Wahai Hati - Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
Marie semakin penasaran dan lanjut bertanya, “Sebenarnya apa hubungan kalian?”
Aku menghela nafas pelan dan berkata, “Tak ada hubungan, hanya teman lama yang pernah bertengkar denganku.”
Bola mata Marie berputar sekejap setelah mendengar perkataanku, seperti sedang berpikir. Lalu ia berkata, “Oh, aku mengerti, pasti ia ada berhutang denganmu, jadi ingin membantumu untuk membayar hutangnya kepadamu. Bukankah sekolah juga menyebar berita bahwa kamu memainkannya? Mungkin ia juga ingin membantumu. Beberapa hari ini kamu tidak berada di sekolah, Olive pernah mencariku untuk beberapa kali, menyuruhku untuk berhenti menyerangmu. Aku juga tidak terlalu menyukainya dan sengaja membuatnya marah, bilang aku tidak akan berhenti!”
Marie tertawa senang, seperti ia sudah memenangkan pertarungan ini. Marie ini memang tidak pernah baik kepada musuhnya. Padahal hubunganku dengannya sudah membaik, padahal ia tahu Olive sedang peduli dengan kondisiku, ia masih sengaja bilang tidak akan melepaskanku. Tindakannya menunjukkan bahwa ia ingin membuat Olive kesal. Mungkin ini sifat bawaan seorang wanita, tidak menerima perempuan lain selain dirinya. Mereka berdua adalah bunga kampus, pasti sering bersaing. Aku tidak ingin terlibat ke dalam masalah mereka dan pelan-pelan berkata, “Baiklah, jangan mengungkitnya lagi. Aku tidak ingin membahas ia lagi!”
Marie seketika mematung setelah mendengar ucapanku dan tidak membahas lagi tentang Olive.
Kehidupan memulihkan luka di rumah sakit berlalu begitu beraturan. Marie masih saja berusaha merawatku dan aku hidup sejahtera setiap hari, sehingga tubuhku memulih dengan cepat. Akhirnya di hari kesepuluh, lukanya kembali pulih dan dokter juga mengumumkan bahwa aku sudah boleh pulang.
Siang ini, Marie membantu untuk mengurus prosedur pulang rumah sakit. Aku membersihkan diriku dan mengganti pakaian bersih yang dibeli Marie, lalu keluar bersama dengannya dari rumah sakit dan pergi menuju sekolah.
Pukul sepuluh, kita tiba di pintu gerbang sekolah. Aku memberhentikan langkah kakiku dan berterima kasih kepada Marie dengan serius. “Terima kasih perawatanmu selama ini. Mari kita berpisah disini, agar tidak menyebabkan kesalahpahaman.”
Di mata orang lain, aku dan Marie adalah musuh. Rasanya kurang baik kalau kita masuk sekolah bersama. Marie juga mengerti, ia menganggukan kepalanya. Ia berkata kepadaku, “Chandra, apakah kita termasuk teman?”
Tanpa berpikir banyak, aku langsung menjawab, “Itu pasti.”
Marie tersenyum penuh haru dan berkata dengan serius, “Bolehkah kamu berjanji kepadaku, jangan mencari masalah dengan Ten dan belajar dengan baik di sekolah. Lagipula aku yang menyebabkan masalah ini. Ia melakukan ini karena diriku, tapi aku bisa menjamin bahwa ia tidak akan lagi menyerangmu.”
Aku tidak bodoh dan bisa mengerti maksud Marie. Maksudnya berharap aku tidak lagi mencari masalah. Ia jelas tahu bahwa aku tidak dapat mengalahkan Ten dan mengetahui bahwa aktivitas belajarku akan terganggu jika pertengkaranku dengan Ten semakin membesar. Ia berharap aku baik-baik saja, tapi ia juga ingin menjaga perasaanku dan hanya bisa berkata seperti itu.
Aku pasti akan menerima kebaikan Marie. Masalah ini memang tidak perlu dilanjutkan lagi. Hari dimana aku dipukul, meskipun aku sudah bersumpah akan membalas dendam, tetapi setelah terjadi perubahan yang begitu besar. Nyawaku baru saja ditarik kembali dan juga sudah menjadi teman dengan Marie. Jika aku masih bertengkar dengan temannya, memang tidak cocok dengannya. Lagipula Ten juga bekerja dibawah Marie. Aku tidak bermusuh dengannya dan juga tidak perlu diingatkan. Setidaknya demi Marie, seharusnya aku tidak berhubungan dengannya.
Aku yang sekarang seperti terlahir kembali. Bisa berteman dengan Marie juga merupakan pemberian dari Tuhan. Biarkan masa lalu yang buruk melayang dengan angin. Oleh karena itu, aku menjadi tenang dan membalas Marie dengan pasti. “Baik, aku akan berjanji. Kalau ia tidak mencari masalah lagi denganku, maka aku tidak akan mencarinya.”
Marie tertawa dan berkata dengan lembut, “Terima kasih!”
Setelah itu, Marie melangkah ringan ke sekolah terlebih dahulu.
Melihat Marie masuk, aku berbalik badan dan berjalan kearah yang lain. Aku tidak masuk sekolah, melainkan pergi ke lapangan kosong diluar sekolah sana. Aku meletakkan perlengkapanku berwarna hitam yang bersih disini. Aku menarik kembali tas punggungku dan berbalik jalan ke sekolah.
Meskipun aku baru sepuluh hari meninggalkan sekolah, tapi reputasiku sama sekali tidak berkurang. Sepuluh hari yang lalu, aku dihajar selama lima kali, setiap kali ada banyak penonton, banyak orang yang mengenalku, sehingga banyak siswa yang tidak tahan mulai membahasku saat aku berjalan di sekolah.
Aku mengabaikan para penonton yang sedang bergosip dan berjalan menuju asrama. Kamarku sepi, tanpa seorangpun. Aku memeriksa jadwal pelajaranku dan menyadari bahwa aku ada kelas. Aku juga tidak berlama-lama di kamar dan sekilas merapikan,lalu membawa buku berjalan menuju kelas.
Tiba di sekolah, suara bel berdering. Pelajaran jam ketiga sudah berakhir dan jam keempat akan dimulai sesaat lagi.
Saat aku tiba di lorong luar kelas, disana sudah terdapat banyak orang. Di tengah-tengah sana ada teman kelasku. Mereka terkejut berteriak setelah bertemu denganku. “Hmm, bukankah itu Chandra? Ia masih berani balik.”
“Benar, dihajar hingga begitu menyakitkan dan bersembunyi diluar selama sepuluh hari, akhirnya sekarang berani menunjukkan hidungnya.”
“Haha, ia pasti mengira sekarang baik-baik saja. Kurasa mungkin ia akan kembali dihajar.”
“Benar katamu. Masalah ini tidak mungkin terselesaikan dengan mudah. Bersembunyi sama sekali tidak bisa menyelesaikan masalah!”
Pembahasan mereka semakin menerus dan bertambah. Untuk kemunculanku, mereka semua sangatlah penasaran. Ada beberapa orang yang tidak jadi ke toilet dan mengikuti ke kelas karena penasaran.
Tiba di kelas, seorang laki-laki dengan rambut Dora langsung muncul dihadapanku. Lalu ia menunjukku dengan jarinya dan tertawa berkata, “Kalian semua lihat siapa yang datang? Chandra loh! Orang yang hanya bisa menghina perempuan. Haha, sekarang lukanya sudah pulih dan bersiap kembali untuk memukul lagi.”
Seketika satu kelas tertawa kencang.
Aku menyapu seluruh wajah yang kukenal dengan tatapan dingin, lalu mengalihkan pandangan lagi ke si rambut Dora yang sedang tertawa senang. Namanya Richie, terdengar sangat mengesalkan. Mungkin ia menyukai Elis dan selalu memberi perhatian kepadanya. Elis bersikap buruk kepadaku, begitupula dengannya. Apapun yang terjadi padaku, ia selalu akan menjadi orang yang memimpin untuk menyebabkan keributan. Saat aku memukul Elis, ia semakin menjorokkan namaku dan merendahkanku, sehingga dirinya menjadi lebih tinggi. Sekarang aku baru saja kembali, ia langsung menyerangku. Melihat senyumannya juga begitu menjijikan.
Kalau dulu, aku akan berusaha untuk mengabaikannya, tapi aku tidak akan tahan lagi sekarang. Siapa yang berani mengejekku, maka aku akan menghajarnya!
Saat Richie sedang tertawa senang, tatapan mataku menjadi tajam dan di saaat yang sama, kaki kananku bagai baja tiba-tiba menendang dadanya.
Richie langsung terjatuh jungkal balik. Senyumannya masih terukir kaku di wajahnya, bola matanya membesar dan penuh ketakutan.
Aku mengabaikannya dan menatap kearah teman sekelas yang tertawa kaku dengan dingin. Aku langsung berkata dengan geram, “Mulai dari hari ini, siapapun jangan berani melawanku!”
Kelas seketika menjadi hening!
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaCinta Yang Dalam
Kim YongyiMbak, Kamu Sungguh Cantik
Tere LiyeMy Enchanting Guy
Bryan WuLoving Handsome
Glen ValoraWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)