Wahai Hati - Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
Si pirang seperti bangkit dari kematian, kekuatannya tiba-tiba menjadi sangat kuat ketika emosinya meledak, pisau yang dia tusukkan di dadaku menancap dengan kuat, darah segar segera mengalir dari dadaku.
Untuk sesaat, aku hanya merasakan sakit, sakit yang tidak tertahankan, aura kematian menyelimutiku. Tetapi, pada saat ini, aku justru tidak merasa takut, aku hanya merasa marah, marah terhadap kelakuan si pirang.
Si pirang segera sadar setelah menikamku, barusan dia benar-benar kehilangan kendali, sekarang dia sudah bangun dan dia langsung menatap penuh kepanikan, tangannya yang memegang pisau gemetaran.
Ketika dia berada dalam kepanikan, aku mengangkat kakiku tanpa ragu-ragu dan menendangnya dengan keras, si pirang mundur ke belakang beberapa kali dan akhirnya jatuh ke tanah!
Sedangkan aku, karena menendangkan kaki terlalu keras, darah segar di dadaku menjadi semakin deras, perasaan hampa kembali menyelimutiku, aku tidak bisa bertahan lagi dan aku jatuh ke belakang!
Pada saat ini, Marie Hu yang di dorong ke samping olehku baru sadar, dia segera ke arahku dengan panik, tidak ada kata lain yang keluar dari mulutnya selain:”Chandra, apakah kamu baik-baik saja?”
Suara Marie Hu bergetar, dia sangat panik dan takut!
Aku menatapnya dengan tatapan kosong dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi begitu aku membuka mulutku, darah terus keluar dari mulutku, Marie Hu yang ada di depanku tampak kabur, mataku hampir tidak bisa melihat lagi, kekuatan tubuhku benar-benar terkuras.
Apakah aku hampir mati?
Ini adalah hal pertama yang muncul di benakku, jika aku mati seperti ini, aku sepertinya tidak mati sia-sia, setidaknya, aku sangat berani, bahkan, aku tidak takut dalam menghadapi kematian. Yang membuat aku tidak terpikirkan adalah bahwa aku mati untuk menyelamatkan musuhku, hidup ini benar-benar penuh dengan drama, tetapi tidak tahu mengapa, aku bahkan menemukan sedikit kesadaran sekarang, aku tidak menyesal melakukan ini. Mungkin, ini naluriku dan keberanianku!
Marie Hu ketakutan melihatku yang hampir mati, suaranya bergetar dan berteriak kepadaku:”Chandra, bertahanlah, bertahan sebentar lagi, aku akan segera memanggil ambulansnya!”
Dapat dilihat bahwa Marie Hu sangat tegang, tidak ada ekspresi marah lagi di wajahnya yang cantik, hanya ekspresi takut dan khawatir. Matanya berkaca-kaca, dia, benar-benar mencemaskanku.
Perasaan dipedulikan oleh orang sangat nyaman! Sayangnya, aku tidak punya banyak waktu untuk menikmatinya, aku sudah tidak bisa bertahan lagi, kelopak mataku tertutup, kepalaku menjadi berat dan aku langsung tidak sadarkan diri.
Aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya, aku hanya merasa jatuh ke dalam kegelapan tanpa akhir dan rasa sakit yang mengelilingiku, aku seolah-olah merasakan siksaan paling kejam di dunia, perasaan itu sangat mengerikan, tetapi aku tidak merasa takut, aku hanya merasa tidak nyaman, jiwaku seolah-olah ditarik ke sana kemari, satu sisi adalah dunia, sisi lainya adalah neraka, aku bolak-balik di antara dua tempat, mengalami percobaan hidup dan mati.
Akhirnya, kehidupan menang melawan kematian dan aku perlahan-lahan sadar dari koma.
Setelah membuka mata, aku menemukan bahwa aku sedang berbaring di tempat tidur yang putih dan di samping tempat tidur hanya ada satu orang yaitu Marie Hu. Ketika dia melihatku bangun, wajah mendungnya tiba-tiba berseri dan dia segera pergi memanggil dokter.
Dokter datang memeriksaku, dia merasa bahagia untukku dan berkata:”Bocah, kami sangat beruntung, pisau sudah menusuk ke dalam organmu, jika masuk sedikit dalam lagi, bahkan dewa pun tidak bisa menolongmu, bocah baik, lain kali lebih berhati-hati!”
Kemudian, dokter berpesan beberapa kata lagi dan meninggalkan kamar rumah sakit!
Setelah dokternya pergi, Marie Hu segera berkata kepadaku dengan penuh semangat:”Bagus sekali, kamu baik-baik saja sekarang!”
Melihat Marie Hu tersenyum, hatiku juga merasakan kehangatan, otakku yang lama pingsan mendadak terbuka, aku berangsur-angsur ingat bahwa aku mencoba menyelamatkan Marie Hu, tetapi aku ditikam oleh si pirang dan hampir saja mati.
Aku merasa lega begitu mengetahui bahwa aku belum mati, seluruh badanku merasa santai, aku berpikir-pikir dan aku berbicara dengan lemah dan bertanya kepada Marie Hu tentang hal yang terjadi setelah aku tidak sadarkan diri.
Marie Hu segera memberitahuku!
Setelah mendengar ceritanya, aku baru tahu bahwa kedua pria bejat itu sudah melarikan diri ketika dia memanggil ambulans dan di dalam kegelapan dia tidak melihat jelas muka mereka, maka melapor polisi juga tidak berguna, lagipula, Marie Hu adalah orang pintar, jika melapor polisi, aku juga tidak bisa terlepas dari tanggung jawab dan dia tidak melakukannya. Untungnya, ambulans datang tepat waktu dan segera membawaku ke rumah sakit maka aku tidak jadi mati.
Sampai hari ini, aku sudah koma selama dua hari, sebenarnya Marie Hu ingin memberi tahu orang tuaku tetapi dia tidak dapat menemukan nomor telepon orang tuaku di kampus dan dia tidak dapat menghubungi keluargaku, jadi, setelah selesai menceritakan kejadiannya padaku, dia tidak sabar bertanya kepadaku:”Chandra, apakah kamu tahu nomor telepon ayahmu, kamu terluka begitu parah, harus memberitahu kepada keluargamu!’
Mendengar ini, hatiku merasa sedih, aku menggeleng dan berkata:”Aku tidak punya ayah!”
Pandangan mata Marie Hu setelah mendengar jawabanku dan kemudian dia bertanya dengan pelan lagi kepadaku:”Bagaimana dengan ibumu?”
Pertanyaan ini membuat hatiku bertambah sedih lagi, ini juga rasa sakit yang selamanya ada di hatiku, aku tidak ingin orang lain bertanya tentang masalah ibuku dan tidak ingin memberitahu orang lain bahwa ibuku ada di penjara. Pada akhirnya, aku mengatupkan bibirku dan tidak berkata apa-apa!
Marie Hu adalah wanita yang sangat pengertiaan, dia melihat dilema dalam diriku, jadi dia tidak bertanya lagi kepada saya, tetapi berkata dengan nada meminta maaf:”Maafkan aku!”
Nada bicaranya sangat sedih, mungkin, dia merasa bahwa dia telah mengungkit masalah sedihku, kurasa dia mengira orangtuaku sudah mati, aku juga tidak menjelaskan terlalu banyak, tetapi hanya berkata:”Tidak apa-apa!”
Marie Hu terdiam, lalu mencoba tersenyum dan berkata dengan optimis kepadaku:”Oh ya, aku akan bertanggung jawab menjagamu sampai kamu bisa keluar!”
Aku memiringkan kepalaku, memandangnya dengan serius dan bertanya:”Apakah kamu tidak membenciku?”
Berbicara tentang ini, senyum Marie Hu segera membeku, dia perlahan memulihkan wajahnya dan wajahnya penuh keseriusan. Tatapan matanya lurus ke arahku dan berkata dengan serius:”Pada awalnya, aku membencimu, sangat benci, tidak ada yang berani memperlakukanku seperti ini, kamu adalah orang pertama dan aku sangat membencimu. Kemudian kamu meninggalkanku seorang diri di hutan, dan menyebabkanku di ganggu oleh dua berandalan, dan aku semakin membencimu, aku ingin membunuhmu. Tetapi kamu kembali pada saat genting dan kamu mengalahkan kedua penjahat itu dengan berani, maka aku memiliki pandangan yang berbeda terhadapmu. Kemudian, kamu menghadang pisaunya untukku, aku jadi tidak membencimu lagi, hanya merasa bersalah, kecerobohanku telah mencelakaimu!”
Setiap perkataan diucapkan secara tulus oleh Marie Hu, tentu saja, hati manusia tidak sekeras baja, Marie Hu juga begitu, dia awalnya begitu membenciku, tetapi karena aku telah menolongnya dan bahkan menyelamatkannya maka dia memaafkanku.
Sebenarnya, aku tidak ingin terlalu berlebihan dengan Marie Hu, lagipula dia hanya seorang wanita, kejadian ini terjadi karena aku memukul Elis, maka aku tidak ingin terlalu kejam dengannya, bahkan jika aku ingin membalas dendam, aku hanya ingin mencari orang yang memukulku. Sekarang kesalahpahamannya sudah selesai dengan menghadang satu tusukan, hanya saja harganya sedikit agak mahal, tetapi jika bisa menyingkirkan seluruh masalahnya maka rasanya sepadan.
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeIstri kontrakku
RasudinMenantu Hebat
Alwi GoWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)