Cinta Yang Tak Biasa - Bab 3 Turun tangan untuk membantu

“Sangat bagus, bagus.” Darren Feng bertepuk tangan, dan dia sangat menghargai sikap Stefanie bisa diajak kerja sama, “Ini merupakan hal yang baik untukmu dan untukku, dan aku tidak akan pernah dikatai impoten lagi. "

Sekelompok burung gagak terbang di atas kepalanya, dan Stefanie merasa ada garis hitam yang tak terhitung jumlahnya jatuh diatas kepalanya. Setelah pertempuran tadi malam, Stefanie tidak percaya dia impoten. Apakah orang yang impoten bisa bertahan selama itu? Dia hanya tahu sekujur tubuhnya kesakitan.

"Kapan kamu akan memberikan uang itu kepadaku?"

“Tunggu sebentar.” Darren Feng menatap Stefanie dalam-dalam. Dia paham saat ini Stefanie sedang membutuhkan uang, oleh karena itu dia mengambil ponsel di samping tempat tidur dan menelepon asistennya.” Halo antarkan enam ratus juta rupiah ke Venus Hotel. Benar, cepat. "

"Baik baik."

Asisten yang berada di balik telepon gemetar karena ketakutan, tetapi dia tetap menjawab dengan patuh dan segera mempersiapkan uang enam ratus juta rupiah . Yang benar saja, dia tidak ingin di pecat. Meskipun Darren Feng memiliki temperamen yang dingin, tapi Darren memberikan gaji yang tinggi. Jika mengesampingkan soal gaji, jika dia tidak bertindak sesuai perintah Darren, dan membuatnya marah lalu dipecat, dengan satu kata dari Darren Feng, dia tidak akan bisa berkarir di dunia bisnis perhiasan lagi.

Sesaat, suasana di dalam kamar menjadi hening. Darren Feng dan Stefanie tidak saling berbicara, meraka berdua sangat canggung. Dalam hati Darren Feng memarahi asistennya kenapa dia masih belum datang, bahkan Stefanie juga marah kenapa asisten Darren Feng lambat sekali. Asisten yang malang itu, membawa koper kecil berisikan enam ratus juta rupiah, lalu dia mengendarai mobilnya dengan kencang di jalan raya sambil bersin-bersin dari waktu ke waktu. Yang benar saja, Darren baru saja meneleponnya, bagaimana mungkin dia bisa sampai secepat itu.

Beberapa menit sudah berlalu. Ada yang menekan bel di luar pintu, Stefanie mengira yang datang adalah petugas bersih-bersih, jadi dia menawarkan diri untuk membukakan pintu.

"Maaf, aku salah kamar."

Melihat yang membuka pintu adalah seorang wanita, asisten Darren mengira dia salah kamar, dan hendak pergi. Tetapi tiba-tiba dia mendengar suara seseorang yang familier berteriak dari dalam: "Mark, sini, apakah kamu sudah membawa uang itu ke sini?"

“CEO Feng, aku sudah membawa uangnya kemari.” Mark berjalan masuk dengan membawa uang itu, sambil melapor kepada Darren Feng .

“Hmm.” Darren Feng menatap koper di tangan Mark sambil mengiyakan, lalu menoleh dan berbicara kepada Stefanie . “Periksa uangnya.”

Begitu mendegar kata-kata Darren Feng, perhatian Mark langsung tertuju ke arah Stefanie yang baru saja membukakan pintu untuknya.

Gadis itu memakai gaun berwarna putih, rambut hitamnya tidak diikat, melainkan tergerai di pundaknya, ada kecantikan yang kasual pada diri gadis itu, dia tidak menggunakan riasan wajah, tapi kulit wajahnya putih dan mulus seperti kue beras, tidak ada noda setitik pun di wajahnya, melainkan ada rona wajah berwarna merah yang samar-samar.

Sepertinya gadis itu menyadari dirinya sedang menatapnya, gadis itu tersenyum tipis kearahnya, senyumannya penuh dengan keramahan, ekspresi wajahnya lembut dan murah hati. Mark termenung, sambil tersenyum, setelah itu dia mulai mengalihkan perhatiannya.

Ketika dia melihat noda darah yang berbentuk seperti mawar merah yang ada di atas tempat tidur, Mark langsung panik. Ini ini, apakah bos melanggar prinsipnya? Bukankah bos adalah pria tampan yang tidak tertarik terhadap wanita? Mark melihat Darren Feng dan Stefanie yang saling “ menebarkan tatapan penuh cinta”, dalam sekejap diam-diam dia merasa yakin.

“Kamu pergi ke rumah sakit, aku akan pulang untuk mengganti pakaianku,” Darren Feng menatap Stefanie, sambil mengisyaratkannya untuk mengambil uang itu, setelah itu dia membuka pintu dan berjalan keluar. “Mark, ikut aku.”

Mark mengangguk dan bergegas mengikuti Darren. Melihat situasi saat ini, sepertinya bos telah mengakui nyonya bos ini? Alasan bos menyuruhnya mengantarkan uang, yang pertama adalah agar dirinya bertemu dengan nyonya bos, dan yang kedua adalah memberikan uang saku kepada nyonya bos , tidak tidak, tidak, pergi ke rumah sakit? Melakukan pemeriksaan untuk mempersiapkan melahirkan momongan?

Setelah Darren Feng berjalan jauh, Stefanie akhirnya menghela nafas panjang dan membuka koper itu, di dalamnya penuh dengan uang tunai enam ratus juta rupiah yang disusun dengan rapi.

"Halo, apakah anda Nona Stefanie? Apakah biaya operasi kakakmu sudah terkumpulkan? Jika tidak,"

Itu adalah telepon dari rumah sakit kelihatannya dia keburu. Stefanie berlari keluar sambil membawa koper.

Venus Hotel dan rumah sakit tempat Steven berada dibatasi oleh sebuah jalan, Stefanie terus berlari di sepanjang jalan, dan terus berlari.

"Ah! Kakiku," Stefanie mengenggam betisnya yang kesakitan karena tergores.

“Hei, ada apa denganmu? Apakah kamu tidak melihat mobilku sedang lewat?” dari dalam mobil yang menabrak Stefanie , teredengar teriakan tajam dari seorang wanita. “Dasar orang miskin, apakah kamu sanggup memberikan ganti rugi kepadaku? "

Stefanie melihat wanita yang keras kepala itu lalu dia mengerahkan keberanian dan berkata, "Nona, jelas-jelas tadi mobilmu yang menabrakku."

"Apa?"

Wanita yang berada di dalam mobil itu seolah-olah telah memakan bubuk mesiu, dia membuka pintu mobil, dan berjalan menghampiri Stefanie. Awalnya dia ingin melihat Stefanie merendahkan diri dan memohon belas kasihan kepada dirinya, tetapi dia tidak menyangka Stefanie akan membalas makiannya.

Melihat wanita itu hendak melayangkan tamparan ke wajahnya, Stefanie menutup matanya dengan erat.

"Plak" bunyi tamparan terdengar, Stefanie tahu seberapa kerasnya kekuatan tamparan itu . Tapi, kenapa rasa sakit dan panas yang diperkirakannya tidak terasa di tubuhnya.

Stefanie membuka matanya dengan perlahan. Dia melihat tangan wanita itu membeku di udara, dan di wajah wanita itu terdapat bekas tamparan. Stefanie mengarahkan pandangan matanya ke atas, dan melihat tangan seseorang sedang mengenggam lengan wanita itu.

Bentuk wajah yang tegas, bulu mata lebat, mata yang menyeruapi mata burung phoenix. Orang itu adalah Darren Feng , ternyata Darren Feng , Darren Feng yang barusan sudah pergi. Darren Feng menghentikan tangan wanita itu, jika tidak tamparan itu pasti akan mengenai wajahnya. Memikirkannya saja dia takut, dan langsung merasa berterima kasih kepada Darren Feng .

“Kamu, tak kusangka kamu berani memukul seorang wanita.” Wanita itu melihat Darren Feng yang memukul dirinya. Dia sangat marah hingga kehabisan kata-kata. Dia menghentak-hentakkan kakinya dan berteriak ke arah mobil: “CEO Huang, capat ke sini, ada yang memukulku. "

"Sebentar sebentar." Dari dalam mobil tiba-tiba muncul suara pria yang menyerupai sudara bebek jantan, tak lama pria itu keluar dari dalam mobil dan berkata dengan gaya yang dibuat-buat, "Siapa yang berani memukul wanitaku, cepat minta maaf."

"CEO Huang, apa kabar." Suara Darren Feng yang rendah dan merdu, terdengar. "Ada apa? Ingin aku minta maaf kepada wanitamu, kalau begitu bukankah kamu juga harus meminta maaf kepada wanitaku?"

CEO Huang merasa suara itu sangat familier, dia menarik celananya sambil mendorong kaca matanya. Saat dia melihat Darren Feng , dia langsung terkejut hingga wajahnya menjadi pucat, lalu dia melihat wanita yang berada di sebelahnya dengan kesal. Dalam hati dia berpikir, kenapa bisa ada wanita bodoh seperti wanita ini, tak di sangka dia malah menyinggung Darren Feng, dan menyeret dirinya ke dalam masalah ini.

"CEO Feng, anda sedang bercanda. Saya mana berani? Wanita ini tidak tahu apa-apa. Aku akan menyuruhnya meminta maaf kepada wanita di sebelah anda." CEO Huang mencoba menjilat sambil menunjukkan ekspresi wajah seperti seorang budak, lalu dia berteriak kepada wanita itu dengan marah, "Wanita jalang, masih tidak cepat meminta maaf kepada CEO Feng."

“CEO Feng, menurut anda bagaimana?” CEO Huang berdiri di samping Darren Feng sambil mengambil hatinya, tetapi Darren Feng malah memberikan ekspresi wajah yang dingin, dan malas meladeninya, CEO Huang tidak punya pilihan lain, selain meminta pendapat Stefanie , "Nona, bagaimana menurut anda? Atau, anda bisa menamparnya sekali untuk melampiaskan kemarahan anda."

"Ah? Ah, ini."

Mendengar CEO Huang tiba-tiba bertanya seperti ini kepada dirinya, untuk sesaat, dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia menatap Darren Feng untuk meminta bantuan, tapi Darren Feng memalingkan kepalanya seolah-olah dia sedang marah.

Stefanie merasa sedikit lucu. Kenapa dia marah lagi? Pikiran orang kaya memang sulit ditebak. Dia melihat wanita di samping CEO Huang juga terlihat kasihan, meskipun sebelumnya dia sangat angkuh dan ingin menindasnya. Tapi sekarang dia malah di jadikan tameng oleh pasangannya, sebenarnya dia juga sangat kasihan. Oleh karena itu, Stefanie merasa tidak tega dan berkata, "Lupakan saja, yang penting kelak saat mengemudi harus lebih berhati-hati, jangan menabrak orang lagi. Jika kalian ada urusan silahkan pergi duluan."

"Terima kasih, terima kasih."

CEO Huang bergegas menarik wanita itu pergi, dia langsung duduk, dan bersembunyi di dalam mobil. Ketika mobil dijalankan, Stefanie bahkan bisa melihat dengan jelas pertengkaran yang terjadi di dalam mobil. Mungkin dua orang itu sedang saling menyalahkan, dan kata-kata yang mereka ucapkan sangat kasar dan tidak enak di dengar.

Stefanie sangat membenci semua ini. Saat dia mengalihkan tatapan matanya, dia melihat Darren Feng sedang menatap dirinya. Dalam hati Stefanie berpikir, seharusnya dirinya mengucapkan terima kasih kepadanya. Tapi, Darren Feng sudah pergi, dia menatapnya dalam-dalam, lalu berjalan pergi dengan kedua tangan di dalam sakunya.

Stefanie ingin memanggilnya, tapi tenggorokannya tercekat, dan dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Sudahlah, mereka bukan orang yang sejalan. Stefanie mengambil koper dari lantai, lalu bergegas berlari ke rumah sakit.

Sialan, kenapa wanita itu pergi? Bukankah tadi aku sudah meliriknya, supaya dia tunggu sebentar, dan aku akan mengantarnya ke rumah sakit, apakah dia sangat ingin menjauh dariku? Darren Feng merasa sangat marah melihat Stefanie yang berlari dengan cepat sambil membawa koper.

”Crit crit”, sebuah Rolls-Royce hitam mengepot 360 derajat lalu berhenti di depan Stefanie .

“Masuk ke dalam mobil,” Darren Feng menurunkan jendela, lalu menjulurkan kepalanya dari dalam, dia melepas kacamata hitamnya, lalu menggerakkan bibirnya yang tipis dengan lembut. “Masih tidak cepat naik.”

Stefanie tertegun sejenak, lalu naik ke atas mobil dengan patuh. Sudut bibir Darren Feng terangkat, lalu dia menambah kecepatan mobil dan mobil melaju dengan lebih cepat.

Dalam waktu beberapa menit, Stefanie tiba di depan pintu rumah sakit. Stefanie menatap Darren Feng, saat dia sedang berpikir bagaimana mengucapkan sampai jumpa kepadanya, Darren Feng sudah keluar duluan dari dalam mobil dan membuka pintu untuk Stefanie dengan penuh perhatian.

Apakah dia ingin ikut menjenguk kakakku? Stefanie berpikir dalam hati, tetapi tak lama suara Darren Feng terdengar di telinganya: "Ayo, pergi ke kamar pasien kakakmu."

"Hmm."

Stefanie mengiyakan, lalu dengan hati-hati membawa Darren Feng ke kamar pasien Steven. Setibanya di depan pintu kamar pasien, dia menghentikan Darren Feng lalu berkata dengan nada memohon, "Bisakah kamu tidak memberi tahu soal kontrak kita kepada kakakku."

“Hmm, aku mengerti.” Darren Feng menunduk melihat ke arah Stefanie , wajah mungilnya yang seukuran satu telapak tangan, menunjukkan ekspresi wajah memohon, dan ekspresi wajahnya ini membuat Darren tidak tega untuk menolak,, “Kita masuk dulu.”

“Stefanie , kamu sudah kembali.” Steven mengangkat kepalanya dengan lemah. Karena melakukan pekerjaan berat dalam jangka waktu yang lama wajahnya jadi kusam dan hitam, tetapi tidak dapat menyembunyikan senyuman di wajahnya, yang sangat mirip dengan Stefanie .

"Kakak, aku sudah kembali. Aku berhasil mendapatkan uangnya, kamu tidak perlu khawatir soal biaya operasi, kamu bisa menjalani operasi dengan baik." Stefanie menghiburnya sambil menepuk tangan Steven yang penuh dengan kapalan, tekstur tangan Steven yang kasar membuat dirinya tidak bisa menahan diri untuk menangis. Setiap kepalan ini tumbuh di tangan Steven demi menyekolahkannya

“Kamu kamu --- bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak ini?” Steven menatap Stefanie dengan tidak percaya. Dia tidak bisa mengerti dari mana Stefanie yang masih seorang mahasiswa mengumpulkan uang sebanyak ini, lalu dia melihat Darren Feng yang berdiri di samping Stefanie dengan tidak bersuara, lalu dia bertanya kepada adiknya dengan penasaran, "Siapa tuan ini?"

Ternyata benar, kakaknya akan menanyakan siapa identitas Darren Feng . Untungnya, dia sudah memiliki persiapan. Stefanie berusaha berkata dengan suara yang meyakinkan: "Dia adalah bos dari perusahaan yang memberikan beasiswa kepada sekolah kami. Biaya operasi kakak juga diambil dari beasiswa."

"Terima kasih, terima kasih." begitu mendengar biaya operasi diperoleh dari Darren Feng, Steven langsung berdiri dengan menopang tubuhnya di sandaran tempat tidur lalu membungkuk kepada Darren Feng. Karena tubuhnya tidak leluasa, gerakannya sedikit kacau. "Aku tahu kalian semua adalah orang baik, yang bersedia membantu kami. "

“Halo, saya Darren Feng .” Darren Feng melangkah maju untuk memapah Steven , dia berjabat tangan dengan Steven, matanya melirik Stefanie lalu dia berkata dengan sangat serius, ”Prestasi Stefanie sangat bagus dan karakternya juga bagus. Dia pantas mendapatkan beasiswa ini. "

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu