Wahai Hati - Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
Ruben, tidak perlu tahu namanya, hanya mendengar bermarga Cai, aku sudah merasa sangat buruk, ini adalah rasa penolakan yang keluar dari dalam diri, terutama orang ini memiliki fitur wajah yang tampan, tubuh yang proporsional, kharisma yang luar biasa, elegan, dan pembawaan tenang layaknya seorang pria dewasa, jelas-jelas seorang pria muda, tapi memiliki pembawaan seorang pria dewasa. Ketika dia berdiri di depanku seperti ini, memberiku perasaan seperti ada musuh, tentu saja, ini bukan mengatakan keagresifannya, tetapi dia terlalu baik dan sopan, dalam sekejap seakan aku dikalahkan.
Aku mencoba menekan rasa penolakan dari dalam diriku, berusaha keras menjadi anggun dan elegan, lalu, aku juga mengulurkan tanganku dengan sopan dan berjabat tangan dengannya. Berkata: “Apa kabar, aku Chandra!”
Dari luar, kita terlihat sedang berjabat tangan, tapi pada kenyataannya, aku seperti bersitegang dengannya, hanya saja, aku sedikit lebih lemah, ketika tanganku berjabat dengannya, pria yang tampak sopan tiba-tiba menggunakan kekuatan meremas tanganku, lalu terdengar suara retakan tulang patah, rasa sakit ini menghantam keras diriku, sel-sel di tubuhku bergetar, mengeluarkan keringat dingin, sampai aku kesakitan tidak bisa mengeluarkan suara.
Ruben yang melihat aku tidak bisa menahannya segera melepaskan tanganku, momennya sangat tepat, dan dia yang begitu, bertindak seolah tidak melakukan apapun, ekspresi wajahnya tampak lembut dan baik. Sebaliknya diriku yang berwajah putih pucat, terus mengucurkan keringat dingin, memancarkan tatapan marah membara, diriku tampak tidak tenang. Pertempuran dingin ini, dimenangkan oleh Ruben dengan sangat cantik, pria ini, bukan musuh yang gampang.
Ketika aku perlahan-lahan meredam rasa sakit, Ruben mengalihkan padangannya ke Marie, matanya sedikit menunduk, tersenyum sambil berkata: “Lama tidak berjumpa, Marie!”
Suara ini pelan, lembut dan manis, serta memiliki kekuatan yang membingungkan hati orang, orang yang mendengarnya akan terpesona, tapi yang aku perhatikan bukan suaranya, melainkan ucapannya, lama tidak berjumpa. Kenapa ini terdengar seperti reuni, apakah Ruben dan Marie adalah teman lama? Kenapa aku merasa ada yang tidak beres?
Dengan penuh keraguan, aku memandang Marie, saat ini, Marie juga merasa aneh, seolah dia juga terkejut dengan ucapan Ruben, dia tertegun beberapa detik baru berbicara, bertanya kepada Ruben: “Apakah kita saling kenal?”
Ruben yang melihat Marie bertanya begitu, tidak merasa canggung, malah sebaliknya tertawa acuh tak acuh, tawanya sangat elegan dan menawan, dengan nada bicara yang sedikit menggoda, dia berbisik kepada Marie: “Kamu tidak ingat aku? Gadis ingusan!”
Mendengar dua kata gadis ingusan, Marie serasa tersambar petir, ingatan yang terpendam begitu lama, dalam sekejap muncul dalam benaknya. Ingatan ini bagi Marie, menyakitkan tapi manis, dia sangat jarang mengingatnya, tapi kenangan ini terukir dalam benaknya. Karena itu adalah hari paling kelam dalam masa kecilnya, tapi dalam kegelapan ada secercah sinar matahari yang unik, yang menghangatkan hati Marie.
Ketika masih kecil, keluarga Marie tidak kaya, ayah dan ibunya baru saja mulai berbisnis, dan bisnis mereka berada di tahap awal, karena itu, sepasang suami istri ini sangat sibuk tidak karuan, alhasil kehidupan Marie dilewati tidak jauh berbeda dengan anak yatim, semua fokus orang tuanya tertuju pada pekerjaan, sejak kecil mereka tidak pernah mengurusnya, jadi Marie terus hidup dalam kegelapan dan kesendirian.
Dia tidak bisa tersenyum, tidak bisa menyapa orang lain, tubuhnya kotor sepanjang waktu, hidungnya selalu tertutup ingus, dia yang begini, selalu mendapat penolakan dari teman-teman seusianya, setiap hari ada anak-anak menertawakannya dan menindasnya, masa kanak-kanak ini adalah mimpi buruk, dan dalam mimpi buruk inilah dia bertemu dengan seorang malaikat, yang sama sekali tidak membencinya. Dia juga sangat baik padanya, membantu Marie melarikan diri anak-anak yang mengganggunya, bermain dengan Marie, memberi makanan ringan ke Marie, dan mengajar banyak hal kepada Marie. Malaikat itu adalah kakak kecil yang ada di sebelah Marie.
Kakak kecil ini, adalah orang yang paling diandalkan Marie, karena ada dirinya, dunia Marie menjadi lebih berwarna, Marie belajar tersenyum, dan hari-hari bersama dengannya selalu membuat Marie sangat bahagia. Sayangnya, masa-masa indah tidak berlangsung lama, setelah ayah Marie mendapat sejumlah keuntungan besar, mereka pindah, Marie pindah dengan terburu-buru, sejak saat itu hilang kontak dengan kakak kecil ini, hingga pada akhirnya, Marie masih tidak mengetahui nama aslinya, dia terus memanggilnya kakak kecil, dan dia memanggil Marie gadis ingusan. Panggilan ini adalah panggilan khusus untuk dia seorang.
Mengingat ini semua, Marie tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memandang Ruben, berkata dengan terkejut: “Kamu kakak kecil itu?”
Ruben tersenyum mengangguk: “Iya, ternyata kamu masih ingat aku!”
Ketika mengatakan ini, tatapan Ruben berbinar dan senyumnya mendalam, Marie juga tersenyum seperti bunga, matanya berkedip-kedip. Mereka berdua memiliki kenangan masa kecil, dan hari ini tumbuh dewasa, Marie menjadi bunga sekolah yang sangat menawan, dan Ruben juga menjadi pria tampan dan ramah, keduanya berdiri di sini, membentuk pemandangan indah. Yang paling penting di antara mereka beruda ada kenangan yang istimewa, dan sekarang mereka bertemu kembali setelah sekian lama, mereka berdua saling bertatapan, membuat udara di sekitar seolah ada percikan cinta.
Marie tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dirinya sama sekali, dan berkata: “Ini benar-benar kamu, bagus sekali, aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu!”
Ruben mengangguk sekali lagi, berkata dengan lembut: “Iya aku!”
Lalu mereka mulai mengobrol, dengan semangat mengobrol kenangan masa lalu yang menarik, kenangan itu sangat berharga bagi Marie dan Ruben, mereka terus mengobrol tanpa henti, dengan keadaan seperti ini mereka mungkin bisa mengobrol sampai tiga hari tiga malam, karena terlalu banyak kenangan indah, dan menarik. Dan aku, ditinggal sendirian di samping.
Pemandangan ini, benar-benar ironis, Ruben dan Marie sepasang pria tampan dan wanita cantik, ketika dilihat oleh orang luar, mereka adalah pasangan yang sempurna. Dan aku berubah menjadi lampu penggangu yang bersinar terang, berdiri di antara mereka.
Sejujurnya, hatiku sedih, sangat sangat sedih, tidak peduli seberapa sabar diriku, juga tidak tahan melihat pacar sendiri mengobrol kenangan masa lalu bersama dengan pria lain, bahkan mengobrol begitu manis. Yang lebih penting lagi, Ruben ini, orang yang sangat berbahaya, bagi wanita, dia adalah pasangan yang luar biasa, dia sangat memiliki pesona menarik hati wanita, aku takut secara tidak sengaja Marie digoda pergi olehnya.
Awalnya, kesan pertamaku pada Ruben sudah sangat buruk, dari luar dia berpenampilan sopan, tapi di belakang dia meremas tanganku, memprovokasi diriku dan membuatku malu. Sekarang, di depan khalayak ramai dia mengobrol dengan pacarku dengan bahagia, terlihat jelas dia datang untuk merayu Marie, ini membuatku semakin membencinya, aku bahkan lebih membencinya dari pada Mike. Orang ini tidak hanya munafik, tapi juga hebat, sekali lihat juga tahu dia tidak mudah di hadapi.
Oh iya, dia bermarga Cai, apakah dia memiliki hubungan dengan keluarga Cai?
Tiba-tiba, aku menyadari Ruben datang kemari untuk merayu Marie, kalau begitu dia pasti putra Joshizkia, pantas saja Joshizkia setengah mati meminta menikah dengan keluarga Hu, ternyata karena Ruben dan Marie memiliki kenangan masa kecil yang tidak tergantikan, atau mungkin karena ini, Ruben baru menetapkan Marie sebagai istrinya?
Novel Terkait
Love and Trouble
Mimi XuDiamond Lover
LenaMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeAfter Met You
AmardaHei Gadis jangan Lari
SandrakoMendadak Kaya Raya
Tirta ArdaniHis Soft Side
RiseThick Wallet
TessaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)