Cinta Yang Tak Biasa - Bab 140 Misi Foto Diam-Diam

Yang bisa dipastikan adalah, orang di ujung sambungan pasti adalah pria.

Saat ini, otaknya muncul satu orang. Tapi apakah mungkin orang ini? Dia berharap dia yang sudah berpikir terlalu banyak, dan bukan orang itu.

"Tidak ada, kita lanjut makan saja yuk? Tidak perlu pedulikan saja." ekspresi Stephanie sangat tidak natural, juga merasa agak bersalah pada Clayton Gu.

Clayton Gu mengajaknya makan dengan baik hati, tapi dia malah membuat masalah karena hal ini dan itu.

"Apakah benar tidak apa-apa? Stephanie, kalau kamu bersedia percaya padaku, kamu beritahu aku sejujurnya saja. Apakah kamu bertemu kesulitan dan masalah yang tidak dapat diselesaikan di kehidupanmu? Kamu beritahu aku, aku coba pikirkan cara untukmu. Kalau kamu tidak bisa selesaikan, siapa tahu aku bisa bantu kamu selesaikan? Rumahku di Kota B, orang kota ini. Jadi, memiliki hubungan dan koneksi dengan orang-orang di sini. Aku bantu kamu pikirkan caranya!" saat ini, Clayton Gu bicara panjang lebar dengannya.

"Tidak, kamu sudah salah paham. Aku benar-benar tidak mempunyai masalah apapun." Stephanie segera melambaikan tangan. Masalahnya saja sudah begitu rumit, kalau sampai Clayton Gu ikut campur, pasti akan semakin rumit.

"Stephanie, telepon ini, kamu beritahu aku dengan jujur, sebenarnya siapa yang telepon ke kamu?" Clayton Gu jarang-jarang begitu keras kepala.

"Sungguh, bisakah kamu jangan bertanya begitu banyak? Masalahku seorang, aku bisa selesaikan sendiri. Selain itu masalah ini juga bukan seperti yang kamu bayangkan!" Stephanie sangat tidak berdaya.

Saat ini, ponsel yang sudah dia masukkan ke dalam tas, sekali lagi berbunyi dalam waktu yang tidak cocok.

"Apakah telepon dari dia lagi?" Clayton Gu sekarang sangat tidak tenang.

Stephanie menggigit bibir bawahnya. Darren Feng ini benar-benar tidak ada habis-habisnya. Bukankah nomor di atas layar adalah nomor pribadi Darren Feng? Meskipun tidak ada nama yang dia simpan, tapi serangkaian nomor itu, dia sangat familiar.

"Bagaimana kalau aku bantu kamu angkat telponnya? Benar-benar tidak bisa membiarkan orang makan dengan tenang!" Clayson Gu marah dan berdiri menghampiri Stephanie.

"Jangan, aku saja yang angkat!" Stephanie takut masalah ini semakin besar, dan tidak bisa diselesaikan lagi. Dia hanya bisa menahan diri dan sekali lagi mengangkat telponnya.

"Kamu cepat pulang sekarang! Aku kasih kamu sepuluh menit! Kalau tidak, kamu tanggung sendiri akibatnya!" setelah telepon terhubung, Darren Feng berkata dengan tegas.

Wajah Stephanie berubah pucat. Makan saja tidak dapat tenang.

"Maaf, Clayton, aku takutnya harus pergi dulu. Kamu baru makan sedikit, lanjut makan saja!" Stephanie tidak berani menatap Clayton Gu, takut melihat tatapan terluka pria itu, segera membawa tas dan bersiap pergi.

Clayton Gu malah menangkapnya dan menghentikan kepergiannya.

"Tidak bisa, Stephanie. Kamu beritahu aku, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu sekarang bisa begitu takut? Apakah orang yang menelponmu ini mengancammu dengan sesuatu?"

Stephanie berusaha keras menggelengkan kepala dan mulai memberontak, "Tidak, bukan seperti yang kamu bayangkan. Clayton, maaf, benar-benar maaf. Lain kali saja. Lain kali kalau ada waktu, aku akan menraktirmu sebagai gantinya. Boleh tidak? Tapi sekarang, aku benar-benar harus pergi!"

Tanggung sendiri akibatnya! Dia tahu, begitu dia membuat Darren Feng marah, pria itu bisa melakukan apapun.

Contohnya, apapun perkataan pria itu, bisa dengan mudahnya menghilangkan pekerjaannya. Satupun telepon pria itu, bisa membuat kakaknya di rumah sakit Kota A juga ikut merasakan akibatnya.

Mau yang manapun itu, dia tidak bisa terima, dia tidak bisa bertaruh.

Dia pernah melawan pria itu, pernah mencoba, tapi sepertinya dia yang selalu berada di pihak rugi.

"Tidak, yang aku pedulikan bukan balas menraktirku atau tidak. Stephanie, kamu beritahu aku dengan jujur, apakah yang menelponmu adalah CEO Feng? Apakah benar?" Clayton Gu juga tidak berpura-pura lagi. Dia tidak bisa pura-pura tidak tahu apapun.

"Kamu." Stephanie membelalakan mata dan terkejut.

"Kamu ingin tahu kenapa aku bisa tahu orang yang telepon adalah dia, benar bukan? Stephanie, beritahu aku dengan jujur, sebenarnya apa hubunganmu dengan dia? Jangan bohongi aku! Kamu juga tahu, aku paling benci dibohongi oleh orang. Apalagi dibohongi oleh orang yang aku percayai." Clayton Gu berwajah sedih. Pada akhirnya dia sendiri yang membuka kenyataan yang paling tidak ingin dia hadapi.

"Clayton, maaf, sangat maaf. Maaf aku tidak bisa memberitahumu kebenarannya. Aku mempunyai alasan tidak bisa mengatakannya. Jadi, tolong biarkan aku pergi!" orang itu hanya memberikan sepuluh menit padanya. Kalau dia tidak pulang tepat waktu, maka tidak tahu apa lagi hukuman yang akan pria itu berikan padanya.

"Stephanie, apakah dia mengancammu? Beritahu aku. Kalau dia mengancammu, maka aku membantumu negosiasikan dengannya. Meski sekarang dia adalah direktur perusahaan, adalah Boss Besar, tapi aku tidak takut!" Clayton Gu melihat wajah tidak berdaya Stephanie, sedikit kasihan padanya, bersamaan juga benci pada orang itu.

"Bukan, bukan seperti yang kamu bayangkan. Kamu tidak mengerti, kamu tidak akan mengerti! Clayton, jangan urus masalahku lagi ya?" Stephanie benar-benar tidak ingin membawa Clayton Gu masuk dalam masalah ini juga.

"Karena uang bukan? Kamu ikut dengannya, apakah karena uang? Kamu sangat kurang uang? Kalau kurang uang, kamu bisa mencariku. Aku bisa membantumu. Dan juga, kalau dia mengancammu dengan uang, semua hal yang bisa diselesaikan dengan uang, bukanlah masalah, semua itu bisa diselesaikan. Kamu tidak perlu takut, juga tidak perlu mematuhinya!" satu-satunya yang Clayton Gu bisa pikirkan adalah, muncul masalah di kehidupan Stephanie, dan mau tidak mau harus dipelihara oleh Darren Feng.

Dulu Clayton Gu benci wanita yang suka kekayaan dan rela dipelihara oleh pria kaya. Tapi sekarang menghadapi Stephanie yang juga dipelihara, dia malah tidak bisa membenci.

Stephanie yang dia kenal, bukanlah orang yang suka kekayaan dan pura-pura. Hanyalah orang yang dipaksa oleh sulitnya hidup.

"Clayton, bisakah kamu tidak tanya lagi? Anggap saja berikan aku kehormatan terakhir!" Stephanie memohon dengan wajah sedih.

Clayton Gu dengan tidak berdaya perlahan-lahan melepaskan tangan Stephanie. Dia berhati baik ingin membantu Stephanie, tapi sepertinya Stephanie tidak ingin dibantu.

Hal ini membuat Clayton Gu sangat gagal. Selama Stephanie bersedia, dia pasti bersedia membantu wanita itu. Bahkan harus mengerahkan seluruh tenaganya, dia juga akan berusaha membantu wanita itu. Dia juga akan membawa Stephanie keluar dari lingkaran yang tidak cocok dengan wanita itu, menyuruh Stephanie menjadi dirinya yang dulu, yang sederhana.

Setelah Clayton Gu melepaskan Stephanie, Stephanie menundukkan kepala dan pergi di bawah tatapan seluruh pengunjung restoran yang penasaran.

Hanya tersisa Clayton Gu berdiri di sana dan terdiam untuk waktu yang lama.

Sekarang, dia sudah bisa memastikan, memastikan Stephanie pasti diancam oleh pria itu. Kalau tidak, makan kali ini tidak akan bubar dengan cara seperti ini.

Setelah Stephanie keluar dari restoran, dia menghentikan sebuah taksi di pinggir jalan dengan berantaka dan langsung memberitahu alamat perusahaan kepada supir.

Saat ini, setelah naik ke atas taksi, dia baru agak menyesal. Kalau tahu restoran ini begitu jauh dari perusahaan, saat pergi, dia tidak seharusnya membiarkan Clayton Gu membawanya pergi ke restoran ini, hanya demi makan.

Tapi sekarang, tidak berguna lagi menyesal.

Dibilang hanya boleh 10 menit, jelas sekali, dia ini sudah akan terlambat.

"Pak, apakah bisa lebih cepat? Aku buru-buru." pria yang begitu diktator, begitu marah, bisa melakukan apapun. Kalau tidak melakukan sesuai keinginan pria itu, maka yang rugi adalah dirinya. Pelajaran ini dia ketahui sejak awal mengenal Darren Feng, dia sudah kenal jelas.

Tapi kali ini, melawan pria itu, memang benar karena dia kesal.

"Nona, kecepatan mobilku sudah sangat cepat. Kamu suruh aku lebih cepat lagi, apakah ingin aku melebihi batas kecepatan? Kalau aku sampai kena tilang, siapa yang membayar dendanya. Dan juga, kalau mobil melaju terlalu cepat, juga tidak bisa menjamin keselamatan. Nona bersabarlah sedikit, kedepannya kalau mau buru-buru, lebih cepat berangkat saja, jangan mempersulit kami sebagai supir!"

Stephanie tidak enak hati menyuruh supir lebih cepat lagi. Sebenarnya yang supir ini katakan benar juga.

Kalau dia memaksa lagi, maka itu benar-benar akan mempersulit supir ini.

Terakhir saat kembali ke perusahaan, waktu sudah berlalu dua puluh menit. Dari waktu yang ditentukan sepuluh menit, berbeda dua kali lipat.

Untung saja waktu istirahat belum selesai, dia diam-diam naik lifat dan mengintip pintu kantor Darren Feng.

Pintu kayu yang tebal, memisahkan luar dan dalam, membentuk dua dunia yang berbeda. Stephanie berdiri di depan pintu, seketika ragu. Beberapa kali dia ingin mengetuk pintu, tapi setelah dipikir-pikir, dia menyerah.

"Bukankah ini Nona Stephanie?" Mark baru saja berjalan ke sana, lalu melihat Stephanie yang ada di depan kantor Boss Besar Feng, "Nona Stephanie, kenapa tidak masuk?"

Mark menebak dan kira-kira sudah mengetahui alasan orang yang ada di dalam kantor itu tiba-tiba marah siang ini.

Kelihatannya dua orang ini sedang bertengkar.

"Oh, aku sedang bersiap mengetuk pintu." di hadapan Mark, Stephanie tidak bisa ragu-ragu lagi. Hanya bisa memberanikan diri dan mengetuk pintu.

Darren Feng di dalam kantor sudah tidak sabar dari tadi. Menengok ke kanan dan kiri, melihat Stephanie belum pulang juga. Dari waktu sepuluh menit yang ditentukan, sudah berlalu sepuluh menit, orangnya belum kembali juga!

Mendengar pergerakan di luar, dia sengaja berwajah dingin dan berkata, "Masuk!"

Mark melihat Stephanie menengok masuk kantor Boss Besar Feng. Dia sebagai nyamuk, sadar diri dan menetap di luar, tidak ikut masuk.

Dua orang itu di dalam kalau sampai ada pertengkaran, dia pikir, lebih baik tidak usah masuk. Daripada nanti dia kena marah.

Darren Feng melihat Stephanie masuk, ekspresi wajahnya semakin dingin. Sama sekali tidak menatap wanita yang hanya bisa membuatnya marah ini.

"Jalan agak macet, jadi sedikit telat!" Stephanie berpikir sebentar, lalu berusaha menjelaskan.

Siapa yang bisa tebak, kalimat ini di telinga Darren Feng seperti alasan menutupi sesuatu.

"Macet? Apa kamu yakin jalanan lebih macet? Atau kamu yang tidak rela pergi?" Darren Feng menyindir. Sekali lagi mengembangkan bakat mulut tajamnya.

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu