Cinta Yang Tak Biasa - Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
Mengapa Gabby di depannya selalu menekankan jika Clayton menyukainya, memiliki perasaan khusus, dan sikapnya tidak seperti terhadap rekan kerja biasa, berulang kali mengatakan seperti itu, begini apa ada artinya?
Waktu di pagi hari, selalu berlalu cepat, tidak terasa, sudah tengah hari.
“Stefanie, ayo pergi, kita berdua pergi makan bersama di luar, makanan kantin karyawan di perusahaan tidak enak, aku pernah makan sekali, hampir saja aku memuntahkannya!” Kali ini, Gabby inisiatif sendiri mencari Stefanie, untuk mengatasi masalah makan siang dan berusaha meyakinkan dia untuk makan bersama di luar.
“Tidak perlu, aku sudah terbiasa dengan makanan di kantin karyawan. Sebenarnya masih lumayan, tidak seperti yang kamu katakan sulit dimakan! Aku sudah mengurus kartu bulanan, jika tidak digunakan, sepertinya ada sedikit boros!” Stefanie segera mencari alasan untuk menolak.
Waktu tengah hari, dia pasti harus ada waktu luang, karena waktu makan siangnya dari awal sudah direbut paksa oleh orang di lantai atas.
“Sehari tidak pergi ke kantin karyawan juga tidak akan apa-apa. Ayo, aku bawa kamu keluar untuk makan yang enak, bisa tidak?” Gabby cukup murah hati, masih khusus menggoyangkan tas tangan yang di bawanya ke arah Stefanie.
Maksudnya adalah, dia memiliki uang, kemudian traktir makan apa saja, dia yang akan bayar, jangan kuatir kamu cukup pergi bawa lambung saja!
“Sehari tidak pergi memang tidak apa-apa. Namun jika kamu traktir makan besar, aku takut lambungku ini akan menjadi manja olehmu.” Tiap kali di saat seperti ini Stefanie harus memutar otak untuk menolak.
“Aiyo, cuma makan besar sekali saja. Stefanie, kalau kamu memang tidak ingin menemaniku pergi makan, kamu terus terang saja! Juga tidak perlu mencari alasan dan berdalih seperti itu?” Gabby tampaknya ada sedikit marah, dan berlalu pergi dengan gusar.
Stefanie merasa sedikit lucu, sekarang kelihatannya, dia telah menyinggung seorang teman lagi?
Tetapi, waktu makan siang dia sudah diambil paksa oleh pria tiran itu, dia juga tidak memiliki ilmu pemisah tubuh, kalau tidak bisa membagi sebagian dirinya untuk orang yang memerlukan dia.
Kelihatannya nanti setelah naik ke atas untuk bertemu dengan orang itu, harus menjelaskan baik-baik dengan orang itu.
Sekarang tiap hari tengah hari, dia harus memikirkan cara untuk datang ke tempat orang ini secara diam-diam, seolah-olah dirinya sama sekali telah kehilangan kebebasan, sama sekali tidak bisa mengatur waktunya sendiri.
Saat Stefanie masuk ke kantor Darren, Mark sedang membawa pulang makanan dari luar, dan diletakkan di atas nampan teh di depan sofa, orangnya masih belum pergi, karena itu Stefani bertemu lagi dengan Mark asisten pribadi.
Stefanie dari awal sudah tahu, makan siang yang beli dari luar, biasanya selalu Mark yang atur, sekalian membeli bagiannya juga.
Jadi, untuk itu apa dia harus mengatakan sesuatu.
“Mark, terima kasih setiap tengah hari sampai menyiapkan makan siangku!”
Dia menunjukkan rasa terima kasih yang tulus di depan Mark, ini adalah aturan manusia bergaul dalam masyarakat.
“Nona Stefanie, tidak perlu sungkan, ini semua adalah tugas dalam yang sudah seharusnya aku kerjakan!” jawab Mark dengan tetap rendah hati.
“Uhkk” Saat ini Boss Besar Feng yang duduk di belakang meja kerja besar lagi batuk ringan.
Mark menanggapinya dan segera berkata, “Nona Stefanie, sebenarnya jika kamu memang ingin terima kasih, maka orang yang harusnya kamu ucapkan terima kasih bukan aku, melainkan CEO Feng! CEO Feng yang setiap hari tanpa bosan mengingatkan aku, kemudian menu hari ini yang sudah aku tetapkan secara mendetail, setiap hari selalu diusahakan jenis makanan yang berbeda, sebenarnya dia yaang paling bersusah payah! Haha, kalau kamu ingin berterima kasih, lebih baik langsung ke dia!”
Darren duduk tegak, kemudian dengan rupa “mendengarkan dengan penuh perhatian dan hormat.”
Jadi mengapa Mark tiap hari menyiapkan dua porsi makanan, sebenarnya alasan paling dasar karena permintaan dari Boss Besar Feng. Jika Boss Besar Feng tidak meminta permintaan ini, maka Mark juga tidak perlu melakukannya. Jadi kalau dipikir-pikir, sebenarnya berterima kasih pada Mark tidak begitu berguna, karena Mark paling-paling hanya menjalankannya, orang yang benar-benar memiliki ide dan membuat keputusan masih Boss Besar Feng.
“CEO Feng, nona Stefanie, aku keluar makan dulu!” Mark mengambil makanan bagian dirinya, hanya saja makanannya tetap terletak di atas meja kerjanya. Tentu saja karena dia pergi tergesa-gesa, sesungguhnya juga karena dia berusaha untuk cepat menghindar, dia tidak ingin tetap di dalam kantor ketua yang baru menjabat ini sebagai bola lampu sebesar 180 watt.
CEO Feng masih belum menunjukkan apa-apa, sampai Stefanie merasa sedikit kesemutan kulit kepalanya, bahkan Mark sudah pergi, namun dia tidak bisa pergi.
“Ehm?” Darren masih dengan sikap sedang mendengarkan, ucapan terima kasih yang dia inginkan belum terdengar.
Stefanie baru mau tidak mau dengan tidak bersedia mengatakan, “Terima kasih kamu setiap hari telah meminta Mark untuk menyiapkan makan siangku!” ucapnya dengan kaku.
“Tidak bisa, tidak ada ketulusan sama sekali, aku sama sekali tidak mendengar rasa terima kasihmu!” kata Darren dengan alis terangkat menunjukkan rasa tidak puas.
“Pokoknya, aku hanya bisa mengatakan sekali, kalau merasa tidak puas, itu masalahmu! Aku sudah lapar, aku mau makan!” Stefanie malas untuk meladeni dia bermain permainan anak kecil yang membosankan, dirinya langsung duduk di atas sofa, mengambil salah satu kotak makanan, tanpa sungkan dia mulai melahapnya.
Sehabis makan nanti, dia ingin lebih awal kembali ke ruang kerjanya, kalau dia terlambat takutnya akan membuat Clayton curiga, dan juga Gabby tidak akan senang.
Tindakannya ini malah membuat Boss Besar Feng menunjukkan wajah tidak senang.
“Hantu kelaparan dari mana ini, makan begitu buru-buru, tidak takut mati tersedak?” Cara jalannya menuju meja sangat elegan, hatinya merasa tidak nyaman melihat orang yang makan dengan rakus, merasa sangat perlu untuk mengoreksinya!
“Kalau bisa membuat diriku mati tersedak, juga cukup bagus!” Membuatnya sibuk sesiang itu untuk datang ke sini dan masih harus menerima kejengkelan dia.
“Yo, dari nada bicara sepertinya api amarah sedang meluap, siapa yang mengganggumu, coba ceritakan!" tanya Darren acuh tak acuh.
Namun, dia tidak menduga, Stefanie benar-benar berbicara dan serius menguraikan.
“Darren, aku rasa tengah hari selanjutnya, aku harus memiliki waktu sendiri, tiap hari datang ke kantor kamu seperti ini, aku tidak mampu menjelaskan dengan jelas pada rekan kerjaku! Mereka kadang kala mengajak aku untuk makan bersama di luar, aku jadi tidak berani asal menepatinya, kalau terus seperti ini, aku tidak didepak keluar oleh mereka baru aneh!” gugat Stefanie murung.
Jadi alasan yang menyebabkan ini semua, karena tiap tengah hari dia harus ke sini.
Kalau tiap tengah hari dia tidak perlu datang ke sini, maka dia memiliki waktu pribadi yang pasti, bisa keluar untuk makan dengan siapa pun, ingin mencari orang untuk ke kantin bersama juga harus ada teman.
“Takut apa? Kalau ada orang yang bertanya, kamu boleh langsung jawab dengan jujur.” Kata Darren sedikit tidak senang.
Ini juga bukan satu hal yang tidak benar, apa yang tidak boleh dikatakan.
“Menjawab dengan jujur? Bagaimana cara menjawab dengan jujur? Darren, apa aku tidak salah dengar. Hubungan kita, memang sudah tidak begitu mulia, kamu ingin aku berkata jujur, aku pasti sudah gila baru berkata jujur!” Stefanie semakin dipikir semakin kesal.
“Berkata jujur yang aku maksud, adalah ingin kamu beri tahu pada orang yang mengundangmu makan di luar, kamu sudah punya pacar, dan tengah hari harus datang ke tempat pacar, dan makan siang bersama. Jadi tidak ada waktu lebih untuk menemaninya.” Jawab Darren tanpa pikir panjang.
Stefanie mulai berpikir, merasa ini bukan satu keputusan yang baik, malah terdengar seperti sebuah keputusan buruk, dengan suara kecil menggerutu, “Tapi kenyataannya, aku tidak memiliki pacar, bagaimana kalau misalnya dia bilang ingin bertemu dengan pacarku, ini bukankah aku memindahkan batu untuk melempar kaki sendiri?”
Maka itu, dia baru merasa keputusan ini sedikit pun tidak bisa diandalkan.
“Bodoh, bilang kamu bodoh benar-benar bodoh! Di depanmu bukannya sudah ada?” kata Darren dengan wajar dan remeh, ada sumber tapi tidak bisa digunakan dengan pantas, wanita seperti ini, kalau bukan bodoh bukan dungu jadi apa?
“Sudah ada, dimana?” Dalam sesaat Stefanie masih belum menyadari, melihat di sekitar dengan bingung, namun dalam ruangan kantor yang begitu besar, selain mereka berdua, sama sekali tidak ada orang ketiga.
Kemudian dia baru menyadari, apa maksud dari perkataan Darren, ternyata yang dia tunjuk adalah dirinya sendiri.
“Kamu adalah presdir baru perusahaan, yang memiliki kekuasaan bisa menghancurkan , kalau aku membawa keluar orang besar sepertimu, bukankah aku akan mati dihancurkan! Tidak, tidak bisa!” Spontan dia menggeleng, dia tidak ingin menjadi pusat gosip orang-orang.
Dia Stefanie Lian tidak mau hal seperti itu terjadi.
“Yang sudah ada, tapi kamu tidak bisa menggunakannya, mau menyalahkan siapa.” Ekspresi Darren tidak begitu senang, jadi apakah dirinya yang tampan dan masih single kalau dibawa keluar akan memalukan? Apa tidak salah.
Stefanie memandang rendah dia, dia juga tidak ingin keluar bersama Stefanie untuk mempermalukan diri.
Makan siang hari ini karena topik pembicaraan yang tidak menyenangkan, oleh sebab itu ribut hingga membuat hati keduanya menjadi sedikit kesal.
Selesai makan siang, sebagaimana biasanya Stefanie diam-diam kembali menyelinap dulu ke ruangan kerjanya.
Hanya saja tidak disangka, Clayton lebih awal kembali dari dia.
Belakangan ini baik di ruangan kerja atau pun di tempat lain, frekuensi untuk bisa bertemu dengan orang ini sepertinya meningkat.
Namun ini bukanlah hal yang membuat Stefanie senang, tiap kali bertemu dengan orang ini, dia akan merasa bersalah dan tidak wajar, malah semakin serba susah.
Semula tidak ada perasaan seperti ini, pertama-tama saat mereka bersama, Stefanie tidak memiliki pikiran apa pun, hanya murni merasa orang ini tidak buruk, cocok bergaul dengannya. Dia baru masuk ke perusahaan, juga tidak mempunyai teman akrab, jadi tanpa ragu Clayton menjadi teman pertama di perusahaan ini.
Namun dia juga hanya menganggap Clayton sebagai teman biasa.
Tetapi Gabby, mengapa dengan pasti mengatakan Clayton menyukai dirinya?
Novel Terkait
Jalan Kembali Hidupku
Devan HardiCinta Di Balik Awan
KellyPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeMenaklukkan Suami CEO
Red MapleKisah Si Dewa Perang
Daron JayCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita