Wahai Hati - Bab 112 Pria Besar muncul
Sebenarnya pemikiranku tidak picik, ada beberapa hal yang dapat aku terima. Bahkan jika beberapa orang menyakitiku, aku dapat memilih untuk mengalah. Tetapi Ruben, aku tidak dapat memaafkannya dengan mudah. Bahkan bila dia disiksa olehku, bila dia memohon belas kasihan, bila dia berlutut dan meminta maaf, aku tetap tak akan memaafkannya, hanya karena, aku terlalu dan sungguh sangat membencinya . Dia tak hanya membuat Marie Hu putus denganku, dia juga membuat kami berdua menjadi musuh, sebenarnya hal ini saja sudah cukup untuk membuatku membencinya. Dia berbahaya, kelihatan acuh tak acuh, dan sangat sombong, menyebabkan reputasiku dan Olive hancur. Cara-caranya membuatku terlalu diremehkan, sehingga aku jelas tidak bisa memaafkannya.
Ruben, demi bertahan hidup dia telah melakukan hal yang paling mustahil dilakukannya dalam hidupnya, yaitu berlutut dan meminta maaf padaku. Dia pikir bila dia telah melakukannya, semuanya akan berakhir. Namun, dia tak pernah membayangkan bila aku tak akan pernah memaafkannya, hal ini membuat Ruben menggila. Dia terbaring di tanah dan mengeliat dengan sekuat tenaga, tetapi karena dia terlalu lemah, dia tidak mampu bangun, dia hanya dapat menggunakannya kekuatannya untuk meneriakiku: "Chandra, bila aku menjadi hantu, aku tidak akan membiarkanmu pergi!"
Kata-kata Ruben sangat jelas, dia tak peduli lagi dengan hidup dan matinya. Bahkan jika dia mati, dia mau berubah menjadi hantu untuk membalas dendam padaku, dia benar-benar ingin membunuhku untuk melampiaskan amarahnya. Sangat disayangkankan dia tak memiliki energi lagi, dia kehilangan terlalu banyak darah dan menderita sayatan dan tusukan yang sangat banyak, sebenarnya dia bahkan sudah tak mampu untuk berteriak, teriakannya barusan telah menguras semua energinya dan membuat luka-lukanya semakin sakit dan mengucurkan darah. Nyawanya sudah hampir melayang, tetapi dia tidak peduli, dia hanya ingin melahap diriku.
Aku dapat merasakan kebencian Ruben kepadaku, dan jelas aku mengetahui bila aku melepaskan seekor harimau ke gunung hanya akan membahayakan di masa depan. Jadi selama dia tidak mati, dia pasti akan membalaskan dendamnya padaku di masa depan, sehingga aku mengambil jalan keluar untuk membasmi hingga akarnya.
Memikirkan hal ini, aku segera bertanya pada Fetrin yang berada di sampingku, “Apakah aku boleh membunuhnya?"
Fetrin semula memandang semua ini dengan sikap acuh tak acuh, tetapi begitu mendengarkan aku mengatakan pertanyaan ini, ekspresinya menjadi sangat serius, dia memikirkannya, kemudian menatap aku, lalu dengan perlahan berkata: "Sebaiknya tidak, latar belakangnya bukan orang biasa, jika dia mati di tangan kita, hal tersebut akan menjadi masalah besar! "
Mendengar kata-kata Fetrin, tubuhku langsung terasa seperti bola kempes, tertunduk dan kesal karena tekad yang baru saja kukumpulkan langsung runtuh. Aku tidak boleh membunuh Ruben!
Aku mengetahui bila Fetrin bukan orang yang penakut, ketika dia membunuh Michael Li, dia bahkan tidak mengedipkan matanya, menunjukkan bila Fetrin dapat membunuh orang tanpa perasaan sama sekali. Tapi dalam kasus Ruben ini, karena Fetrin mengatakan bila tidak boleh membunuhnya, maka dia tidak boleh membunuh. Tak peduli bagaimanapun aku ingin membunuhnya, aku harus memikirkan konsekuensinya di masa akan datang. Aku tidak boleh menimbulkan masalah besar karena kebahagiaanku yang sesaat.
Setelah merenung untuk waktu yang lama, keputusan terakhir, aku berkata kepada Fetrin: "Kalau begitu hilangkan kemampuan bela dirinya!"
Penodaan hanyalah awal dari penyiksaan Ruben, lalu menghilangkan kemampuan bela dirinya dapat menghancurkan mentalnya. Hal yang paling dibanggakannya adalah kemampuan bela dirinya, dia mengandalkan kekuatannya sendiri untuk membuat dirinya menjadi yang terbaik di dunia ini. Karena aku tidak boleh membunuhnya, maka aku akan meniupnya menjadi seperti debu sepenuhnya, biarkan dia mendambakan apa yang tak mungkin dimilikinya, lalu melihat bagaimana dia masih memandang rendah diriku di masa depan.
Fetrin mendengarkanku dan mengangguk-angguk tanpa ekspresi. Kemudian, dia melangkah maju menuju Ruben. Saat Ruben dipenuhi kemarahan dan kepanikan, Fetrin langsung menggunakan kemampuannya, tangannya melakukan beberapa gerakan pada tubuh Ruben.
Aku tidak memahami apa yang dilakukan tangan Fetrin. Aku merasa dia sepertinya melakukan totokan pada Ruben seperti seorang dokter ahli pengobatan Tiongkok kuno. Namun, gerakan sederhananya itu menyobek-nyobek hati Ruben. Wajahnya yang bersimbah darah semuanya berubah, ekspresi menyakitkan yang membuatnya kelihatan tidak nyaman dibanding aku menikamnya dengan belati. Dia tidak mampu berteriak, tetapi masih bisa meringis melalui tenggorokannya, dia disiksa hanya dengan sekali tarikan nafas.
Setelah Fetrin selesai dengan Ruben, dia tak lupa mengancamnya: "Ruben, lebih baik kamu tak berpikir untuk membalas dendam, atau kamu harus mati!"
Setelah berbicara, Fetrin langsung pergi, saat dia melintasi aku, dia berkata, "Gunakan ponsel Ruben untuk memanggil ambulans."
Aku tahu apa maksud Fetrin. Ruben telah mengeluarkan terlalu banyak darah sekarang. Jika tidak menanganinya tepat waktu, dia pasti akan segera mati. Untuk menghindari dia mati di sini, aku pun melakukan apa yang dikatakan Fetrin, kemudian aku mengikuti Fetrin pergi bersamanya, meninggalkan Ruben sendirian di hutan liar.
Satu jam kemudian, Ruben dikirim ke rumah sakit utama di kota. Marie Hu telah menerima berita sebelum ambulans tiba di rumah sakit. Saat dia melihat tubuh dan wajah Ruben yang berlumuran darah, dia sepenuhnya menjadi bodoh, air matanya berlinang, ekspresinya memelas dan seluruh hatinya hancur. Dia bergumam acuh tak acuh: "Kenapa, kenapa bisa begini?"
Marie Hu tampaknya telah kehilangan akalnya. Dia tak dapat mempercayai fakta ini, dia tak berani melihat Ruben lagi, jadi dia membiarkan staf medis mendorong Ruben ke ruang operasi, lalu dia berdiri seperti patung di tempat semula, tak bergerak sama sekali.
Sejak saat ini, perasaan Marie Hu telah padam sepenuhnya, aku merupakan iblis yang kejam di matanya, dia tidak pernah membayangkan sedikitpun tentang diriku lagi, dia membenci aku!
Mulai hari ini, aku tidak memikirkan Marie Hu lagi, aku acuh tak acuh terhadap semuanya, aku hidup seperti robot, tanpa emosi atau perasaan. Semula aku berpikir bila setelah melakukan balas dendam, aku dapat memulai hidup baru lagi dan aku dapat mengangkat kepala dan tersenyum dengan bangga, namun pada kenyataannya, aku tak memiliki perubahaan emosional, aku mengabaikan segalanya.
Gosip di sekolah simpang siur. Aku tak tahu apakah itu karena Fetrin memberi aura yang menakutkan bagi para siswa, atau karena berita balas dendamku pada Ruben telah bocor. Pada akhirnya, tidak ada seorang pun di sekolah yang berani membicarakan aku, setidaknya, tidak ada yang berani menyindirku di hadapanku, aku benar-benar memperoleh ketenangan, tetapi aku tidak bahagia karena hal tersebut, aku selalu merasa bila hatiku telah hampa dan tak dapat diisi dengan apapun. Hidupku kehilangan warnanya dan menjadi selembar kertas putih bersih. Mungkin ini merupakan perasaan yang hancur karena patah hati!
Di pagi hari seminggu kemudian, semua anggota keluarga Cai berkumpul di ruang perawatan Ruben.
Setelah penyelamatan dan pemulihan tepat waktu selama seminggu lagi, Ruben sekarang dalam kondisi jauh lebih baik, dia sudah bisa bangun sendiri dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan. Namun, walaupun tubuhnya telah pulih, tetapi hatinya belum bisa pulih. Selama ini, dalam kehidupan Ruben nampaknya lebih baik mati daripada hidup. Selain kebenciannya padaku, hatinya tidak bisa memikirkan apa pun, bahkan dia tak memedulikan lagi perasaannya kepada Marie Hu. Baginya, balas dendam lebih penting daripada cinta. Dia telah hanyut oleh kebencian. Satu-satunya tekad bagi dia untuk tetap hidup adalah balas dendam!
Karena dia sangat ingin membalas dendam, tubuh Ruben baru saja pulih dan dia meminta untuk dipulangkan. Seluruh kepalanya masih terbungkus kain kasa tebal saat ini, hanya memperlihatkan kedua bola matanya, tetapi dia tak peduli, dia langsung berjalan menuju cermin, membuka kain kasa itu seorang diri.
Saat keluarga Cai melihatnya, mereka segera membujuknya. Para dokter yang hadir juga mencegahnya, mereka mengatakan bila dilihat dari sudut pandang profesional, bekas luka di wajahnya masih belum pulih. Dia harus terus menggunakan obat, dan dia tidak boleh melepas kain kasa terlalu cepat.
Hanya saja Ruben tidak mau mendengarkan sama sekali. Tidak peduli siapa yang menyarankan, dia tidak akan mendengarkannya. Dia langsung membuka semua kasa yang menutupi kepalanya. Ketika seluruh wajahnya muncul, Ruben terjatuh dan tertegun. Melihat wajah pria di dalam cermin baik manusia ataupun hantu, bukan keduanya. Melihat bekas luka jelek di wajahnya yang tampan, rasa sakit dan kemarahan di hatinya meletus seperti gunung berapi, dengan tiba-tiba dia melayangkan tangan kanannya dan meninju cermin dengan sekali pukulan. Pada saat yang sama, dia meraung di kamar perawatan yang sunyi: "Chandra, aku akan membalasmu!"
Semua orang yang berada di dalam ruangan itu dikagetkan oleh suara raungan, mereka semua tergopoh-gopoh melihat Ruben yang menggila, dan hati mereka menjadi sedih!
Sore hari di hari yang sama, di bandara kota, di sebuah landasan pacu khusus yang kosong, seseorang berdiri diam di ujung landasan, tak bergerak sama sekali!
Angin berhembus, pria ini nampak berdiri di ujung angin, tapi kelihatan membeku. Tubuhnya benar-benar membatu, hanya rambut pendek menari dengan lembut tertiup angin. Posturnya tegap, jasnya sangat bergaya. Namun, wajahnya tidak selaras dengan pakaiannya, dia mengenakan topeng badut yang sangat menyilaukan. Hal ini membuatnya tidak terlihat anggun lagi, melainkan mengerikan dan konyol.
Orang ini adalah Ruben yang baru saja keluar dari rumah sakit, dia sudah berdiri di sini selama satu jam lebih. Selama itu, dia belum bergerak, seperti pohon yang berdiri tertiup angin. Tentu saja, dia bukan berdiri untuk melihat pemandangan di sini, dia sedang menunggu seseorang, dan seluruh landasan pacu bandara yang besar ini hanya ada dia seorang. Meskipun landasan ini tidak begitu besar, namun dapat dilihat dari kenyataan bahwa dia belum berani bergerak setelah menunggu begitu lama. Orang yang dinantikannya itu pastilah seseorang yang sangat penting.
Selain itu, landasan pacu khusus ini bukan disediakan untuk umum. Hanya pesawat khusus yang bisa masuk di sini, tentu jelas identitas orang yang bisa naik pesawat khusus bukan orang biasa. Pada saat ini, Ruben menunggu dengan sangat hormat dan respek, dia adalah pria besar yang bahkan Fetrin dan Chris juga takut padanya. Pria besar misterius ini akan tiba di kota ini sore ini!
Awalnya dia berencana tiba pada jam dua siang, tapi sekarang, sudah jam tiga lewat limabelas menit, pesawatnya belum juga tiba. Ruben telah menunggu dan tetap siap, dia belum melihat pria besar itu datang. Namun, walaupun dia harus menunggu untuk waktu yang lama, Ruben tidak akan berani mengeluh sedikitpun, bahkan dia tidak berani menelepon untuk menanyakan alasan keterlambatannya. Dia hanya menunggu dengan begitu patuh, sampai tubuhnya kaku, dan dia masih menunggu tanpa bergerak sama sekali!
Pada jam empat sore, sebuah pesawat khusus yang terbang dari Beijing mendarat perlahan di landasan pacu bandara, pada saat yang sama, itu juga jatuh ke mata Ruben.
Begitu Ruben melihat pesawat itu, jantungnya melonjak, matanya segera memerah, seluruh luapan kegembiraannya tercermin di matanya, tampaknya dia memiliki aliran dan lonjakan semangat di matanya, Ketika pesawat itu berhenti, Ruben segera berjalan menuju ke pintu kabin pesawat, dia berdiri dan mengangguk!
Kemudian, pintu kabin terbuka, tangga diturunkan, di bawah sambutan kehormatan dari Ruben, seorang pria berjaket militer perlahan berjalan turun dari pesawat...
Novel Terkait
Adieu
Shi QiIstri Yang Sombong
JessicaPejuang Hati
Marry SuHabis Cerai Nikah Lagi
GibranEverything i know about love
Shinta CharityUnperfect Wedding
Agnes YuMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)