Cinta Yang Tak Biasa - Bab 59 Cemburu (1)

Di saat yang bersamaan, jika dibandingkan dengan keramaian di dalam ruangan sekretaris, Stefanie yang berada di ruangan Darren Feng pun sedikit cemas.

"Apakah semua sekretarismu adalah perempuan?"

Sekretaris yang baru saja masuk terlihat sangat cantik hingga bisa membutakan mata Stefanie.

Bukan hanya lekuk tubuhnya yang ramping, dan setelan jas yang dikenakannya pun membuatnya terlihat sangat bermartabat dan sopan. Wajah sekretaris tersebut juga sangat cantik. Benar-benar seorang wanita cantik.

Darren Feng tertegun dan menjawab, "kenapa? Kamu memiliki masalah dengan itu?

Sekretaris dia memang semuanya merupakan sekretaris perempuan yang sangat cantik. Tentu saja selain Mark yang merupakan laki-laki menjabat sebagai asisten pribadinya.

"Bagaimana mungkin aku berani memiliki masalah dengan urusanmu? Memang benar semua pria suka melihat wanita cantik. Bahkan sekretarisnya pun harus sekretaris yang cantik. Dengan begitu, jika sedang bekerja, suasana hatimu pasti sangat bahagia. Tentu saja juga begitu perhatian, hingga kopi pun sudah dibawakan untukmu." Entah kenapa dia merasa sedikit tidak senang.

Seharunya dia tidak datang, begitu banyak sekretaris yang cantik di perusahaan ini, apakah dia masih bisa kelaparan karena tidak ada makanan untuk makan siang?

Dia tidak perlu berbicara, bahkan tanpa perlu memerintahnya pun, mereka pasti akan dengan senang hati membawakannya makan siang!

Entah berasal darimana hatinya muncul suatu perasaan cemburu, rasa cemburu ini muncull dengan tiba-tiba, membuat emosinya menjadi kacau.

"Mengapa aku merasakan adanya kecemburuan di dalam perkataanmu ini?" Darren Feng tersenyum ke arah dia. Siapa yang menyangka, tiba-tiba dia beranjak dan berjalan jauh.

"Jika tidak ada urusan lain, aku akan pulang terlebih dahulu!" Lalu tanpa melihat ke arah Darren Feng, Stefanie pun buru-buru berlari ke arah pintu ruangan.

Darren Feng terlambat selangkah ketika ingin menahan dia, wanita bodoh itu saking bodohnya sudah berlari keluar terlebih dahulu.

Sebenarnya dia ingin menghampiri dia dan menjahilinya. Tetapi tidak menyangka reaksi dia akan begitu besar.

"Wanita ini benar-benar merepotkan!" Dia menghela nafas dan berjalan kembali ke arah mejanya. Tetapi dia membalikkan badannya dan menatap ke arah jendela.

Melalui jendela ini, dia dapat dengan jelas melihat pintu keluar perusahaan, termasuk tempat parkir.

Stefanie berlari keluar dari ruangan Darren Feng dengan cemas, takut dia akan mengejarnya, dan berlari langsung ke lift khusus, hingga masuk ke dalam lift, dia dengan terengah-engah menopang pada lift dan melihat cerminan dirinya yang begitu mengenaskan. Seketika emosinya menjadi kacau.

"Stefanie, apakah kamu tidak sadar diri dengan dirimu? Kamu lihatlah dengan jelas! Apakah kamu masih tidak mengetahui posisimu dengan jelas? Jelas-jelas kamu hanya alat yang digunakan untuk mendapatkan keturunan, begitu anak itu lahir, kamu harus menghilang dari kehidupan dia!"

Mengapa dirinya begitu mengenaskan, begitu menyedihkan? Jangan-jangan dia memang sudah memiliki perasaan lain terhadapnya?

Tetapi dirinya sudah akan meninggalkan tempat ini, dia sudah mau pergi ke Kota B untuk memulai kehidupan baru, kehidupan lain yang tidak ada keberadaan dia di dalamnya.

Untung saja lift khusus ini tidak perlu berhenti pada setiap lantai, jjka tidak, keadaan dia seperti sekarang ini terlihat seperti orang gila!

Jam yang dijanjikan dengan supir hanyalah setengah jam, sepertinya sudah lebih dari satu jam.

Tetapi supirnya sangat baik, meskipun jamnya sudah lewat, dia tetap menunggunya di tempat parkiran.

Begitu Stefanie sampai di lantai dasar dan keluar dari lift, emosi dia sudah kembali tenang dan bisa berjalan keluar dari gedung seperti biasanya.

"Nona Stefanie, di sini!" Sang supir meihat dia pun bergegas menurunkan jendela dan melambaikan tangan ke arah dia.

Darren Feng yang berada di ketinggian pun menghela nafas lega setelah melihat pemandangan di bawahnya ini.

Begitu menolehkan kepalanya, dia melihat termos yang berada di atas meja. Bahkan saat wanita itu pergi pun, dia lupa membawanya. Dia menggelengkan kepala dengan tidak berdaya, apakah dirinya yang sudah terlalu memanjakan wanita bodoh ini?

"Nona Stefanie, apakah sekarang kita langsung kembali ke villa?" Sang supir begitu melihat ekspresi tidak senang Stefanie pun tidak berani untuk memulai pembicaraan, hanya berani bertanya saja.

"Pergi ke rumah sakit terlebih dahulu!" Untuk saat ini, dia tidak ingin kembali ke villa, lagipula di sana juga bukan rumahnya. Hanya rumah milik dia, sedangkan dirinya hanya tinggal di sana selama beberapa saat saja.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu