Cinta Yang Tak Biasa - Bab 9 Perpisahan hidup dan mati

Tapi, dia tidak pernah menyesali pengorbanannya dan pengunduran dirinya dari sekolah. Hingga saat ini, dia masih sangat yakin semua ini layak, karena adiknya ini pantas mendapatkan pengorbanannya ini!

Stefanie terus menemani kakaknya di kamar pasien, setelah menghabiskan satu mangkuk bubur, Steven mengatakan dia ingin tidur sebentar. Sejak penyakitnya diketahui, semangat Steven banyak berkurang, dia sering merasa mengantuk, dan hal ini merupakan hal yang biasa.

"Baik, kakak, kalau begitu kakak tidur dulu! Aku akan pergi ke kantor dokter untuk menanyakan perihal operasimu!" Stefanie menarikkan selimut kakaknya dengan hati-hati, lalu dia berjalan keluar dari kamar pasien dengan hati-hati.

Dia berjalan di sepanjang koridor, setelah berjalan kedepan melewati lima kamar pasien lagi, dia akan tiba di kantor dokter.

Dibandingkan dengan kamar pasien yang ramai dan sempit, kantor dokter lebih luas dan lebih terang. Para dokter berjas putih duduk di tempat mereka masing-masing, ada yang sedang memeriksa beberapa laporan pasien, ada yang sedang menerima pertanyaan anggota keluarga pasien,Stefanie berjalan masuk ke dalam, akhirnya dia menemukan dokter kakaknya di sudut ruangan.

Dokter yang menangani kakaknya bermarga Fan, dia adalah pakar penyakit darah, dan sudah memiliki pengalaman yang banyak.

"Dokter Fan, apa kabar! Saya adalah adik Steven !"

Stefanie tidak yakin apakah sebelumnya Dr. Fan yang meneleponya untuk menanyakan tentang biaya operasi atau bukan.

"Oh, kebetulan kamu datang! Aku sudah mendengar soal biaya operasi dari departemen keuangan rumah sakit, kamu sudah melunasinya semua kan?" Dokter Fan sudah berusia paruh baya, tubuhnya sedikt gemuk, kelihatannya dia adalah dokter yang lembut.

“Iya, jadi kali ini saya datang ke sini untuk bertanya tentang operasi kakakku.” ketika bertemu dengan dokter Stefanie yang awalnya sudah gugup, semakin merasa gugup, dia bahkan hampir tidak bisa berbicara dengan lancar.

Masalah ini berkaitan dengan satu-satunya keluarganya, bagaimana mungkin dia tidak gugup?

"Mengenai tanggal operasinya, aku juga harus membahasnya dengan kalian sebagai anggota keluarganya! Dari laporan pemeriksaan kakakmu dan berbagai indikator utama menunjukkan jika operasi ini dilakukan lebih cepat maka hasilnya akan lebih baik! Jika operasi dimulai lebih cepat, maka akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berhasil, jika tidak, risiko kegagalannya akan sangat besar! "

Stefanie terus mengangguk, "Dari pihak kami tidak ada masalah, kapan dokter ingin operasinya dilakukan, tidak menjadi masalah, kami bisa bekerja sama!"

Meskipun waktu liburannya sudah tidak tersisa banyak, tapi jika kakaknya benar-benar harus menjalani operasi, maka dia sebagai adiknya, yang akan tetap menemaninya di luar ruang operasi, sampai saatnya, dia bisa pergi ke sekolah untuk meminta izin, masalah ini mudah diatasi.

"Begini saja, menurutmu bagaimana kalau selasa depan? Kebetulan selasa depan dokter dari departemen kami punya waktu untuk melakukan operasi, dan juga masih ada waktu beberapa hari, jadi anggota keluarga bisa banyak menemani pasien dan memberikan lebih banyak dukungan moril kepada pasien, jika tidak, pasien akan merasa takut saat di meja operasi, hal ini yang merupakan hal yang sangat tidak boleh terjadi! "Kata Dr. Fan dengan serius.

"Baik, dari segi waktu kami bisa bekerja sama dengan rumah sakit. Selain itu, apakah ada hal lain yang perlu perhatian secara khusus?" Stefanie bertanya dengan mendetail.

"Sebelum operasi tidak ada, tapi setelah operasi, aku akan mencari waktu untuk memberitahumu satu per satu. Sekarang operasi belum dilakukan, kondisinya belum bisa dipastikan, jadi aku tidak bisa bicara banyak denganmu! Singkatnya, pasien harus mempercayai rumah sakit kami, harus mempercayai kami para dokter profesional, dan harus bekerja sama dengan baik dalam menjalani perawatan! "

“Seberapa besar tingkat keberhasilan operasi seperti ini?” Stefanie akhirnya menanyakan pertanyaan yang paling dia khawatirkan dan paling takut untuk dia tanyakan.

"Dalam segala operasi pasti akan ada resiko tertentu. Dan resiko ini juga merupakan hal yang berusaha dihindari oleh kami para dokter. Tapi, kondisi pasien sering harus ditangani secara khusus, hal ini tidak dapat di sama ratakan, untuk sekarang operasi seperti ini masih memiliki resiko yang sangat tinggi, tetapi juga ada banyak kasus yang sukses! Tapi , jika tidak di operasi, hanya ada satu akhir, yaitu, menunggu kematian dengan perlahan-lahan, kalian boleh mempertimbangkannya dengan baik dulu baru buat keputusan! "

Setelah mengatakan hal ini Dokter Fan kembali berkata dengan perlahan-lahan, "Tapi, perawatan setelah operasi juga tidak boleh diabaikan. Aku sarankan jika kalian sebagai anggota keluarga memiliki waktu yang terbatas dan tidak dapat menjamin untuk merawat pasien di rumah sakit sepanjang hari, kamu bisa mempekerjakan perawat profesional. Yang paling penting setelah menjalani operasi adalah takut akan terjadi komplikasi, hal ini adalah hal yang harus diperhatikan setelah menjalani operasi. "

Stefanie tidak mempelajari kedokteran, jadi dia tidak begitu mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Dokter Fan. Ketika dia keluar dari kantor dokter, dia masih tidak tahu berapa tingkat keberhasilan dari operasi semacam ini. Tapi, itu tidak penting, karena dia hanya tahu satu hal, jika kakaknya tidak menjalani operasi, dia hanya dapat menunggu kematian, setidaknya dengan operasi, dia masih memiliki kesempatan untuk hidup.

Kakaknya adalah keluarga terdekatnya! Selama masih ada jalan, dia tidak bisa hanya diam dan melihat satu satunya keluarganya pergi meninggalkannya.

Rumah sakit penuh dengan bau desinfektan. Setelah keluar dari kantor dokter, dia merasa dadanya sesak, seperti ada batu besar yang menimpa dadanya. Tempat ini adalah tempat yang membuat orang merasa tertekan. Jika bisa, dia tidak mau masuk ke sini, apalagi membiarkan keluarganya masuk tempat ini.

Dia berlari ke taman di luar rumah sakit, dan duduk sendirian dalam waktu yang cukup lama.

Selama itu, dia memikirkan banyak hal, dia memikirkan banyak kejadian menarik ketika dia masih kecil, semuanya ada kejadian memalukan mereka sebagai kakak beradik, dia juga teringat saat orang tuanya meninggal, kakaknya memeluk dirinya yang menangis hingga kehabisan suara, saat itu dia masih sangat kecil, tapi diam-diam dia telah bersumpah, dia tidak akan kehilangan satu-satunya keluarganya lagi!

Hanya tak disangka, takdir tidak dapat diprediksi, ketidak beruntungan datang satu per satu menghampiri keluarganya.

Leukemia, adalah penyakit yang mengerikan, kenapa kakaknya yang sangat baik hati dan murah hati bisa mendapatkan penyakit seperti ini?

Bunga-bunga di taman bermekaran, tetapi dia malah merasa sangat sedih,dan sama sekali tidak mood untuk menikmati bunga yang sedang bermekaran di taman ini.

Setelah dia berdiam diri selama sekitar setengah jam, dia berdiri dan berjalan dengan perlahan ke bagian rawat inap rumah sakit.

Begitu dia berjalan melewati koridor kamar pasien tempat saudaranya berada, Stefanie mendengar suara tangisan dari di salah satu kamar pasien, langkah kakinya berhenti, dia tetap berdiri di tempat dan tidak bisa bergerak sama sekali.

"Putraku! Putraku, kamu masih sangat muda, kenapa kamu pergi bergitu saja? Bagaimana dengan aku ibumu yang sudah berusia 80 tahun ini? Menyuruhku yang sudah tua ini mengantarkan kepergianmu yang masih sangat muda!"

Suaranya terdengar seperti orang tua yang sedang menangis karena kehilangan.

"Ibu, ibu, kamu harus menjaga dirimu. Kakak sudah pergi. Bisakah kamu tidak menyiksa dirimu? Ibu, terimalah kematiannya!"

"Menerima kematiannya? Aku sudah hidup delapan puluh, dan aku akan segera masuk ke peti mati, tapi aku tidak rela, orang yang seharusnya mati, adalah aku, aku yang tua ini yang seharusnya mati, tidak seharusnya putraku yang menaggung semua ini! Putraku masih sangat muda, kenapa dia pergi begitu saja, dia bahkan meninggalkan cucuku yang masih di bawah umur, kelak siapa yang akan mengurus cucuku ini? "

Nenek tua itu menangis sambil berteriak, selain nenek itu ada seorang wanita paruh baya yang sedang terisak-isak, mungkin dia adalah istri almarhum.

Stefanie sangat ketakutan, adegan perpisahan atau tangisan ratapan hampir terjadi setiap hari di rumah sakit, para dokter dan perawat di rumah sakit sudah terbiasa dan tidak heran dengan hal itu, tapi sebagai anggota keluarga pasien, terutama anggota keluarga pasien yang juga menderita leukemia, Stefanie merasa tidak nyaman hingga hampir pingsan.

Jika suatu hari, yang meninggal adalah kakaknya, apa gunanya dia hidup sendirian di dunia ini?

Detik ini, dia merasa kematian benar-benar sangat dekat dengan dirinya!

"Kembalikan anakku, Tuhan, kembalikan anakku!"

Teriakan dan ritihan nenek tua itu, membuat orang yang mendengarnya merasa terharu. Siapa pun yang dihadapkan dengan kabar duka seperti ini pasti akan merasa tidak nyaman.

Tak lama, ada dokter dan perawat yang datang untuk membujuknya berhenti, bagaimana pun, ini bagian rawat inap rumah sakit. Jika anggota keluarga terus membuat keributan, akan mudah mempengaruhi suasana hati dan istirahat pasien lain.

Stefanie memanfaatkan situasi ini untuk menenangkan dirinya, lalu bergegas berjalan ke depan dan langsung kembali ke kamar pasien kakaknya.

Mungkin dikerenakan keributan di luar terlalu besar, kakaknya yang tadinya sedang beristirahat jadi terbangun. Raut wajah pasien lain dan anggota keluarga mereka yang berada di dalam kamar pasien juga terlihat tidak terlalu baik. Ada semacam perasaan tidak bersemangat yang kuat. Suasana di dalam kamar pasien, tidak lagi santai dan bahagia seperti sebelumnya, melainkan penuh dengan suasana yang menyesakkan.

Mungkin hampir setiap pasien menimbang-nimbang di dalam hatinya, bisakah dia selamat dari penyakit ini? Apakah dia akan menjadi orang yang mati selanjutnya?

Adapun anggota keluarga mereka, mungkin memiliki perasaan yang tidak baik juga, tidak ada yang ingin orang yang mereka cintai menjadi orang yang kurang beruntung itu.

“Stefanie, kamu tidak ketakutan kan?” melihat raut wajah adiknya yang juga terlihat sangat tidak baik Steven bertanya dengan cemas, tadi saat mendengar suara tangisan dari luar, dia merasa sangat khawatir.

Dia saja merasa tidak nyaman, apalagi adiknya yang paling mencintai dirinya?

“Tidak, aku baik-baik saja, kak!” Stefanie berpura-pura kuat, jelas-jelas dia merasa tidak nyaman, tetapi di depan kakaknya, dia harus berpura-pura terlihat santai dan baik-baik saja.

"Kamu benar-benar tidak apa-apa? Kalau tidak, kamu pulang saja, kakak, bisa sendiri! Bukankah disini masih ada dokter dan perawat?" Steven takut terjadi sesuatu yang akan menakuti adiknya lagi, dia sangat khawatir, dan ingin mengusir adiknya keluar dari rumah sakit.

"Aku tidak mau pergi, hari ini aku datang kesini karena ingin menemanimu! Kakak tenang saja, siapa adikmu ini, tangisan seperti itu, mana mungkin bisa menakutiku? Kamu terlalu meremehkan keberanianku! "Stefanie berusaha tersenyum.

Mendengar hal ini, Steven merasa sangat tidak nyaman dan tertekan. Jika bukan karena dia mengidap penyakit ini, saat ini dia dan adik perempuannya pasti sedang hidup dengan tenang dan bahagia.

“Maaf, Stefanie, semua salah tubuh kakakmu yang tidak sehat ini, aku sudah menyusahkanmu!” Dia merasa sangat bersalah dan cemas.

"Kakak, apa yang sedang kamu katakan? Semua manusia yang hidup di dunia ini, semuanya makan beras, mana ada orang yang tidak pernah sakit? Jangan mengatakan kakak menyusahkanku, kita adalah kakak beradik, antara kakak beradik untuk apa mempermasalahkan hal seperti ini, terlebih dulu kakak juga pernah meninggalkan pendidikan demi aku? Demi mendapatkan uang untuk uang sekolahku, kamu keluar untuk bekerja pagi-pagi sekali, memangnya setiap hari kamu tidak menderita dan kecapekan? Sekarang giliran aku yang menjagamu, kamu cukup istirahat saja! "

Steven juga tidak ingin sepesimis ini, tapi kadang-kadang, saat melihat wajah pasien lain yang lesu, dan tersiksa oleh penyakit hingga hampir gila, dia juga jadi ingin mundur, dan menjadi putus asa.

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu