Cinta Yang Tak Biasa - Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
Tapi, dia tidak pernah menyesali pengorbanannya dan pengunduran dirinya dari sekolah. Hingga saat ini, dia masih sangat yakin semua ini layak, karena adiknya ini pantas mendapatkan pengorbanannya ini!
Stefanie terus menemani kakaknya di kamar pasien, setelah menghabiskan satu mangkuk bubur, Steven mengatakan dia ingin tidur sebentar. Sejak penyakitnya diketahui, semangat Steven banyak berkurang, dia sering merasa mengantuk, dan hal ini merupakan hal yang biasa.
"Baik, kakak, kalau begitu kakak tidur dulu! Aku akan pergi ke kantor dokter untuk menanyakan perihal operasimu!" Stefanie menarikkan selimut kakaknya dengan hati-hati, lalu dia berjalan keluar dari kamar pasien dengan hati-hati.
Dia berjalan di sepanjang koridor, setelah berjalan kedepan melewati lima kamar pasien lagi, dia akan tiba di kantor dokter.
Dibandingkan dengan kamar pasien yang ramai dan sempit, kantor dokter lebih luas dan lebih terang. Para dokter berjas putih duduk di tempat mereka masing-masing, ada yang sedang memeriksa beberapa laporan pasien, ada yang sedang menerima pertanyaan anggota keluarga pasien,Stefanie berjalan masuk ke dalam, akhirnya dia menemukan dokter kakaknya di sudut ruangan.
Dokter yang menangani kakaknya bermarga Fan, dia adalah pakar penyakit darah, dan sudah memiliki pengalaman yang banyak.
"Dokter Fan, apa kabar! Saya adalah adik Steven !"
Stefanie tidak yakin apakah sebelumnya Dr. Fan yang meneleponya untuk menanyakan tentang biaya operasi atau bukan.
"Oh, kebetulan kamu datang! Aku sudah mendengar soal biaya operasi dari departemen keuangan rumah sakit, kamu sudah melunasinya semua kan?" Dokter Fan sudah berusia paruh baya, tubuhnya sedikt gemuk, kelihatannya dia adalah dokter yang lembut.
“Iya, jadi kali ini saya datang ke sini untuk bertanya tentang operasi kakakku.” ketika bertemu dengan dokter Stefanie yang awalnya sudah gugup, semakin merasa gugup, dia bahkan hampir tidak bisa berbicara dengan lancar.
Masalah ini berkaitan dengan satu-satunya keluarganya, bagaimana mungkin dia tidak gugup?
"Mengenai tanggal operasinya, aku juga harus membahasnya dengan kalian sebagai anggota keluarganya! Dari laporan pemeriksaan kakakmu dan berbagai indikator utama menunjukkan jika operasi ini dilakukan lebih cepat maka hasilnya akan lebih baik! Jika operasi dimulai lebih cepat, maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil, jika tidak, risiko kegagalannya akan sangat besar! "
Stefanie terus mengangguk, "Dari pihak kami tidak ada masalah, kapan dokter ingin operasinya dilakukan, tidak menjadi masalah, kami bisa bekerja sama!"
Meskipun waktu liburannya sudah tidak tersisa banyak, tapi jika kakaknya benar-benar harus menjalani operasi, maka dia sebagai adiknya, yang akan tetap menemaninya di luar ruang operasi, sampai saatnya, dia bisa pergi ke sekolah untuk meminta izin, masalah ini mudah diatasi.
"Begini saja, menurutmu bagaimana kalau selasa depan? Kebetulan selasa depan dokter dari departemen kami punya waktu untuk melakukan operasi, dan juga masih ada waktu beberapa hari, jadi anggota keluarga bisa banyak menemani pasien dan memberikan lebih banyak dukungan moril kepada pasien, jika tidak, pasien akan merasa takut saat di meja operasi, hal ini yang merupakan hal yang sangat tidak boleh terjadi! "Kata Dr. Fan dengan serius.
"Baik, dari segi waktu kami bisa bekerja sama dengan rumah sakit. Selain itu, apakah ada hal lain yang perlu perhatian secara khusus?" Stefanie bertanya dengan mendetail.
"Sebelum operasi tidak ada, tapi setelah operasi, aku akan mencari waktu untuk memberitahumu satu per satu. Sekarang operasi belum dilakukan, kondisinya belum bisa dipastikan, jadi aku tidak bisa bicara banyak denganmu! Singkatnya, pasien harus mempercayai rumah sakit kami, harus mempercayai kami para dokter profesional, dan harus bekerja sama dengan baik dalam menjalani perawatan! "
“Seberapa besar tingkat keberhasilan operasi seperti ini?” Stefanie akhirnya menanyakan pertanyaan yang paling dia khawatirkan dan paling takut untuk dia tanyakan.
"Dalam segala operasi pasti akan ada resiko tertentu. Dan resiko ini juga merupakan hal yang berusaha dihindari oleh kami para dokter. Tapi, kondisi pasien sering harus ditangani secara khusus, hal ini tidak dapat di sama ratakan, untuk sekarang operasi seperti ini masih memiliki resiko yang sangat tinggi, tetapi juga ada banyak kasus yang sukses! Tapi , jika tidak di operasi, hanya ada satu akhir, yaitu, menunggu kematian dengan perlahan-lahan, kalian boleh mempertimbangkannya dengan baik dulu baru buat keputusan! "
Setelah mengatakan hal ini Dokter Fan kembali berkata dengan perlahan-lahan, "Tapi, perawatan setelah operasi juga tidak boleh diabaikan. Aku sarankan jika kalian sebagai anggota keluarga memiliki waktu yang terbatas dan tidak dapat menjamin untuk merawat pasien di rumah sakit sepanjang hari, kamu bisa mempekerjakan perawat profesional. Yang paling penting setelah menjalani operasi adalah takut akan terjadi komplikasi, hal ini adalah hal yang harus diperhatikan setelah menjalani operasi. "
Stefanie tidak mempelajari kedokteran, jadi dia tidak begitu mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Dokter Fan. Ketika dia keluar dari kantor dokter, dia masih tidak tahu berapa tingkat keberhasilan dari operasi semacam ini. Tapi, itu tidak penting, karena dia hanya tahu satu hal, jika kakaknya tidak menjalani operasi, dia hanya dapat menunggu kematian, setidaknya dengan operasi, dia masih memiliki kesempatan untuk hidup.
Kakaknya adalah keluarga terdekatnya! Selama masih ada jalan, dia tidak bisa hanya diam dan melihat satu satunya keluarganya pergi meninggalkannya.
Rumah sakit penuh dengan bau desinfektan. Setelah keluar dari kantor dokter, dia merasa dadanya sesak, seperti ada batu besar yang menimpa dadanya. Tempat ini adalah tempat yang membuat orang merasa tertekan. Jika bisa, dia tidak mau masuk ke sini, apalagi membiarkan keluarganya masuk tempat ini.
Dia berlari ke taman di luar rumah sakit, dan duduk sendirian dalam waktu yang cukup lama.
Selama itu, dia memikirkan banyak hal, dia memikirkan banyak kejadian menarik ketika dia masih kecil, semuanya ada kejadian memalukan mereka sebagai kakak beradik, dia juga teringat saat orang tuanya meninggal, kakaknya memeluk dirinya yang menangis hingga kehabisan suara, saat itu dia masih sangat kecil, tapi diam-diam dia telah bersumpah, dia tidak akan kehilangan satu-satunya keluarganya lagi!
Hanya tak disangka, takdir tidak dapat diprediksi, ketidak beruntungan datang satu per satu menghampiri keluarganya.
Leukemia, adalah penyakit yang mengerikan, kenapa kakaknya yang sangat baik hati dan murah hati bisa mendapatkan penyakit seperti ini?
Bunga-bunga di taman bermekaran, tetapi dia malah merasa sangat sedih,dan sama sekali tidak mood untuk menikmati bunga yang sedang bermekaran di taman ini.
Setelah dia berdiam diri selama sekitar setengah jam, dia berdiri dan berjalan dengan perlahan ke bagian rawat inap rumah sakit.
Begitu dia berjalan melewati koridor kamar pasien tempat saudaranya berada, Stefanie mendengar suara tangisan dari di salah satu kamar pasien, langkah kakinya berhenti, dia tetap berdiri di tempat dan tidak bisa bergerak sama sekali.
"Putraku! Putraku, kamu masih sangat muda, kenapa kamu pergi bergitu saja? Bagaimana dengan aku ibumu yang sudah berusia 80 tahun ini? Menyuruhku yang sudah tua ini mengantarkan kepergianmu yang masih sangat muda!"
Suaranya terdengar seperti orang tua yang sedang menangis karena kehilangan.
"Ibu, ibu, kamu harus menjaga dirimu. Kakak sudah pergi. Bisakah kamu tidak menyiksa dirimu? Ibu, terimalah kematiannya!"
"Menerima kematiannya? Aku sudah hidup delapan puluh, dan aku akan segera masuk ke peti mati, tapi aku tidak rela, orang yang seharusnya mati, adalah aku, aku yang tua ini yang seharusnya mati, tidak seharusnya putraku yang menaggung semua ini! Putraku masih sangat muda, kenapa dia pergi begitu saja, dia bahkan meninggalkan cucuku yang masih di bawah umur, kelak siapa yang akan mengurus cucuku ini? "
Nenek tua itu menangis sambil berteriak, selain nenek itu ada seorang wanita paruh baya yang sedang terisak-isak, mungkin dia adalah istri almarhum.
Stefanie sangat ketakutan, adegan perpisahan atau tangisan ratapan hampir terjadi setiap hari di rumah sakit, para dokter dan perawat di rumah sakit sudah terbiasa dan tidak heran dengan hal itu, tapi sebagai anggota keluarga pasien, terutama anggota keluarga pasien yang juga menderita leukemia, Stefanie merasa tidak nyaman hingga hampir pingsan.
Jika suatu hari, yang meninggal adalah kakaknya, apa gunanya dia hidup sendirian di dunia ini?
Detik ini, dia merasa kematian benar-benar sangat dekat dengan dirinya!
"Kembalikan anakku, Tuhan, kembalikan anakku!"
Teriakan dan ritihan nenek tua itu, membuat orang yang mendengarnya merasa terharu. Siapa pun yang dihadapkan dengan kabar duka seperti ini pasti akan merasa tidak nyaman.
Tak lama, ada dokter dan perawat yang datang untuk membujuknya berhenti, bagaimana pun, ini bagian rawat inap rumah sakit. Jika anggota keluarga terus membuat keributan, akan mudah mempengaruhi suasana hati dan istirahat pasien lain.
Stefanie memanfaatkan situasi ini untuk menenangkan dirinya, lalu bergegas berjalan ke depan dan langsung kembali ke kamar pasien kakaknya.
Mungkin dikerenakan keributan di luar terlalu besar, kakaknya yang tadinya sedang beristirahat jadi terbangun. Raut wajah pasien lain dan anggota keluarga mereka yang berada di dalam kamar pasien juga terlihat tidak terlalu baik. Ada semacam perasaan tidak bersemangat yang kuat. Suasana di dalam kamar pasien, tidak lagi santai dan bahagia seperti sebelumnya, melainkan penuh dengan suasana yang menyesakkan.
Mungkin hampir setiap pasien menimbang-nimbang di dalam hatinya, bisakah dia selamat dari penyakit ini? Apakah dia akan menjadi orang yang mati selanjutnya?
Adapun anggota keluarga mereka, mungkin memiliki perasaan yang tidak baik juga, tidak ada yang ingin orang yang mereka cintai menjadi orang yang kurang beruntung itu.
“Stefanie, kamu tidak ketakutan kan?” melihat raut wajah adiknya yang juga terlihat sangat tidak baik Steven bertanya dengan cemas, tadi saat mendengar suara tangisan dari luar, dia merasa sangat khawatir.
Dia saja merasa tidak nyaman, apalagi adiknya yang paling mencintai dirinya?
“Tidak, aku baik-baik saja, kak!” Stefanie berpura-pura kuat, jelas-jelas dia merasa tidak nyaman, tetapi di depan kakaknya, dia harus berpura-pura terlihat santai dan baik-baik saja.
"Kamu benar-benar tidak apa-apa? Kalau tidak, kamu pulang saja, kakak, bisa sendiri! Bukankah disini masih ada dokter dan perawat?" Steven takut terjadi sesuatu yang akan menakuti adiknya lagi, dia sangat khawatir, dan ingin mengusir adiknya keluar dari rumah sakit.
"Aku tidak mau pergi, hari ini aku datang kesini karena ingin menemanimu! Kakak tenang saja, siapa adikmu ini, tangisan seperti itu, mana mungkin bisa menakutiku? Kamu terlalu meremehkan keberanianku! "Stefanie berusaha tersenyum.
Mendengar hal ini, Steven merasa sangat tidak nyaman dan tertekan. Jika bukan karena dia mengidap penyakit ini, saat ini dia dan adik perempuannya pasti sedang hidup dengan tenang dan bahagia.
“Maaf, Stefanie, semua salah tubuh kakakmu yang tidak sehat ini, aku sudah menyusahkanmu!” Dia merasa sangat bersalah dan cemas.
"Kakak, apa yang sedang kamu katakan? Semua manusia yang hidup di dunia ini, semuanya makan beras, mana ada orang yang tidak pernah sakit? Jangan mengatakan kakak menyusahkanku, kita adalah kakak beradik, antara kakak beradik untuk apa mempermasalahkan hal seperti ini, terlebih dulu kakak juga pernah meninggalkan pendidikan demi aku? Demi mendapatkan uang untuk uang sekolahku, kamu keluar untuk bekerja pagi-pagi sekali, memangnya setiap hari kamu tidak menderita dan kecapekan? Sekarang giliran aku yang menjagamu, kamu cukup istirahat saja! "
Steven juga tidak ingin sepesimis ini, tapi kadang-kadang, saat melihat wajah pasien lain yang lesu, dan tersiksa oleh penyakit hingga hampir gila, dia juga jadi ingin mundur, dan menjadi putus asa.
Novel Terkait
Adieu
Shi QiMarriage Journey
Hyon SongLove Is A War Zone
Qing QingRahasia Istriku
MahardikaMr Huo’s Sweetpie
EllyaJalan Kembali Hidupku
Devan HardiWaiting For Love
SnowCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita