli kopi sendiri setiap harinya!" Seorang karyawan lainnya juga setuju dengan pendapat temannya. Mereka berdua kebetulan datang bersama.
"Tidak apa-apa, ku juga bisa turun sendiri!" Clayton Gu tersenyum lembut, dan berkata dengan sopan.
Pada saat ini, dalam sebuah mobil yang terparkir di sudut kantor. Ada dua orang di dalamnya, yang satu sedang melihat ke arah kedai kopi melalui jendela mobilnya, yang satu lagi sedang memegang kamera kecil. Lensa kamera menghadap ke arah kedai kopi. Bisa terlihat dengan jelas, kamera itu mengarah ke arah Clayton Gu.
"Apa kamu sudah memotretnya? Harus difoto dengan jelas ya, dan juga, paling bagus kalau memotretnya dari bagian depan wanita itu dengan Tuan Muda Gu!"
Keduanya sangat antusias di dalam mobil itu. Kemudian, diam-diam terus memotret.
"Selera apa yang kamu suka? Aku akan mentraktirmu minum." Clayton Gu mengeluarkan dompetnya dengan elegan dan mengambil uang untuk bersiap membayar tagihannya.
Stefanie dengan hati-hati memperhatikan dompet Clayton Gu. Dompet itu masih sama dengan dompet yang tak sengaja ia temukan dan dikembalikan padanya saat itu.
Terdapat beberapa tanda kerusakan di dompet itu. Kenapa dia tidak menggantinya dengan yang baru?
Dia asal berpikir, lalu menjawabnya sambil tersenyum, "Secangkir latte saja."
Setelah membeli kopi, mereka berdua memilih tempat duduk di sudut kedai yang tenang. Mereka yang awalnya ingin membeli kopi lalu langsung membawanya kembali ke kantor, tapi karena saat ini adalah waktu istirahat, akhirnya memutuskan untuk minum di kedainya terlebih dahulu karena lebih nyaman sedikit.
"Cepat foto, posisi saat ini adalah posisi terbaik, kali ini kamu pasti bisa mengambil tampilan depannya yang paling jelas!" Di salah satu sudut mobil, salah satu pria dengan sengaja menurunkan topinya dan memerintahkan temannya dengan penuh semangat.
Keduanya bersembunyi di mobil kecil, menyelinap, tetapi kali ini tugas itu dilakukan dengan baik. Saat pulang nanti, mereka bisa melaporkan pekerjaannya dengan baik.
"Apakah kamu tidak tidur sepanjang malam tadi? Lihatlah lingkaran hitam di bawah matamu!" Kesempatan untuk menyendiri ini tentu saja sangat luar biasa bagi Clayton Gu, tetapi semangatnya tidak terlalu mencolok, wajahnya dipenuhi dengan rasa lelah.
"Benar sekali, aku benar-benar tidak tidur sepanjang malam tadi." Dia cepat-cepat menyesap kopinya untuk menyegarkan dirinya, "Aku menjaga kakekku di rumah sakit tadi malam, hampir semalaman ini aku tidak berani memejamkan mataku."
"Kakekmu?" Stefanie sedikit terkejut, ini adalah pertama kalinya dia mendengar Clayton Gu berbicara tentang keluarganya sendiri.
"Yah, kakekku sangat marah kemarin sehingga dia hampir pingsan, kemudian tekanan darahnya melonjak, dan akhirnya pingsan. Pada waktu itu, aku takut kakekku akan meninggal. Untungnya, ambulans membawanya ke rumah sakit tepat waktu. Kalau tidak, entah bagaimana nanti akhirnya." Teringat akan hal ini, Clayton Gu tampak merasa bersalah.
Pada saat ini, Stefanie juga memikirkan satu-satunya kerabatnya di dunia ini, yaitu kakaknya yang masih terbaring di tempat tidur rumah sakit di kota A.
"Kalau begitu, kamu harus menjadi cucu yang baik ke depannya, jangan membuat kakekmu marah lagi!"
Senang memiliki orang yang dicintai. Adapun kakek, pasti akan memiliki berbagai pengalaman. Maaf, dia benar-benar tidak tahu, karena sejak dia mengerti akan banyak hal, dia tidak tahu seperti apa keberadaan kakeknya, dia tidak mempunyai kakek.
"Kamu benar, aku benar-benar tidak boleh membuat Kakek marah lagi! Kemarin asisten mengatakan kepadaku, kakek melakukan pemeriksaan tubuhnya pada awal tahun ini. Setelah diperiksa, kakekku mengalami tekanan darah tinggi. Tapi ia tidak memberitahuku karena tidak ingin membuatku khawatir. Kalau saja dari awal aku tahu akan hal ini, aku tidak akan memancing emosi orang tua itu!" Mencari seseorang untuk menceritakan rasa bersalahnya, bisa terbilang salah satu cara untuk menenangkan hatinya. Dia merasa jauh lebih baik saat ini.
"Tidak masalah, kedepannya kamu masih bisa berbakti padanya. Masih ada waktu!" Dia duduk diam di seberangnya, mendengarkannya dengan tenang dan memberikan masukan di saat yang tepat.
Kesunyian semacam ini benar-benar baik, persis seperti yang selalu diinginkan oleh Clayton Gu.
Kalau setiap harinya bisa selalu seperti ini dengannya, maka dia akan menjadi pria yang paling bahagia di dunia ini.
"Ayo, setelah kopinya selesai di minum, masih ada waktu, kamu bisa kembali ke kantormu dan berbaring di atas meja dan memejamkan mata sejenak!"Dia menatap mata panda-nya, tidak tahan untuk tidak menatap lurus ke arahnya, "Selalu mengandalkan kopi juga bukan cara yang baik. Untuk hal-hal seperti kopi ini, kedepannya kurangi ya!"
"Aku tahu, aku akan mendengarkanmu. Aku akan minum lebih sedikit ke depannya." Clayton Gu sangat bahagia sekali karena Stefanie sudah memedulikan dirinya. Biasanya, Stefanie sangat jarang memedulikannya.
Keduanya satu per satu perlahan berjalan keluar dari kedai kopi, kemudian berdampingan bersama kembali ke kantor.
Matahari sore menyinari tubuh mereka berdua, hingga membuatnya terlihat sangat harmonis dan menggoda.
"Oh, hei, mungkin Tuan Muda Gu kita sedang jatuh cinta! Lihatlah keintiman pasangan ini, mataku dibuat pusing melihatnya!" Pria yang bertanggung jawab atas memotret mereka akhirnya selesai menyelesaikan tugasnya, ia pun akhirnya bisa menghela napas lega.
"Apakah kamu juga merasa kalau mereka berdua sangat menarik saat berdiri bersama. Tuan Muda Gu terlahir tampan dan menawan, dan gadis yang berdiri dengan Tuan Muda Gu juga sangat cantik dan anggung. Kali ini, ketuga pasti akan senang mendengar informasi ini." Yang lainnya pun mulai berseru.
"Siapa yang bilang tidak? Ketua ini sangat menantikan pernikahan cucunya. Dan ia sudah lama menantikannya. Meskipun ketua tidak pernah mendesak Tuan Muda Gu secara langsung, tapi ketua sangat mengkhawatirkan peristiwa sekali seumur hidup cucunya. Kali ini, akhirnya semuanya selesai."
Setelah keduanya berhasil menyelesaikan misi pemotretan rahasia mereka, mereka pun pergi dengan puas.
Setelah dua hari observasi di rumah sakit, Tuan Besar Gu sudah kembali ke rumahnya dengan izin dokter untuk melanjutkan istirahatnya di rumah.
Ketika Asisten Gao menyerahkan setumpuk foto yang diam-diam dia ambil kepada Tuan Besar Gu, tatapan Tuan Besar Gu yang selalu tenang sekarang tiba-tiba berubah, tersirat emosi yang berbeda dari ekspresinya.
"Ini?"
Dia membalik-balik foto yang diambil secara diam-diam satu per satu. Ia melihat sosok cucunya yang tidak berbakti padanya sedang bersama seorang gadis muda yang cantik. Mereka berdua keluar bersama dari kantor, lalu masuk ke dalam sebuah keda kopi. Lalu mengobrol bersama juga di kedai tersebut.
"Ketua, ini adalah foto yang diambil secara diam-diam kali ini. Menurut orang yang bertanggung jawab atas ini, dia ingat bahwa gadis itu dan tuan muda sangat dekat. Sepertinya, tuan muda sedang mengejar gadis ini." Asisten Gao menjawab dengan jujur.
"Cucu tidak berbakti ini ternyata diam-diam sedang memiliki gadis yang disukai?" Berita ini otomatis adalah berita bagus untuk Tuan Besar Gu, "Kalau begitu, apa kalian sudah menyelidiki latar belakang gadis muda ini?"
Tentu saja, Tuan Besar Gu jelas bukan tipe orang yang menghargai orang yang ada di hadapannya, ia akan memilih latar belakang dan keluarganya. Meskipun ia relatif kuno dan ortodoks, akan tetapi ia masih mendukung perasaan cucunya sendiri. Hanya saja dia harus terlebih dahulu memastikan tidak ada wanita yang bisa menggunakan cara yang tidak pantas, untuk mendekati cucunya dengan tujuan yang jahat. Cucunya ini ia besarkan sendiri, dia terlihat sangat pintar. Tapi ia sangat polos, apalagi dalam hal percintaan. Cucunya ini tidak memiliki banyak pengalaman dalam hal ini.
"Ketua, gadis muda ini, kami juga sudah menyelidikinya, latar belakangnya sederhana, dari keluarga baik-baik, tetapi kehidupannya agak menyedihkan." Asisten Gao sendiri sudah membaca seluruh informasi ini lebih dulu, jadi ia sangat memahami latar belakangnya ini.
"Apa yang terjadi?" Tuan Besar Gu langsung menarik seluruh perhatiannya.
"Gadis muda ini benar-benar menyedihkan untuk dikatakan. Dia juga memiliki kakak laki-laki. Adik kakak itu sudah saling bergantung sejak mereka masih muda. Orang tua mereka meninggal sangat dini. Adik kakak ini tumbuh dewasa dalam penderitaan di sepanjang jalan hidupnya. Kemudian, gadis muda mendapatkan beasiswa untuk tetap bersekolah setiap harinya, ia juga sering melakukan pekerjaan paruh waktu di luar sekolah untuk menambah uang untuk biaya hidupnya, tetapi kakaknya sedang sakit sekarang dan masih memulihkan diri di rumah sakit di kota A, tetapi dengar-dengar operasinya sudah berhasil."
Semua data ini adalah diselidiki olehnya.
"Berdasarkan apa yang kamu katakan tadi, pengalaman hidup gadis ini memang agak naik turun." Mata tenang Tuan Besar Gu jatuh pada foto yang ada di tangannya lagi, dengan hati-hati menatap gadis cantik ini, "Kalau dilihat dari foto-foto ini, sikap gadis ini terbilang stabil, dan juga gadis yang tenang. Pada poin ini, dia sesuai dengan keinginanku."
Karena posisinya yang tinggi sekarang, Tuan Besar Gu secara alami sudah melihat begitu banyak gadis yang berasal dari keluarga kaya. Gadis-gadis yang dibesarkan menjadi lembut dan elegan, tidak pernah mengalami penderitaan sedikit pun. Setiap harinya lebih tahu bagaimana cara memanfaatkan orang lain dibandingan cara untuk makan, minum dan berias. Inilah yang paling tak disukai olehnya.
Dia berharap cucunya akan menemukan pendamping hidupnya yang bisa bersabar saat menderita, bisa menemani cucunya melewati manis pahitnya kehidupan, selalu menemani cucunya tanpa pernah menyerah dan meninggalkannya. Dan juga, istri yang tenang dan bermartabat.
Tuan Besar Gu sudah cukup tua, sudah terlalu banyak melihat berbagai hal. Dia sudah memiliki wawasan yang luar biasa tentang dunia ini.
Ketenaran dan kekayaan adalah segala sesuatu di luar tubuh, yang tidak dibawa saat lahir dan juga tidak dibawa saat mati.
"Apakah gadis ini satu kantor dengan Clayton?" Tuan Besar Gu punya ide, ia sudah mulai rencana yang berani dalam hatinya.
"Ya, seharusnya satu perusahaan, bukannya di foto juga ada ya? Mereka keluar bersama dari kantor pada siang hari, dan setelah minum kopi, mereka kembali bersama juga ke kantor." Asisten itu menjawab dengan tegas.
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniBeautiful Lady
ElsaUnperfect Wedding
Agnes YuUnlimited Love
Ester GohHarmless Lie
BaigeMy Lifetime
DevinaAku bukan menantu sampah
Stiw boyCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita