Cinta Yang Tak Biasa - Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda

“Tidak mau, aku tidak mau di sofa! Di sini, adalah ruang kantormu!” Ciuman lembut membuatnya sekejap saja membuat nafasnya terengah, tapi sedikit kesadarannya masih bekerja dan mengeluarkan suara untuk melawan.

Tapi Darren Feng seakan tidak mendengarnya, ini memang adalah ruang kantornya, tidak salah, terus memangnya kenapa?

Namun, sofa panjang ini, digunakan untuk saat ini, terasa sedikit kesempitan, postur tubuhnya pada dasarnya tinggi besar, kepalanya saja sudah sedikit melewati ujung sofa, tapi kakinya masih bisa berpijak di lantai, dengan posisi seperti ini, terpikir juga soal kekuatan fisiknya.

Tetapi, ini sama sekali tidak membuatnya bingung.

“Tidak mau, tidak mau di sini!” Stefanie berpikir ini siang hari, di dalam ruang kantor, tempat yang begitu formalnya, melakukan hal yang seharusnya tidak diketahui orang, selalu merasa dalam hatinya ada sebuah benjolan, ini adalah sebuah rintangan yang tak dapat dilampaui.

Tapi di saat bersamaan, dikarenakan juga berada dalam suatu lingkungan yang baru yang begitu formal, membuatnya juga terus berperasaan tidak tenang dan tak menentu, seluruh keberadaan dirinya dalam keadaan yang tegang, lebih dominan mungkin perasaan khawatirnya.

Khawatir, tiba-tiba ada yang menyelonong masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.

Meskipun pintu ruangan kantor ini bisa dikunci dari dalam, begitu dikunci, orang dari luar sama sekali tidak bisa masuk.

Dia bahkan juga merasa khawatir, ini adalah teritori perusahaan, meski ini adalah eksklusif ruang kantor miliknya, tapi sulit dihindari tidak dipasang alat-alat semacam kamera mini, kalau semua yang tidak tertahankan, kemudian terekam oleh kamera, maka ke depannya apakah dia masih ada muka untuk melanjutkan berada di perusahaan ini?

Tapi sangat jelas, kekhawatiran dalam hatinya ini, bagi Darren Feng, semua ini sama sekali tidak bisa dikatakan sebagai sebuah masalah.

“Diam!” Di saat seperti ini, masih berteriak-teriak apa lagi, bukankah ini hal yang sangat mengecewakan? Darren Feng sangat tidak suka, dengan kasar dia menghentikan perlawanannya.

Dikarenakan pakaian yang dikenakan Stefanie adalah setelan pakaian formal untuk ke kantor, lagipula di sini tidak tersedia pakaian ganti apapun, jadi, meski perangai Darren Feng sedikit mudah emosi, gerak geriknya juga agak kasar, tapi dia tetap ada pertimbangan, tidak akan langsung sampai merobek kemeja dan roknya.

Tentu saja, kalau saat ini adalah di dalam villa di rumahnya, kondisi yang demikian serunya, tentu saja lain lagi ceritanya.

Ini pertama kalinya mereka di kantor melakukan hal yang butuh nyali besar, jadi, bagi Darren Feng ini merupakan pengalaman yang tidak sama, syarafnya sangat tegang, ada rasa senang yang tidak biasanya, pada umumnya dalam suasana kantor seperti ini, yang tercipta adalah perasaan tertekan, tapi ada kalanya, semakin menekan diri sendiri, sebaliknya semakin bisa merasakan kesenangan maksimal yang sama sekali tidak sama.

Waktu baru mulai, tubuh Stefanie sangat tegang, kaku luar biasa, setengah menitan tidak berani bergerak sama sekali, ini rasanya seperti dua orang yang diam-diam bersenang-senang di dalam suasana yang tabu.

Tidak tahu kapan, suara protes dari bibirnya, sudah sejak awal berubah menjadi suara tertekan, dia berusaha menggigit bibirnya kuat-kuat, bahkan di saat itu dia mengira dirinya dipukul sampai terjatuh dari atas sofa.

Untunglah sofa model begini, adalah sofa model kulit, di musim seperti sekarang ini, sekalipun berbaring telanjang di atasnya pun, tidak akan terasa dingin.

Hanya saja ukuran panjang dan lebar sofa, jelas-jelas tidak cukup, dia berbaring di atasnya, pas-pasan posisinya,seperti hampir mau jatuh, tapi sama sekali tidak bisa membalikkan badannya, begitu tidak hati-hati bisa terguling jatuh ke bawah.

Di saat ini, Darren Feng juga sedang mempertimbangkan apakah besok perlu mengganti sofa yang tidak berguna ini, misalnya mengganti dengan sofa kulit yang lebih panjang dan lebih lebar, lebih baik segera langsung memanggil tukang servis sofa untuk datang, dalam ruangan kantornya yang besar ini, di dalam ruangan istirahat bisa ditaruh sebuah ranjang besar yang nyaman, sekali-kali kalau mengantuk dan lelah, dia bisa membaringkan diri dan memejamkan mata sejenak, tentu saja yang utama adalah bisa leluasa dengannya melewati waktu yang spesial berdua.

Tetapi, pemikiran ini, hanya tiba-tiba saja melintas di kepalanya. Karena di depan matanya, bukanlah saat di mana dia bisa membagi konsentrasinya, dia masih ada urusan yang lebih penting, perlu perhatian khusus, yaitu baik-baik menyatakan sayang pada wanita yang sekarang ada di bawah tubuhnya ini.

Peristiwa menyenangkan ini membuat keduanya bermandikan keringat.

Stefanie bahkan karena kelelahan langsung merasa sangat mengantuk, dia yang mengantuk berat ini sekarang yang tidak bisa memikirkan masalah rasa malunya, juga tidak bisa mempertimbangkan nanti bagaimana bisa keluar dari ruangan kantor ini, bagaimana bersikap bisa kembali ke area tempat kerjanya sendiri? Seluruh masalah yang memusingkan ini, untuk sementara terkesampingkan bersamaan dengan rasa kantuknya.

Berbeda dengan Stefanie yang kelelahan, Darren Feng yang merasakan kepuasan, malah jelas terlihat begitu bersemangat.

Dia dengan setengah bertumpu di lantai beranjak berdiri, lalu mulai berencana merapikan dirinya sendiri, tapi seluruh tubuhnya penuh dengan keringat, bagaimana mengatasinya? Di dalam ruang kantornya yang luas ini, untunglah ada sebuah toilet kecil, bisa untuk sementara membersihkan diri di sana.

Di saat ini, dia lantas langsung teringat apa yang pernah dia pikirkan sebelumnya yaitu membuat sebuah ruangan beristirahat yang kecil di dalam ruangan kantornya yang luas ini, di saat ini ide ini begitu kuatnya, saking kuatnya membuat dia ingin segera menelepon dan langsung bergerak untuk mengaturnya.

Hanya saja, setelah dia merapikan dirinya, kembali berubah menjadi CEO Feng yang berpakaian rapi, tapi di sofa masih terbaring seorang wanita muda yang mengantuk lelah, kehabisan tenaga.

“Matilah!” Dia memaki, seraya melihat ke arah lantai berserakan pakaian wanita yang dilemparnya tadi, ada pakaian pakaian dalam, tentu ada juga pakaian luar, tapi sepertinya semuanya harus diganti.

Mark sedang istirahat siang, di saat ini tiba-tiba tanpa diduga datanglah telepon dari boss besar keluarganya, sangat mengejutkannya, semua yang sedang mengantukpun ikut lenyap.

“Pergilah ke mall terdekat, beli satu stel pakaian wanita, mengikuti bentuk dan ukuran tubuh Stefanie, termasuk pakaian dalam pun harus ada, dan juga paling baik adalah model setelan pakaian resmi untuk ke kantor! Dua puluh menit lagi harus sudah bisa dibeli dan sampai sini!” Waktu istirahat sudah tidak lama lagi usai, jadi, dia harus meminta Mark untuk berpacu dengan waktu.

Kalau tidak, begitu sampai waktu masuk kantor kembali, jika wanita ini keluar terlambat dari ruangannya, pastilah sangat beresiko bagi dirinya.

Bicara jujur, dia bukan murni ingin menakutinya, hanya merasa ketika dia marah, wajah kecilnya yang sudah dari asalnya imut, akan menjadi sangat tidak enak dipandang, seketika menjadi seperti lebih tua sepuluh tahun lebih, keriput di wajahnya semuanya nampak! Kalau dibandingkan, lebih baik waktu dia moodnya baik dan tertawa, paling cantik dan juga paling menyenangkan hati dan mata.

Mendengar perintah yang aneh ini, Mark tanpa sadar termenung dulu, setelah bereaksi segera menjawab, “:Baiklah. CEO Feng, aku sesegera mungkin pergi untuk mengurus hal ini!”

Setelah menunggu telepon ditutup, Mark tercengang.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu