Cinta Yang Tak Biasa - Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
Yang bisa dipastikan adalah, orang di ujung sambungan pasti adalah pria.
Saat ini, otaknya muncul satu orang. Tapi apakah mungkin orang ini? Dia berharap dia yang sudah berpikir terlalu banyak, dan bukan orang itu.
"Tidak ada, kita lanjut makan saja yuk? Tidak perlu pedulikan saja." ekspresi Stephanie sangat tidak natural, juga merasa agak bersalah pada Clayton Gu.
Clayton Gu mengajaknya makan dengan baik hati, tapi dia malah membuat masalah karena hal ini dan itu.
"Apakah benar tidak apa-apa? Stephanie, kalau kamu bersedia percaya padaku, kamu beritahu aku sejujurnya saja. Apakah kamu bertemu kesulitan dan masalah yang tidak dapat diselesaikan di kehidupanmu? Kamu beritahu aku, aku coba pikirkan cara untukmu. Kalau kamu tidak bisa selesaikan, siapa tahu aku bisa bantu kamu selesaikan? Rumahku di Kota B, orang kota ini. Jadi, memiliki hubungan dan koneksi dengan orang-orang di sini. Aku bantu kamu pikirkan caranya!" saat ini, Clayton Gu bicara panjang lebar dengannya.
"Tidak, kamu sudah salah paham. Aku benar-benar tidak mempunyai masalah apapun." Stephanie segera melambaikan tangan. Masalahnya saja sudah begitu rumit, kalau sampai Clayton Gu ikut campur, pasti akan semakin rumit.
"Stephanie, telepon ini, kamu beritahu aku dengan jujur, sebenarnya siapa yang telepon ke kamu?" Clayton Gu jarang-jarang begitu keras kepala.
"Sungguh, bisakah kamu jangan bertanya begitu banyak? Masalahku seorang, aku bisa selesaikan sendiri. Selain itu masalah ini juga bukan seperti yang kamu bayangkan!" Stephanie sangat tidak berdaya.
Saat ini, ponsel yang sudah dia masukkan ke dalam tas, sekali lagi berbunyi dalam waktu yang tidak cocok.
"Apakah telepon dari dia lagi?" Clayton Gu sekarang sangat tidak tenang.
Stephanie menggigit bibir bawahnya. Darren Feng ini benar-benar tidak ada habis-habisnya. Bukankah nomor di atas layar adalah nomor pribadi Darren Feng? Meskipun tidak ada nama yang dia simpan, tapi serangkaian nomor itu, dia sangat familiar.
"Bagaimana kalau aku bantu kamu angkat telponnya? Benar-benar tidak bisa membiarkan orang makan dengan tenang!" Clayson Gu marah dan berdiri menghampiri Stephanie.
"Jangan, aku saja yang angkat!" Stephanie takut masalah ini semakin besar, dan tidak bisa diselesaikan lagi. Dia hanya bisa menahan diri dan sekali lagi mengangkat telponnya.
"Kamu cepat pulang sekarang! Aku kasih kamu sepuluh menit! Kalau tidak, kamu tanggung sendiri akibatnya!" setelah telepon terhubung, Darren Feng berkata dengan tegas.
Wajah Stephanie berubah pucat. Makan saja tidak dapat tenang.
"Maaf, Clayton, aku takutnya harus pergi dulu. Kamu baru makan sedikit, lanjut makan saja!" Stephanie tidak berani menatap Clayton Gu, takut melihat tatapan terluka pria itu, segera membawa tas dan bersiap pergi.
Clayton Gu malah menangkapnya dan menghentikan kepergiannya.
"Tidak bisa, Stephanie. Kamu beritahu aku, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu sekarang bisa begitu takut? Apakah orang yang menelponmu ini mengancammu dengan sesuatu?"
Stephanie berusaha keras menggelengkan kepala dan mulai memberontak, "Tidak, bukan seperti yang kamu bayangkan. Clayton, maaf, benar-benar maaf. Lain kali saja. Lain kali kalau ada waktu, aku akan menraktirmu sebagai gantinya. Boleh tidak? Tapi sekarang, aku benar-benar harus pergi!"
Tanggung sendiri akibatnya! Dia tahu, begitu dia membuat Darren Feng marah, pria itu bisa melakukan apapun.
Contohnya, apapun perkataan pria itu, bisa dengan mudahnya menghilangkan pekerjaannya. Satupun telepon pria itu, bisa membuat kakaknya di rumah sakit Kota A juga ikut merasakan akibatnya.
Mau yang manapun itu, dia tidak bisa terima, dia tidak bisa bertaruh.
Dia pernah melawan pria itu, pernah mencoba, tapi sepertinya dia yang selalu berada di pihak rugi.
"Tidak, yang aku pedulikan bukan balas menraktirku atau tidak. Stephanie, kamu beritahu aku dengan jujur, apakah yang menelponmu adalah CEO Feng? Apakah benar?" Clayton Gu juga tidak berpura-pura lagi. Dia tidak bisa pura-pura tidak tahu apapun.
"Kamu." Stephanie membelalakan mata dan terkejut.
"Kamu ingin tahu kenapa aku bisa tahu orang yang telepon adalah dia, benar bukan? Stephanie, beritahu aku dengan jujur, sebenarnya apa hubunganmu dengan dia? Jangan bohongi aku! Kamu juga tahu, aku paling benci dibohongi oleh orang. Apalagi dibohongi oleh orang yang aku percayai." Clayton Gu berwajah sedih. Pada akhirnya dia sendiri yang membuka kenyataan yang paling tidak ingin dia hadapi.
"Clayton, maaf, sangat maaf. Maaf aku tidak bisa memberitahumu kebenarannya. Aku mempunyai alasan tidak bisa mengatakannya. Jadi, tolong biarkan aku pergi!" orang itu hanya memberikan sepuluh menit padanya. Kalau dia tidak pulang tepat waktu, maka tidak tahu apa lagi hukuman yang akan pria itu berikan padanya.
"Stephanie, apakah dia mengancammu? Beritahu aku. Kalau dia mengancammu, maka aku membantumu negosiasikan dengannya. Meski sekarang dia adalah direktur perusahaan, adalah Boss Besar, tapi aku tidak takut!" Clayton Gu melihat wajah tidak berdaya Stephanie, sedikit kasihan padanya, bersamaan juga benci pada orang itu.
"Bukan, bukan seperti yang kamu bayangkan. Kamu tidak mengerti, kamu tidak akan mengerti! Clayton, jangan urus masalahku lagi ya?" Stephanie benar-benar tidak ingin membawa Clayton Gu masuk dalam masalah ini juga.
"Karena uang bukan? Kamu ikut dengannya, apakah karena uang? Kamu sangat kurang uang? Kalau kurang uang, kamu bisa mencariku. Aku bisa membantumu. Dan juga, kalau dia mengancammu dengan uang, semua hal yang bisa diselesaikan dengan uang, bukanlah masalah, semua itu bisa diselesaikan. Kamu tidak perlu takut, juga tidak perlu mematuhinya!" satu-satunya yang Clayton Gu bisa pikirkan adalah, muncul masalah di kehidupan Stephanie, dan mau tidak mau harus dipelihara oleh Darren Feng.
Dulu Clayton Gu benci wanita yang suka kekayaan dan rela dipelihara oleh pria kaya. Tapi sekarang menghadapi Stephanie yang juga dipelihara, dia malah tidak bisa membenci.
Stephanie yang dia kenal, bukanlah orang yang suka kekayaan dan pura-pura. Hanyalah orang yang dipaksa oleh sulitnya hidup.
"Clayton, bisakah kamu tidak tanya lagi? Anggap saja berikan aku kehormatan terakhir!" Stephanie memohon dengan wajah sedih.
Clayton Gu dengan tidak berdaya perlahan-lahan melepaskan tangan Stephanie. Dia berhati baik ingin membantu Stephanie, tapi sepertinya Stephanie tidak ingin dibantu.
Hal ini membuat Clayton Gu sangat gagal. Selama Stephanie bersedia, dia pasti bersedia membantu wanita itu. Bahkan harus mengerahkan seluruh tenaganya, dia juga akan berusaha membantu wanita itu. Dia juga akan membawa Stephanie keluar dari lingkaran yang tidak cocok dengan wanita itu, menyuruh Stephanie menjadi dirinya yang dulu, yang sederhana.
Setelah Clayton Gu melepaskan Stephanie, Stephanie menundukkan kepala dan pergi di bawah tatapan seluruh pengunjung restoran yang penasaran.
Hanya tersisa Clayton Gu berdiri di sana dan terdiam untuk waktu yang lama.
Sekarang, dia sudah bisa memastikan, memastikan Stephanie pasti diancam oleh pria itu. Kalau tidak, makan kali ini tidak akan bubar dengan cara seperti ini.
Setelah Stephanie keluar dari restoran, dia menghentikan sebuah taksi di pinggir jalan dengan berantaka dan langsung memberitahu alamat perusahaan kepada supir.
Saat ini, setelah naik ke atas taksi, dia baru agak menyesal. Kalau tahu restoran ini begitu jauh dari perusahaan, saat pergi, dia tidak seharusnya membiarkan Clayton Gu membawanya pergi ke restoran ini, hanya demi makan.
Tapi sekarang, tidak berguna lagi menyesal.
Dibilang hanya boleh 10 menit, jelas sekali, dia ini sudah akan terlambat.
"Pak, apakah bisa lebih cepat? Aku buru-buru." pria yang begitu diktator, begitu marah, bisa melakukan apapun. Kalau tidak melakukan sesuai keinginan pria itu, maka yang rugi adalah dirinya. Pelajaran ini dia ketahui sejak awal mengenal Darren Feng, dia sudah kenal jelas.
Tapi kali ini, melawan pria itu, memang benar karena dia kesal.
"Nona, kecepatan mobilku sudah sangat cepat. Kamu suruh aku lebih cepat lagi, apakah ingin aku melebihi batas kecepatan? Kalau aku sampai kena tilang, siapa yang membayar dendanya. Dan juga, kalau mobil melaju terlalu cepat, juga tidak bisa menjamin keselamatan. Nona bersabarlah sedikit, kedepannya kalau mau buru-buru, lebih cepat berangkat saja, jangan mempersulit kami sebagai supir!"
Stephanie tidak enak hati menyuruh supir lebih cepat lagi. Sebenarnya yang supir ini katakan benar juga.
Kalau dia memaksa lagi, maka itu benar-benar akan mempersulit supir ini.
Terakhir saat kembali ke perusahaan, waktu sudah berlalu dua puluh menit. Dari waktu yang ditentukan sepuluh menit, berbeda dua kali lipat.
Untung saja waktu istirahat belum selesai, dia diam-diam naik lifat dan mengintip pintu kantor Darren Feng.
Pintu kayu yang tebal, memisahkan luar dan dalam, membentuk dua dunia yang berbeda. Stephanie berdiri di depan pintu, seketika ragu. Beberapa kali dia ingin mengetuk pintu, tapi setelah dipikir-pikir, dia menyerah.
"Bukankah ini Nona Stephanie?" Mark baru saja berjalan ke sana, lalu melihat Stephanie yang ada di depan kantor Boss Besar Feng, "Nona Stephanie, kenapa tidak masuk?"
Mark menebak dan kira-kira sudah mengetahui alasan orang yang ada di dalam kantor itu tiba-tiba marah siang ini.
Kelihatannya dua orang ini sedang bertengkar.
"Oh, aku sedang bersiap mengetuk pintu." di hadapan Mark, Stephanie tidak bisa ragu-ragu lagi. Hanya bisa memberanikan diri dan mengetuk pintu.
Darren Feng di dalam kantor sudah tidak sabar dari tadi. Menengok ke kanan dan kiri, melihat Stephanie belum pulang juga. Dari waktu sepuluh menit yang ditentukan, sudah berlalu sepuluh menit, orangnya belum kembali juga!
Mendengar pergerakan di luar, dia sengaja berwajah dingin dan berkata, "Masuk!"
Mark melihat Stephanie menengok masuk kantor Boss Besar Feng. Dia sebagai nyamuk, sadar diri dan menetap di luar, tidak ikut masuk.
Dua orang itu di dalam kalau sampai ada pertengkaran, dia pikir, lebih baik tidak usah masuk. Daripada nanti dia kena marah.
Darren Feng melihat Stephanie masuk, ekspresi wajahnya semakin dingin. Sama sekali tidak menatap wanita yang hanya bisa membuatnya marah ini.
"Jalan agak macet, jadi sedikit telat!" Stephanie berpikir sebentar, lalu berusaha menjelaskan.
Siapa yang bisa tebak, kalimat ini di telinga Darren Feng seperti alasan menutupi sesuatu.
"Macet? Apa kamu yakin jalanan lebih macet? Atau kamu yang tidak rela pergi?" Darren Feng menyindir. Sekali lagi mengembangkan bakat mulut tajamnya.
Novel Terkait
Asisten Wanita Ndeso
Audy MarshandaTakdir Raja Perang
Brama aditioUangku Ya Milikku
Raditya DikaMy Charming Wife
Diana AndrikaUnlimited Love
Ester GohMy Tough Bodyguard
Crystal SongVillain's Giving Up
Axe AshciellyCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita