Cinta Yang Tak Biasa - Bab 104 Senjata Di Tangannya
"Julia, ap amaksud ayahmu ini?" Dengan penuh tanda tanya, ibu Julie Ye pun berpaling menghadap kepada putrinya dan bertanya kepadanya.
"Bu, aku juga tidak tahu apa maksud perkataan ayah." Dengan wajah tersakiti, Julia Ye pun kemudian menghadap ke arah ayahnya dengan wajah memelas, :Yah, apa maksud perkataan ayah?"
"Lihatlah baik-baik!" Marco Liu tidak berkenan untuk banyak bicara, hingga kehabisan kata-kata, bisa-bisanya dia mempunyai anak seperti ini, sebagai ayah, dia merasa sangat gagal!
Ponselnya dibuangnya begitu saja ke atas sofa di sebelahnya.
Julia Ye berdiri tak bergeming, dengan curiga dia melihat ke arah ponsel itu, dia merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan, seolah ada sesuatu tentangnya yang tersimpan di dalam ponsel itu.
Dia tidak bergerak, tapi ibunya dengan tanggap mendekat ke sofa, dan dengan tangan gemetar dia memungut ponsel suaminya itu ke arahnya.
"Sayang, apa yang ada di dalam ponselmu ini?"
"Lihat-lihatlah sendiri video yang ada di dalam situ." Amarah Marco Liu meledak-ledak, sorot mata penuh amarahnya menyorot dengan tajam.
Julia Ye seketika terpaku, video? Pastinya buka video yang berhubungan dengannya bukan? Tapi, bagaimana bisa video itu sampai di ponsel ayahnya?
Demi mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, ibu Julia Ye tidak mengulur waktu lagi dan segera melihat-lihat video yang ada di ponsel suaminya, setelah memeriksa isi dari video itu, alhasil, memberinya suatu gambaran yang amat mencengangkan.
Julia Ye meilhat ibunya yang tadinya tampak biasa-biasa saja, tapi tiba-tiba terdengarlah suara aneh dari video itu, setelah didengar-dengar, suara aneh itu, sepertinya adalah suaranya sendiri ketika sedang memaki-maki.
Wajahnya memucat, karena dia sudah mendengarnya, suara marah-marahnya itu, adalah saat setelah dia mendapatkan surat bahwa dia dipecat, dia menuju ke bagian HRD, dan membuat keributan besar di kelompok magangnya.
"Ibu" Tanpa sadar, dia pun tiba-tiba merasa takut.
Selama ini, selama dia di rumah, di hadapan ayah ibunya, dia selalu berperilaku seperti seorang gadis baik-baik dan penurut, jangankan memaki-maki orang dengan perkataan yang begitu kejam, bahkan sepatah kata kotor pun tidak pernah dia ucapkan.
Sekarang setelah kedua orang tua melihat isi dari video itu, mereka terlihat sangat-sangat kecewa.
"Jangan panggil aku ibu! Aku hanya akan bertanya satu kali ini saja, Julia, apakah orang yang ada di dalam video ini, sungguh adalah kamu? Sungguh Julia ku yang selama ini ku raat dan ku besarkan?" Ibu Julia Ye tidak bisa mempercayai semua yang ada di depannya itu.
Putrinya yang biasanya selalu tampak berpendidikan itu, saat berada di luar, tiba-tiba berubah menjadi sesosok berandalan yang tidak ia kenali?
"Ibu, maafkan aku, saat itu otakku pasti bermasalah, jadi melakukan hal-hal seperti itu, tapi sekarang aku sudah menyesalinya, aku menyesal saat itu menjadi begitu agresif, aku juga terlalu marah, seketika kehilangan kendali akan diriku sendiri, barulah melakukan kesalahan seperti itu!" Dia segera menunduk dan mengakui kesalahannya, di hadapan fakta dan bukti keras ini, dia benar-benar tidak berdaya untuk menyangkal dirinya sendiri.
Sekarang ini, kedua orang tuanya, adalah harapan terakhir baginya.
Jika kedua orang tua nya juga kecewa kepadanya, maka, esok hari nya dia tidak akan lagi memiliki siapapun unuk bersandar.
"Maksudmu, ini sungguh kamu yang melakukannya, iya? Julia, mengapa kamu begitu bodoh? Ayah dan ibu mengajarimu bagaimana dari kecil? Buku beberapa tahun ini, juga percuma kamu baca, percuma kamu pelajari!" Ibu Julia Ye berkata dengan pedih.
Keluarga Liu juga hanya mempunyai seorang anak perempuan ini saja, anak semata wayang ini merupakan kesayangan kedua orang tuanya, secara alami mereka pun juga mengharapkan sesuatu yang istimewa dari Julia Liu, tapi sekarang, bukannya melakukan sesuatu yang bisa mereka banggakan, justru membuat mereka merasa begitu kecewa dan marah.
"Ibu, aku memang salah, aku sungguh tahu bahwa aku ini salah!" Julia Liu pun menundukan kepala sambil meremas tangannya.
"Sekarang kamu tahu, karena terbiasa memanjakannya, sekarang dia menjadi seperti ini kan? Di luar dia berulah, membuat keributan di kantor orang, lalu saat pulang, dia pun membohongi ayah ibunya, anak seperti ini, siapa yang akan mempercayainya nanti?" Sebagai kepala keluarga, tentunya Marco Liu lah yang paling bergengsi.
"Ayah, aku bukannya sengaja, saat itu aku begitu emosi, Stefanie itu, adalah yang memulai pertikaian denganku, dia juga tidak lebih baik dariku, tapi aku merasa tidak adil, tidak adil mengapa kantor hanya memecat aku seorang, mengapa dia juga tidak dipecat, saat adu mulut, bukan aku seorang yang ribut! Jadi, Stefanie ini tentunya juga punya pendukung yang kuat di perusahaan!"
Sampai sekarang ini, Julia Liu masih merasa tidak adil.
"Sekarang ini uruslah dirimu sendiri, jangan tunjuk orang lain! Kamu harus merenenungi dengan baik-baik kesalahanmu itu!" Marco Liu pun menceramahinya.
"Tapi, aku juga sangat dirugikan, bukankah kamu ayah kandungku? Mengapa kamu tidak berdiri di kubu yang sama denganku, dan mewakiliku, atau jangan-jangan, kalian juga merasa bahwa Stefanie benar, Stefanie tidak melakukan kesalahan apa pun?" Julia Liu merasa diujung tanduk, bahkan orang tuanya sekalipun bahkan seolah berpihak pada Stefanie.
Di dunia ini, siapa lagi yang akan berdiri dan melihat dari sudut pandangnya, membelanya?
Tidak ada, satu pun tidak ada.
Bahkan keluarganya pun tidak.
"Julia, yang dikatakan ayahmu itu benar, saat kalian berdua berkelahi itu, meskipun bukan kamu yang memulainya, pikirkanlah kata-kata yang kamu ucapkan saat itu, yang kamu sebut kata-kata marah, apakah itu adalh kata-kata yang diucapkan dengan mudahnya oleh anak rumahan baik-baik?" Sekarang bahkan ibu Julia Liu, setelah mendengar kata-kata tentang wanita bayaran, merasa wajahnya memerah dan panas, itu sungguh memalukan.
"Ayah, ibu, aku sudah bilang, kata-kata yang kuucapkan saat bertikai itu, itu semua habyalah kata-kata yang kuucapkan tanpa melewati otak, semuanya itu hanya gertakan belaka! Mengapa kalian terus menerus tidak melepaskannya?" Sebenarnya Julia Liu pun merasa, bahkan dia sendiri sepertinya tidak akan bisa mempertahankan keluarga ini.
"Luapan emosi belaka juga merupakan suatu kesalahan! Jika memang salah ya salah!" Ibu Julia Liu lahir dalam keluarga dengan pengajaran ketat di rumah. Konsep di tulangnya masih sangat tradisional dan konservatif.
"Mengapa sekarang yang kalian pikirkan, bukan lagi masalah tentang pemecatanku! Kalian ini ayah ibuku, saat ini bukankah seharusnya mencari koneksi, untuk melihat bagaimana menyelesaikan situasi ini? Bisa tidak membuat perusahaan membatalkan pemecatanku? Ini barulah masalah yang sesungguhnya!" Julia Liu bertanya secara geologis.
Marco Liu mengungkapkan kemarahannya yang sebenarnya kepada putrinya yang tidak tahu bagaimana harus bertobat dan sangat fasih berbicara.
Hanya terdengar suara "PLAK", tamparan tangan penuh amarah Marco Liu pun melayang.
Kemudian setelah suara tamparan yang jelas nan nyaring itu, terlihat bekas tamparan 5 jari tangan di wajah putih Julia Liu.
Wajah yang terasa panas membara, dan suara yang mengiang di telinga, tiba-tiba membuatnya tesadar, bahkan Julia Liu pun tidak memiliki kesempatan untuk menghindar, hanyalah sebuah tamparan keras, dan suara yang memekakan telinga, membuat pandangannya kabur, dan dia pun terhuyung lalu terjatuh.
Setelah sensasi tertamparnya, Julia Liu masih tertegun, dia yang seorang permata keluarga ini hingga sekarang, ini pertama kalinya ayahnya memukulnya, dan memukulnya dengan amat keras pula.
"Ayah menamparku? Karena masalah seperti itu, ayah menamparku?" Julia Liu yang tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini pun, secara natural merasa tidak bisa menerima hal yang menimpanya ini.
"Aku ini ayahmu, aku dan ibumu membesarkanmu sampai sekarang, kamu bukannya berusaha untuk menjadi pribadi yang baik, malahan belajar yang tidak baik di luar sana, aku tentu juga punya hak untuk mendisiplinkanmu! Aku memukul mu, lalu kenapa?" Bagi Marco Liu, meskipun dia kehilangan kendali dan menampar putrinya sendiri, dalam hati dia pun juga merasa menyesal, tapi sikap putrinya ini, sungguh membuatnya kehabisan kata-kata, rasa penyesalan yang timbul di hatinya pun, juga serentak lenyap begitu saja.
Sambil memegang wajahnya yang terasa sakit, Julia Liu pun meneteskan air mata.
Dia berusaha untuk tegar, dia merasa tidak adil di luar, dan ssat pulang ke rumah sekali pun, dia juga menemui hal yang menyebalkan, hatinya tidak bisa menerimanya begitu saja.
Meskipun ibu Julia Liu juga sangat menyayangi putri semata wayangnya itu, tapi, saat suaminya memberi pelajaran kepada putrinya, dia juga tidak berani memotong di tengahnya, menghindari kecurigaan akan memanjakan putrinya.
"Jika kamu tidak belajar untuk bicara baik-baik, lain kali aku tidak hanya akan menamparmu dengan tangan, aku akan memukulmu dengan tongkat!" Marco Liu begitu marah hingga dia memuntahkan kata-kata itu, "Kamu menangis, menangisi apa? Apa kamu masih punya muka untuk menangis di sini? Wajahku ayahmu ini, sudah kamu coreng, kamu pulang dan bahkan berbohong kepada ayah ibumu, apa kamu ini ornag? Kamu tidak mengatakan dengan jujur kepada kami, dan kamu dengan bodohnya menyuap orang, meminta pertolongan bicara baik-baik agar bisa dibantu dari dalam, sekarang video itu malah diberikan olehku dari orang luar."
Di depan putrinya, Marco Liu tidak takut mengungkapkan kebenarannya.
"Karena kebohonganmu, hal yang kamu tutupi, semua orang sekarang pasti membenciku, dan mereka pasti tidak akan mau lagi berhubungan denganku, aku pun kehilangan relasi setinggi itu! Jika kamu tahu, untuk mempertahankan sebuah relasi, itu sangatlah tidak mudah, tapi untuk menhancurkan hubungan yang dibangun dengan keringat dan darah itu, dengan mudahnya hanya membutuhkan waktu sekejap!"
Julia Liu mendengarkannya, dan akhirnya mengambil kesimpulan darinya.
Dengan air mata bercucuran dia pun berkata dengan terbata-bata, "Jadi, ayah sekarang ini begitu murka, hingga sampai menamparku, itu karena aku mempermalukan ayah, dan melukai martabatmu hingga kamu tidak bisa mendongakan kepala, ini adalah alasan marahmu yang sebenarnya, iya lan?"
Ternyata, di hati ayahnya, wajah dan nama, itu lebih penting daripadanya.
Keberadaannya sebagai putrinya ini, sebenarnya apa?
Marco Liu hanya berdeham, dan tidak mengatakan balasan apa pun.
Saat ini, Julia Liu menangis dan menutupi mulutnya, kemudian menuju ke pintu depan, dan berlari keluar.
Kecewa, sungguh sangat kecewa!
Di keluarga ini pun, sepertinya juga sudah tidak ada lagi tempat baginya untuk harus tinggal.
Dengan amarah yang menutup pandangannya, Julia Liu berlari sekencang-kencangnya. Saat ibu Julia Liu akhirnya merespon, dan akhirnya memutuskan untuk mencarinya, saat dikejar ke jalan,dia tidak melihat bayangan tubuh putrinya itu?
"Julia, Julia, kamu dimana? Jangan sampai kamu tidak bisa berpikir jernih!"
Tapi meskipun dia berteriak-teriak sekuat tenaga, putrinya itu tidak muncul.
"Julia, jangan menghilang seperti ini, jika tidak, bagaimana ibumu ini bisa terus hidup!" Kemudian, dia bersandar di sebuah tiang di pinggir jalan, matanya penuh dengan rasa kekhawatiran.
Saat Marco Liu mengejar keluar, dia hanya melihat istrinya yang bersandar pada sebuah tiang, dan menangis pilu tak henti.
Novel Terkait
Pernikahan Kontrak
JennyThe Great Guy
Vivi HuangBalas Dendam Malah Cinta
SweetiesSi Menantu Buta
DeddyMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiPredestined
CarlyCinta Yang Tak Biasa×
- Bab 1 Dream Paradise
- Bab 2 Menandatangani kontrak
- Bab 3 Turun tangan untuk membantu
- Bab 4 Pindah satu rumah
- Bab 5 Hamil dalam tiga bulan
- Bab 6 Mandi
- Bab 7 Sifat Bossy Tuan Muda Feng
- Bab 8 Supir pribadi
- Bab 9 Perpisahan hidup dan mati
- Bab 10 Kakak harus berjuang
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (1)
- Bab 11 Tabrak Dadanya, Apakah Kamu Datang Atau Tidak (2)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (1)
- Bab 12 Banyak Pengrendahan (2)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (1)
- Bab 13 Mysophobia Dari Tuan Muda Feng (2)
- Bab 14 Dompetnya Menderita (1)
- Bab 14 Dompetnya Menderita(2)
- Bab 15 Dasar Playboy (1)
- Bab 15 Dasar Playboy (2)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (1)
- Bab 16 Membawamu Menikmati Angin (2)
- Bab 17 Apakah Puas (1)
- Bab 17 Apakah Puas (2)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (1)
- Bab 18 Jual Beli Yang Menguntungkan (2)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (1)
- Bab 19 Berpura-pura Perhatian (2)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (1)
- Bab 20 Masih Belum Dibuang? (2)
- Bab 21 Mewujudkan Janji terhadapnya (1)
- Bab 21 Mewujudkan Janji Terhadapnya (2)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (1)
- Bab 22 Terlalu Palsu Dan Berpura-pura (2)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (1)
- Bab 23 Gosip Dimana-mana (2)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (1)
- Bab 24 Menjadi Simpanan Orang Kaya (2)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (1)
- Bab 25 Dihajar Mati-matian (2)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (1)
- Bab 26 Bagaimana kamu bisa terluka (2)
- Bab 27 Jangan Lupa (1)
- Bab 27 Jangan Lupa (2)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (1)
- Bab 28 Ini adalah perhatian padanya (2)
- Bab 29 Skandal (1)
- Bab 29 Skandal (2)
- Bab 30 Sungguh sialan (1)
- Bab 30 Sungguh sialan (2)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (1)
- Bab 31 Melanggar Prinsip (2)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (1)
- Bab 32 Aku akan menunggu di sini (2)
- Bab 33 Introspeksi Diri (1)
- Bab 33 Introspeksi Diri (2)
- Bab 34 Saling Menemani (1)
- Bab 34 Saling Menemani (2)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (1)
- Bab 35 Hadiah di pagi hari (2)
- Bab 36 Hukuman dikeluarkan dari sekolah (1)
- Bab 36 Hukuman di keluarkan dari sekolah (2)
- Bab 37 Apakah puas dengan hukuman yang diberikan (1)
- Bab 37 Apakah kamu puas dengan hukuman ini (2)
- Bab 38 Melakukan apa pun demi wanita yang disukai (1)
- Bab 38 Melakukan apapun demi wanita yang disukai (2)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (1)
- Bab 39 Hanyalah kesepakatan (2)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (1)
- Bab 40 Dia rendah dan hina (2)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (1)
- Bab 41 Menghabiskan Uang Seperti Air Yang Mengalir (2)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (1)
- Bab 42 Takut Kepada Aku Ya (2)
- Bab 43 Iblis Kecil (1)
- Bab 43 Iblis Kecil (2)
- Bab 44 Olahraga Pagi (1)
- Bab 44 Olahraga Pagi (2)
- Bab 45 Kejutan Besar (1)
- Bab 45 Kejutan Besar (2)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (1)
- Bab 46 Kamu Sangat Kejam (2)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (1)
- Bab 47 Ketika bertemu lagi, akan menjadi orang asing (2)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (1)
- Bab 48 Darah Lebih Kental Dari Air (2)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (1)
- Bab 49 Resiko Terlalu Besar (2)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (1)
- Bab 50 Membuat Pengecualian (2)
- Bab 51 Kejutan Ganda
- Bab 52 Ucapan Jujur Saat Mabuk
- Bab 53 Keberanian Setinggi Langit
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (1)
- Bab 54 Sup Penghilang Mabuk (2)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (1)
- Bab 55 Makan Siang Cinta (2)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (1)
- Bab 56 Tidak Bisa Jika Tidak Membuat Janji (2)
- Bab 57 Bajingan (1)
- Bab 57 Bajingan (2)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (1)
- Bab 58 Diam-diam Menjodohkan Diri Kepadanya (2)
- Bab 59 Cemburu (1)
- Bab 59 Cemburu (2)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (1)
- Bab 60 Pergi Lebih Awal (2)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (1)
- Bab 61 Tidak ada Perpisahan (2)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (1)
- Bab 62 Bertemu Dengan Clayton Gu (2)
- Bab 63 Pria Itu (1)
- Bab 63 Pria Itu (2)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (1)
- Bab 64 Pemegang Saham yang Misterius (2)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (1)
- Bab 65 Presdir Baru yang Misterius (2)
- Bab 66 Ternyata dia (1)
- Bab 66 Ternyata dia (2)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (1)
- Bab 67 Tempat parkir bawah tanah (2)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (1)
- Bab 68 Villa yang baru dibeli (2)
- Bab 69 Balas dendam (1)
- Bab 69 Balas dendam (2)
- Bab 70 Berbagai macam siksaan
- Bab 71 Dimulai dari perhatiannya
- Bab 72 Pindah dan tinggal bersama
- Bab 73 Perhatian dari Clayton Gu
- Bab 74 Identitasnya turun
- Bab 75 Kamu tidur saja
- Bab 76 Dia Ingin Menghindari Kecurigaan
- Bab 77 Kegugupan Tuan Gu
- Bab 78 Semuanya Terungkap
- Bab 79 Perantau Pinggiran Kota
- Bab 80 Adaptasi
- Bab 81 Ragu
- Bab 82 Tidak Punya Pacar
- Bab 83 Pengingat Niat Baik
- Bab 84 Secara Sembunyi-Sembunyi
- Bab 85 Pesanan Makanan Tanpa Nama
- Bab 86 Fisik penjahat
- Bab 87 Aliran binatang buas
- Bab 88 Perjalanan belanja yang canggung
- Bab 89 Mendekati sang pria kaya
- Bab 90 Adil dan tegas
- Bab 91 Perang Dingin dalam Legenda
- Bab 92 Membuli Kekasihnya
- Bab 93 Hukuman Diusir
- Bab 94 Agresif
- Bab 95 Pasti Ada Urusan Pribadi
- Bab 96 Memohon dengan rendah hati
- Bab 97 Langsung membentak di depan semua orang
- Bab 98 Kehendak Presdir
- Bab 99 Kenyataan yang memang ada
- Bab 100 Mendapat satu tamparan
- Bab 101 Melarikan Diri
- Bab 102 Mabuk Minum
- Bab 103 Kamu Pantas Mati
- Bab 104 Senjata Di Tangannya
- Bab 105 Dalam Hati Menginginkan Balas Dendam
- Bab 106 Orang Jahat
- Bab 107 Dia Tidak Membohongimu
- Bab 108 Satu Permintaan
- Bab 109 Terlalu Banyak Yang Mendukungnya
- Bab 110 Kemunculuan Yang Disengaja
- Bab 111 Serangan Yang Spontan
- Bab 112 Keberadaan seseorang yang istimewa
- Bab 113 Terus Tenggelam
- Bab 114 Bermaksud Menarik Perhatian Orang
- Bab 115 Terlahir Kembali
- Bab 116 Hadiah Ulang Tahun
- Bab 117 Membuat Orang Lain Kagum
- Bab 118 Kesalahan Besar
- Bab 119 Gantikan Aku
- Bab 120 Bukan Rasa Sakit yang Biasa
- Bab 121 Hadiah ulang tahun
- Bab 122 Membuatnya lebih emosi
- Bab 123 Mengejeknya dari belakang
- Bab 124 Rupanya kamu masih punya hati
- Bab 125 Wanita Jahat
- Bab 126 Jangan Berpura-pura
- Bab 127 Hubungan Pertemanan Yang Putus
- Bab 128 Mereka Pasti Sengaja
- Bab 129 Setelah Bersenang-senang
- Bab 130 Kesepakatan Baru Antara Keduanya
- Bab 131 Tidak Akan Melepaskan Dia Pergi
- Bab 132 Kebohongan Besar
- Bab 133 Tidak Menepati Janjinya
- Bab 134 Penderitaan Yang Tidak Terucapkan
- Bab 135 Apa Yang Sebenarnya Kamu Inginkan
- Bab 136 Mencekik Mati
- Bab 137 Bertemu Dengan Kesulitan
- Bab 138 Tindakan Melawan
- Bab 139 Orang Pintar Yang Berhati Sensitif
- Bab 140 Misi Foto Diam-Diam
- Bab 141 Gadis Favorit
- Bab 142 Cinta Segitiga
- Bab 143 Dukungan
- Bab 144 Rahasia yang Terungkap
- Bab 145 Tidak Mungkin
- Bab 146 Aku Tidak Masalah
- Bab 147 Pil Putih
- Bab 148 Pergi Dengan Marah
- Bab 149 Pengakuan Berani Lagi
- Bab 150 Penolakan Lagi
- Bab 151 Menghilang Dari Peredaran
- Bab 152 Sudah Masuk Jauh Di dalam
- Bab 153 Gossip
- Bab 154 Pelacur Yang Licik
- Bab 155 Membalikkan Muka Tanpa Perasaan
- Bab 156 di.....
- Bab 157 Kekacauan
- Bab 158 Pukulan yang berat
- Bab 159 Patah Hati
- Bab 160 Merasa Tidak baik
- Bab 161 Munafik
- Bab 162 Seperti Boneka
- Bab 163 Dampak Buruk
- Bab 164 Tidak Perlu Mengkhawatirkan Aku
- Bab 165 Ternyata Hanya Pura-pura
- Bab 166 Sikap tegas
- Bab 167 Harus ditangani dengan serius
- Bab 168 Surat pemberhentian
- Bab 169 Pemberhentian
- Bab 170 Resiko ditanggung sendiri
- Bab 171 Sebuah bom besar
- Bab 172 Tekanan dan Bahaya
- Bab 173 Orangnya sedang berada di rumah sakit
- Bab 174 Apakah dia yang melakukannya
- Bab 175 Meminta keadilan
- Bab 176 Menerima Pelecehan Parah
- Bab 177 Cobalah Untuk Menerimaku
- Bab 178 Rahasianya
- Bab 179 Mencuri Dengar Di Balik Pintu
- Bab 180 Membantu Meminjam Uang
- Bab 181 Kakek Yang Displin
- Bab 182 Membantu Dengan Royal
- Bab 183 Mengumpulkan Semua Uang
- Bab 184 Merobek Surat Kontrak
- Bab 185 Menjadi Musuh Umum
- Bab 186 Apakah Sakit?
- Bab 187 Apakah Sudah Hamil?
- Bab 188 Rumah Sakit
- Bab 189 Selamat Hamil
- Bab 190 Orang Lain Tidak Dapat Mewakili Kamu
- Bab 191 Tuan Rumah Laki-laki
- Bab 192 Apakah Ini Hidup Bersama?
- Bab 193 Perselisihan Sengit
- Bab 194 Menjadi Houseman
- Bab 195Suka Sini
- Bab 196 Takut dia kecapekan
- Bab 197 Tidak perlu permohonan maafmu
- Bab 198 Tenanglah dulu
- Bab 199 Anak Cucu tidak berbakti
- Bab 200 Akankah patriarki
- Bab 201 Telah memaafkannya
- Bab 202 Tindakan seseorang
- Bab 203 Hanya kamu
- Bab 204 Menjaganya dengan lemah lembut
- Bab 205 Membeli tiket
- Bab 206 Lelah setengah mati
- Bab 207 Canggung
- Bab 208 Tetap saja berhutang
- Bab 209 Terjerat dengannya
- Bab 210 Bagaimana mungkin akan menikahinya
- Bab 211 Tidak mengharapkan yang banyak
- Bab 212 Ikut aku pergi
- Bab 213 Langsung pergi mendaftar
- Bab 214 Lamaran yang tidak romantis
- Bab 215 Akhir cerita