Cinta Yang Tak Biasa - Bab 99 Kenyataan yang memang ada
“Haha, kamu lihat, kamu lihat, mengaku saja, mengakui kalian diam-diam ketemu di lorong pintu darurat saja!” Saat ini Julia tertawa histeris bagaikan orang gila!
“Gila, benar-benar orang gila, kalian bantu dia bawa keluar barangnya! Kalau masih di sini terus dia akan menggangung semua orang yang sedang bekerja, apakah masih bisa bekerja dengan normal kalau dia membuat onar terus?” Tidak bisa menang dari wanita gila ini, Clayton pun hanya bisa memerintah satpam yang di samping untuk bantu mengusir.
Satpam tersebut sangat kekar, satu di kanan dan satu di kiri datang, dengan cepat sudah membereskan semua barang Julia, mereka memasukkannya ke dalam kotak, dan membawa kotak tersebut sambil ingin membawa orangnya pergi.
“Jangan dorong aku! Dasar brengsek kalian, kalian semua orang jahat! Apa salahku, sebenarnya apa salahku, mengapa kalian seperti ini sama aku? Bukankah wanita itu yang bersalah? Kenapa kalian tidak memecatnya juga?”
Dia tidak rela dan berusaha meronta, tapi tubuhnya yang mungil dan lemah, yang sudah terbiasa manja di rumah dan perusahaan, bukanlah lawan satpam, semua penolakannya hanya sia-sia, hanya akan membuat orang lain merasa semakin jijik.
Satpam tidak sungkan-sungkan lagi sama dia, langsung ditariknya secara paksa, masing-masing mengangkat dari samping dan membawanya pergi dari situ.
Saat ini yang bisa dilakukan Julia hanyalah tidak berhentinya menjerit, tidak berhentinya mengecam, mengeluarkan semua ketidakpuasan dan ketidakrelaannya.
Hanya saja kali ini tidak ada yang berani bersimpati dengannya, tidak ada yang berani keluar untuk membelanya.
“Sudah, semuanya lanjutkan pekerjaan masing-masing, aku tidak berharap masalah ini mengganggu pekerjaan semuanya!” Clayton menepuk tangannya untuk menarik perhatian semua orang, lalu memerintah dengan serius.
Sampai saat ini, tidak seorang pun berani berbicara lagi, hanya kembali ke tempat duduk masing-masing dengan diam dan mulai bekerja.
Dalam hati Stefanie merasa tidak nyaman sekali, dia sama sekali tidak tahu menahu soal Julia dipecat.
Tapi mengapa Julia berasumsi pasti ada hubungannya dengan dia? Serta tatapan mata Gabby yang aneh, samar-samar seperti memberinya isyarat. Semua ini jika digabungkan, mau tidak mau membuat dia mulai curiga.
Clayton kembali ke tempat duduknya sendiri, ia tidak bisa menenangkan hatinya dalam sekejap, sehingga diam-diam dia mengamati anak-anak magang tersebut, untungnya ia melihat mereka sudah mulai fokus ke pekerjaan masing-masing.
Tapi ada beberapa hal yang sekali sudah meninggalkan bekas di hatinya, maka tidak bisa dihilangkan tanpa bekas dengan gampang.
Dia mulai memandang ke arah tempat duduk Stefanie, ternyata Stefanie sepertinya juga sedang fokus ke pekerjaannya, setelah dipikir-pikir, akhirnya dia menundukkan kepala mengeluarkan ponsel, dengan cepat mengetik sebuah pesan.
“Stefanie, maaf, aku tidak tahu soal kita mengobrol di lorong pintu darurat akan dilihat oleh Julia, juga tidak lebih menyangka lagi dia akan mengatakannya di depan banyak orang, aku sudah salah menilai dia!”
Setelah mengirim ke Stefanie, dia tetap tidak lebih santai.
Karena sekarang, dia tahu hanya satu kata maaf dari dirinya, mungkin tidak bisa menyelesaikan semua masalah, juga tidak bisa membuat suasana hati Stefanie membaik.
Beberapa kali ia memanggil Stefanie mengobrol di lorong pintu darurat, sekarang kalau dipikir-pikir memang dirinya kurang berpikir cermat, karena dia sendiri tidak pernah menduga hal ini akan dijadikan senjata untuk menyerang Stefanie.
Dia juga tidak pernah menduga akan membuat Stefanie begitu dipersulit karena hal ini.
Namun sekarang, justru karena dia secara sepihak beberapa kali mengajak Stefanie bicara di lorong pintu darurat, sehingga Julia menggunakan hal ini untuk membuktikan dia dan Stefanie punya hubungan yang dirahasiakan.
Ponsel Stefanie berdering, dia tahu itu adalah dering pesan masuk, diambilnya ponsel dengan sebal, tapi sekali lihat baru menyadari bukanlah pesan tidak penting, melainkan pesan permintaan maaf dari Clayton.
Clayton meminta maaf dengannya, tapi, apakah yang dia perlukan atau pedulikan adalah satu kata maaf ini?
Tidak, bukan.
Dia tahu, terjadi hal seperti ini, tidak seharusnya menyalahkan Clayton, karena setiap kali dia memanggilnya keluar, hanya menanyakan soal pekerjaan, serta memperhatikan makan siang dan lainnya, yang ditanyakan hanyalah hal sepele yang umum-umum saja, sama sekali tidak seperti yang dimaksud Julia.
Tapi, mengapa dalam hatinya masih begitu tidak senang?
Dia tidak senang karena Julia sudah membeberkan kekurangannya di depan umum, merendahkan dirinya.
“Seharusnya dari awal aku menyadari tempat seperti lorong pintu darurat itu bukanlah tempat yang aman, kalau bukan dilihat dan dibeberkan oleh Julia, cepat atau lambat juga akan dilihat oleh teman kantor yang lain, jadi ini adalah hal yang akan terjadi cepat atau pun lambat, kalau tahu dari awal akan seperti ini, mungkin aku tidak akan seceroboh ini memilih tempat yang tidak aman untuk berbicara dengan kamu, semua ini karena kecerobohan aku, maaf!”
Selanjutnya, Stefanie mendapat isi pesan permintaan maaf yang panjang dari Clayton.
Tanpa sadar Stefanie tersenyum pahit, Clayton ini selalu saja begitu gentle, sebenarnya ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan dia, karena dia memanggilnya keluar juga untuk memperhatikannya.
Kalau tidak peduli dengannya, maka dia tidak perlu secara langsung mencarinya, karena memperhatikan keadaan pekerjaan dan kehidupan pribadi bawahan juga bukanlah sesuatu yang wajib dilakukan seorang penanggung jawab.
Logika memberitahunya ini tidak ada kaitannya dengan Clayton, tapi perasaan memberitahunya kalau Clayton tidak mencarinya, tidak memanggil dia keluar sendiri, bukankah akan bisa menghindar dari situasi canggung seperti ini?
Terhadap perkataan Julia, meskipun mereka sudah memberikan banyak penjelasan, tapi masalahnya, bukankah masalah seperti ini semakin dijelaskan malah semakin seperti menutup-nutupi? Mana bisa dijelaskan dengan sejelas-jelasnya?
Akhirnya Stefanie menebalkan muka membalas pesan Clayton.
“Tidak apa-apa, aku tidak perlu sampai membuat aku dan temanku kesal karena Julia!
Keberadaan Julia sangatlah tidak penting, kenapa perlu peduli dengan bicaranya yang sembarangan itu?
Iya, akhirnya dengan tidak gampang dia bisa berpikir jernih, yang namanya gosip hanyalah isu yang tidak nyata, kalau memang gosip yang tidak benar, suatu hari nanti pasti akan hilang sendiri, sekarang dia tidak perlu terlalu bersedih untuk masalah ini.
Novel Terkait
Mbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeHabis Cerai Nikah Lagi
GibranThe Winner Of Your Heart
ShintaKing Of Red Sea
Hideo TakashiMy Charming Wife
Diana AndrikaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiThe Great Guy
Vivi HuangCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita