Wahai Hati - Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
Aku duduk di mobil paling depan, bisa memimpin barisan mobil yang sangat luar biasa ini membuat hatiku tanpa sadar menjadi semakin memanas, seperti rasa raja yang memimpin pasukan, rasa semangat ini membuat aku tiba-tiba dipenuhi dengan rasa percaya diri.
Aku bisa merasakan jika kali ini Fetrin sudah melakukan persiapan yang sangat matang, dia selalu sangat bisa diandalkan dalam melakukan sesuatu, tidak pernah melakukan serangan dengan perang yang tidak diyakinkan bisa menang. Kali ini karena dia sudah berjanji untuk membantuku balas dendam, maka dia pasti melakukannya dengan seluruh kemampuannya. Dia tidak akan membiarkan semua orang untuk mati dengan sia-sia, bagaimanapun dia juga bisa melawan kekuatan Tuan Muda Ferdy.
Walaupun mungkin kekuatan Tuan Muda Ferdy sudah sangat tinggi hingga tingkat yang tidak masuk akal, tetapi aku masih percaya dengan Fetrin. Jika percaya diri, pasti ada kemungkinan untuk menang. Aku hanya berharap kita bisa menang dan membunuh Tuan Muda Ferdy tanpa tersisa.
Dengan hati yang membara, aku dan barisan mobil yang panjang seperti naga melaju ke lokasi perang tanpa berhenti!
Lokasi perang yang disepakati oleh Fetrin dan Tuan Muda Ferdy berada di sebuah gunung tandus pinggiran kota, terhadap masalah ini, kedua pihak mengerti tanpa mengatakan apapun, karena ini bukanlah perang main-main, melainkan perang besar yang berhubungan dengan hidup mati. Jika dimulai, maka yang terluka dan meninggal pasti akan sangat banyak. Jika perang di kota akan sangat tidak cocok dan akan menimbulkan banyak masalah. Jadi memilih lokasi gunung tandus yang tidak ditinggali oleh penduduk adalah lokasi yang paling cocok, jika ada yang mati, maka langsung menggali dan kubur saja, semua akan diselesaikan tanpa ada yang tahu. Kedua pihak juga bisa melakukannya tanpa memikirkan apapun, tidak ada yang akan memberikan kesempatan dan akan menyerang dengan semangat, tidak akan mengalah jika ada yang mati!
Tampaknya mobil sudah bergerak dalam waktu yang sangat lama, akhirnya tiba di lokasi. Lokasi ini bukan terpencil seperti tempat biasanya, melainkan seperti dunia yang lain. Tidak ada tanda kehidupan dan sangat sepi, dilihat dari jauh seperti sebuah tanah yang tandus, tetapi dilihat dengan detil malah dipenuhi dengan rumput liar, segumpal di timur segumpal di barat, bahkan ada banyak gundukan kuburan tanah, terlihat sangat menyeramkan.
Tempat ini seperti kuburan masal, langit yang menyeramkan, aura yang buruk membuat orang merasakan ketakutan. Setelah turun dari mobil, aku merasakan dingin di seluruh tubuhku, tanpa sadar aku menjadi merinding, seperti menginjak di dunia kematian yang sangat menyeramkan. Perang ini belum dimulai, aku sudah mencium bau kematian.
Kini Tuan Muda Ferdy belum tiba, kita duluan turun dan berbaris di lahan tandus ini. Setelah semua orang sudah berkelompok, aku baru menyadari kali ini Fetrin membawa sangat banyak orang, kira-kira ada 400an orang. Begitu banyak orang yang berdiri bersamaan seketika langsung menjadi sebuah kelompok yang sangat besar dan hebat.
Dan juga di dalam kelompok besar ini, tidak ada prajurit yang tidak berguna, yang paling rendah adalah pria berkacamata hitam, yang sudah berkali-kali mengikuti perang. Aku juga pernah melihat kemampuan mereka, mereka lebih kuat banyak dari orang biasa, yang paling penting adalah kekuatan tim mereka sangat kuat, bisa dikatakan mereka adalah tentara regular yang sudah berpengalaman.
Pastinya selain tentara regular, Fetrin juga mencari banyak master hebat di negara ini seperti Jeno. Sekarang tidak hanya ada 11 orang saja, jumlahnya kini sudah menambah beberapa kali lipat dari awal, dapat dikatakan hanya master saja, kita sudah memiliki jumlah yang banyak. Kekuatan bertarung mereka tidak bisa dibandingkan, sekelompok master digabung juga bisa disamakan dengan sebuah kelompok yang besar.
Bisa dikatakan kini kita memiliki jumlah yang banyak, kita punya master dan persiapan kita sangat matang. Tetapi semua orang yang berada di sini terlihat sangat serius, mereka tidak terlihat bangga dan tidak santai sama sekali, semua orang menunggu kedatangan lawan dengan sangat tegas, hingga Jeno yang sebelumnya suka bercanda, kini sudah berubah menjadi sangat serius dan tidak terlihat sedang main-main.
Tampak jelas semua orang mengerti jika lawan yang akan kita hadapi sangat kuat, jadi tidak ada yang berani lalai, semua orang sangat serius, bersiap-siap untuk maju setiap saat dan menunggu mulainya sebuah perang yang menyangkut hidup mati.
Jadwal perang adalah jam 12 siang, kita tiba 20 menit lebih awal. Setelah selesai berbaris, masih tersisa belasan menit dari waktu yang ditentukan, waktu yang sedikit ini tidak termasuk panjang, tetapi di suasana dan lingkungan yang aneh ini membuat kita terasa sedikit lebih lama. Semua orang sangat fokus dan menunggu dengan diam-diam. Setelah menunggu hingga leher mereka lelah, masih belum terlihat bayangan lawan.
Menurut pemikiran logis, biasanya perang penting seperti ini, kedua pihak akan tiba lebih awal. Tetapi sekarang sudah hampir jam 12 juga tidak melihat bayangan tim Tuan Muda Ferdy, ini sedikit aneh.
Kelompok kita yang besar ini terdengar beberapa keributan yang tidak terlalu jelas, banyak orang sedikit tidak tahan lagi. Bahkan aku juga tidak tahan lalu bertanya kepada Fetrin: “Bibi Fetrin, apakah Ferdy itu tidak datang lagi?”
Fetrin menggelengkan kepala lalu berkata dengan tegas: “Tidak mungkin, kesempatan bagus seperti ini, dia tidak mungkin akan melepaskannya!”
Aku mengerti maksud Fetrin, Tuan Muda Ferdy memang ingin membunuhku, tetapi jika aku sudah mati, keluargaku pasti akan mencarinya. Cepat lambat dia tetap akan menyerang keluargaku, sekarang adalah kesempatan yang baik, dia bisa membunuh aku dan kekuatan di belakangku dalam sekali serangan. Bukankah ini kesempatan yang sangat sulit didapatkan, bagaimana mungkin dia melewatkan kesempatan ini. Dia pasti akan sangat senang jika bisa melenyapkan permasalahan seperti aku ini.
Aku tidak mengatakan apapun dan lanjut menunggu. Semua orang juga menahan nafas dan lanjut menunggu.
Waktu berlalu perlahan, hingga saat jam 12 tepat, kita akhirnya mendengar suara mobil yang menghidupkan mesinnya, suara ini menarik perhatian kita, sehingga membuat kita seketika menegakkan badan dan bersiap-siap.
Tuan Muda Ferdy ini sangat tepat waktu, tetapi sepertinya keadaan dia sedikit aneh. Dilihat secara jauh, aku hanya melihat sebuah mobil yang bergerak ke sini. Ini adalah mobil Offroad mewah, dia melaju dengan cepat di daratan yang dipenuhi dengan rumpur liar seperti melintas di daratan datar.
Yang aneh adalah tidak ada kelompok besar di belakang mobil ini. Hanya ada 1 mobilnya yang melaju di lahan tandus luas, seketika dengan cepat mobil ini berhenti di depan kita.
Kemudian pintu mobil terbuka, ada 4 orang yang keluar, yang memimpin pastinya musuh terbesarku, Tuan Muda Ferdy.
Pria yang berada di sisi Tuan Muda Ferdy adalah master ahli medis yang menolong Clara Xia secara darurat di Toko Malatang sebelumnya, sepertinya namanya Nash.
Dan orang yang berjalan di belakang Tuan Muda Ferdy dan Nash adalah 2 wanita. Mereka adalah Clara Xia dan Marie.
Aku tidak terkejut dengan kedatangan Clara Xia, karena dia memiliki hubungan yang tidak biasa Tuan Muda Ferdy, jadi tidak aneh jika dia datang melihat perang sebesar ini. Tetapi aku terkejut dengan kemunculan Marie di lokasi. Aku tidak menyangka dia bisa datang ke sini, dan aku tidak tahu apa tujuannya datang ke sini, apakah Tuan Muda Ferdy memiliki rencana yang lain?
Tuan Muda Ferdy tidak membawa prajurit datang, melainkan membawa Marie ke sini. Apakah dia ingin menggunakan Marie untuk mengancamku?
Hatiku tiba-tiba tertimpa oleh sebuah batu yang berat dan panik, setelah Tuan Muda Ferdy mendekat, aku langsung bertanya: “Apa maksudmu Ferdy?”
Saat berbicara, pandanganku tertuju pada Marie, pastinya Tuan Muda Ferdy mengerti maksudku, dia menolehkan kepala menatap Marie, lalu berkata padaku: “Kamu pasti penasaran kenapa mantanmu bisa disini, kan? Tenang saja, bukan aku yang mau membawa dia kemari, dia yang ingin ikut kemari, dia bilang ingin melihatmu mati secara langsung!”
Mendengar perkataan Tuan Muda Ferdy, hatiku tiba-tiba terguncang, kemudian aku melihat ke arah Marie yang tampak sadis dan dingin, aku langsung merasakan ada sebuah rasa berat yang melewati hatiku sehingga membuatku menjadi kacau.
Marie, kamu terlalu tidak berperasaan, di rumah sakit mengutuk aku belum cukup, dia masih datang ke lokasi untuk melihat kematianku secara langsung. Apakah dia manusia? Aku sangat ingin mengorek hatinya keluar.
Aku takut jika melihatnya lagi bisa membuatku semakin marah hingga sakit jantung, jadi aku langsung mengabaikannya dan menatap Tuan Muda Ferdy dan berkata dengan sadis:”Hidup mati seseorang tidak ada yang tahu!”
Tuan Muda Ferdy mendengar perkataanku langsung menghentakkan nafas, kemudian dia menatap ke arah Fetrin dan berkata dengan menyindir: “Direktur Fetrin, Chandra tidak tahu diri tidak apa, kamu juga bukan anak kecil, kenapa kamu begitu tidak tahu diri? Kenapa kamu berani melawanku?”
Perkataan Tuan Muda Ferdy ini terdengar seperti bertanya, sebenarnya dia sedang menghina kita, maksudnya tidak lain lagi yaitu, kita tidak tahu diri dan mencari mati sendiri.
Fetrin tidak memedulikan Tuan Muda Ferdy yang merendahkannya, dia hanya mengatakan dengan serius: “Bukankan semua ini adalah yang kamu inginkan, kamu juga sudah siap-siap untuk membunuh semuanya, apakah aku punya pilihan lain?”
Ferdy melambaikan tangannya dan menjelaskan: “Jangan berkata begitu, aku tidak sanggup menerimanya. Aku datang ke kota ini tidak ingin menindas siapapun. Chandra yang tidak tahu diri dan menyinggungku, aku juga tidak ada cara lain!”
Tuan Muda Ferdy si siluman ini, dia memang sama jahatnya seperti Ruben Cai, kepalsuannya membuat orang sangat ingin muntah. Jelas-jelas dia hanya mencari alasan untuk membunuhku, dia masih berpura-pura tidak berdaya, seakan-akan aku yang melakukan hal buruk padanya sehingga dia terpaksa menyerangku.
Aku tidak tahu dia di sini berpura-pura baik untuk dilihat siapa, kenapa orang jahat seperti ini suka menyamar jadi orang baik, aku paling benci orang seperti ini.
Fetrin sama denganku, dia juga tahu jelas jati diri Tuan Muda Ferdy yang sebenarnya, karena inilah dia tidak mau mengikuti Tuan Muda Ferdy untuk berpura-pura. Dia langsung dengan tegas berkata: “Bagaimana masalah ini bermula, kita semua tahu jelas. Jadi kamu tidak perlu berakting di sini, apa lagi sekarang tidak bisa menghindari perang besar, jadi hentikan omong kosongmu dan beraksilah!”
Memang Fetrin adalah wanita hebat, dia tidak pernah melakukan siasat dan rencana buruk, dia ingin melakukan dengan terang-terangan!
Tetapi Tuan Muda Ferdy memang orang jahat yang bermuka dua, Fetrin sudah mengajak mulai perang, tetapi dia masih tampak tenang dan tidak memikirkan apapun, dia mencemberutkan mulutnya dan berkata dengan sangat meremehkan: “Kamu yakin ingin melawanku?”
Nada bicara ini sangat membuat orang emosi, seakan-akan perang besar ini adalah paksaan kita. Sebelumnya saat dia membalas surat pernyataan perang itu, bukankah dia sangat cepat, kenapa sudah saatnya perang, dia malah berpura-pura di sini!
Atau dia mirip dengan Ruben Cai, suka berakting di depan wanita. Saat itu Ruben Cai berpura-pura menjadi pria yang tegas dan rendah hati di depan Marie, makanya bisa membuat Marie begitu jatuh cinta padanya dan ditipunya. Kini, Tuan Muda Ferdy pasti berpura-pura menjadi orang baik di depan Clara Xia, dia tidak ingin membuat Clara Xia mengira dia yang menindas orang dahulu.
Ekspresi Fetrin setelah mendengar kata-kata Ferdy langsung menjadi sangat dingin, dia langsung berkata tanpa sungkan: “Ferdy, aku minta kamu hentikan omong kosong ini, hari ini aku bukan datang menemanimu bernyanyi, jadi jangan berpura-pura lagi, cepat suruh orangmu keluar!”
Maksud Fetrin sangat jelas, karena Tuan Muda Ferdy berani membalas perang, maka dia tidak mungkin hanya bawa beberapa orang datang saja, di antaranya masih ada 2 wanita, ini sangat tidak masuk akal. Jadi dia pasti sudah melakukan persiapan, Fetrin sedang mendesak Tuan Muda Ferdy untuk mengeluarkan kekuatan sebenarnya. Jika kita sudah tahu jelas kekuatan asli Tuan Muda Ferdy, maka kita baru bisa tenang.
Kini Tuan Muda Ferdy tidak menarik ulur lagi, karena Fetrin sudah mengatakannya, jika dia masih berakting, maka akan sedikit kelewatan. Jadi dia langsung mengubah ekspresinya, kemudian melihat ke sekitaran yang sangat hening dan menatap Fetrin dengan maksud yang dalam, mengeluarkan suara yang susah ditebak: “Orangku sudah datang dari awal, apakah kamu tidak sadar?”
Novel Terkait
Pengantin Baruku
FebiMr. Ceo's Woman
Rebecca WangHalf a Heart
Romansa UniverseHabis Cerai Nikah Lagi
GibranMr Huo’s Sweetpie
EllyaIstri ke-7
Sweety GirlMenantu Bodoh yang Hebat
Brandon LiPria Misteriusku
LylyWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)