Wahai Hati - Bab 46 Pertarungan

Jawabanku terdengar jelas dan percaya diri, dan membuat semua orang merasa terkejut. Tidak ada yang menyangka aku bisa menyetujui Ten Zhou, dan dengan cepat menyetujuinya. Ini sesungguhnya membuat mereka terkejut, mereka semua membulatkan kedua matanya, dan menatapku dengan tatapan tidak percaya.

Bahkan Ten Zhou merasa terkejut, ia dengan penasarannya menatapku dan berkata: "Kamu tidak bercanda denganku, bukan? Aku serius, loh!"

Pandanganku tidak berpindah dan berjawab dengan nada yakin: "Tidak, aku menerima tantangan darimu!"

Aku bahkan tidak memikir saat membuat keputusan ini, kalau aku tidak menyetujuinya diriku akan terlihat seperti orang lemah, dan secara tidak langsung aku mengaku bahwa diriku tidak bisa. Ini akan semakin membuat Ten Zhou meremehkanku, ia akan semakin menghalangi hubunganku dengan Marie, dan ia akan terus merasa diriku tidak pantas dengan Marie. Kalau aku menyetujuinya akan terlihat diriku sangat berani dan bertanggung jawab, meskipun diriku tahu kemampuanku dengannya beda jauh. Aku tahu diriku tidak akan bisa menang, tapi aku harus membuktikan bahwa aku berani dan bisa mempertahankan suatu masalah.

Bagiku, mungkin ini adalah sebuah kesempatan meskipun terlihat sangat mustahil!

Ten Zhou langsung tersenyum saat melihatku menyetujui permintaannya, ia dengan gembiranya berkata: "Rupanya kamu berani, aku suka. Kalau begitu tidak perlu memilih hari lain, hari ini saja. Marilah kita pergi ke arena tinju dalam lingkungan sekolah!"

Ia langsung pergi setelah selesai berujar, bawahan yang berada di belakang pun mengikutinya, mereka terlihat sangat berkuasa!

Melihat Ten Zhou dan lain-lain sudah benar-benar menghilang, Gunawan dengan cemasnya berkata: "Aduh Kak Chandra, mengapa kamu menyetujuinya? Apakah kamu tidak tahu bahwa Ten Zhou sangatlah jago? Tempat pelatihan bela diri adalah milik keluarganya, dan ia sangat ahli dalam bela diri!"

Aku dengan tak berdayanya berkata: "Apakah menurutmu ia akan melepaskanku semudah itu jika aku tidak menyetujuinya? Mau bagaimana pun lawan secara perorangan adalah kesempatan bagiku. Tidak salah untuk mencoba, bukan?

Gunawan berkata: "Ini bukan kesempatan, ini sama saja kamu mencari masalah untuk dirimu sendiri!"

Ini adalah kata-kata yang terdengar menusuk dan tidak basa-basi. Aku tahu Gunawan

Setelah selesai berujar aku pun melangkahkan langkahan kakiku menuju ke sekolah.

Gunawan lain-lain terlihat sedikit ragu, setelah itu mereka pun mengikutiku untuk pergi.

Tidak butuh waktu yang lama, kabar aku akan melawan Ten Zhou sudah menyebar luas di kampus

Sekolag tiba-tiba menjadi sangat ramai dan dipenuhi banyak orang. Banyak murid sangat semangat berlari kearah arena tinju.

Aku masuk ke dalam lingkungan sekolah dan langsung dapat merasakan banyak tatapan yang memandang kearahku. Kalau tatapan orang ada suhunya, mungkib saja aku telah terbakar.

Hari ini aku cukup bersinar dan membuat banyak orang heboh. Pertama, sebuah video siang hari cukup membuat nama Mike menjadi buruk. Banyak orang yang tahu aku mengancam Gunawan untuk mengatakan yang sebenarnya dan juga mengetahui diriku adalah lelaki yang berpakaian hitam itu. Aksiku kali ini sungguh merubah pandangan orang-orang kepadaku. Lalu siang tadi, Gunawan membawa teman-temannya untuk mengikutiku. Terakhir, aku dan Ten alias 'Raja Bertengkar' sekolah untuk bertarung. Ini semakin membuat namaku semakin terkenal.

Mungkin sekarang tidak ada orang yang tidak tahu tokoh kecil seperti diriku. Meskipun orang-orang yang jarang keluar kamar pun juga pernah mendengar namakh. Aku sungguh menjadi peran terkenal di lingkungan sekolah. Tentu hal itu bukan merupakan hal yang dibahagiakan. Aku juga tidak terlalu peduli dengan itu. Hal yang paling kupikirkan adalah bagaimana membuat Ten mengakui dan percaya kepadaku.

Hingga sekarang Ten Zhou masih tidak senang terhadapku, karena ia merasa aku tidak pantas untuk Marie, oleh karena itu ia akan berusaha menentang hubunganku dengan Marie. Aku harus memenangi Ten Zhou agar diriku bisa menjalin hubungan dengan Marie, dan aku harus memenangi Ten Zhou agar ia bisa membantuku, supaya keluarga Marie dapat menyetujui hubunganku dengan Marie. Lagipula Ten Zhou sangat mengenal dengan Marie, ia pasti tahu di mana rumah Marie, bagaimana kondisi Marie saat di rumah, dan bagaimana tentang keluarga Marie dan lain-lain, aku sangat butuh bantuan Ten Zhou.

Yang paling penting adalah aku harus meyakinkan Ten Zhou, oleh karena harus mulai dalam pertandingan ini. Mau bagaimana pun, aku harus memenangi Ten Zhou!

Membawa tekad yang pasti, aku dan Gunawan lain-lain tiba di arena tinju.

Arena tinju sekolah merupakan tempat khusus untuk murid dalam pelatihan bela diri, biasanya Ten Zhou dan lain-lain latihan di sini. Sekarang mahasiswa memiliki hobi yang berbeda, sehingga banyak mengikuti acara ekstrakurikuler, tapi yang memilih bela diri tidak terhitung banyak. Meskipun Ten mengadakan organisasi bela diri begitu besar, tapi anggota didalam sangatlah terbatas, sehingga arena tinju biasanya sangatlah sepi. Sedangkan hari ini berbeda, tapi hari ini sangatlah ramai, mau pria ataupun wanita juga ada. Saat aku masuk ke dalam arena tinju, banyak orang yang ikut masuk bersamaku, lalu di belakang diikuti banyak orang.

Arena tinju yang begitu luas, detik ini terlihat sangatlah sempit. Gunawan pun terkejut melihat begity banyak orang. Ia sibuk menarikku dan berkata, "Kak Chandra, terlalu banyak orang, sangat memalukan, sebaiknya jangan bertarung lagi!"

Gunawan tidak suka dipermalukan, ia merasa aku akan kalah dan disiksa oleh mereka. Ia adalah bawahan baruku akan merasa sangat malu, dan ia berharap aku jangan mempermalukan diriku sendiri.

Tapi menurutku Marie lebih penting dan aku tidak takut jika dipermalukan, aku hanya berharap diriku bisa menaklukan Ten Zhou. Oleh karena itu aku tersenyum ke arah Ten Zhou dan berkata: "Aku sudah tiba di sini, tidak ada alasan untuk mundur, ayo!"

Di saat semua orang tahu aku telah tiba, mendadak sorakan dari mereka mulai terdengar lagi: "Lihat, Chandra sudah tiba!"

"Astaga orang ini masih berani datang, ia berani sekali menerima tantangan Ten Zhou!"

"Tidak boleh berbicara seperti itu, Chandra terlihat sedikit jago. Ia bahkan bisa mengalahkan Mike dan bisa menaklukan Gunawan, dan kini ia melawan Ten Zhou. Orang ini tidak biasa!"

"Meskipun ia tidak biasa, ia tidak akan bisa menang saat melawan Ten Zhou. Ten Zhou bukan orang biasa, ia adalah ketua asosiasi bela diri!"

"Benar, aku dengar Chandra sering diganggu, ia sangat lemah dalam berantem. Aku menebak ia akan kalah dalam dua menit saat melawan Ten Zhou!"

"Mau bagaimanapun, ada adegan seru yang bisa kita tonton!"

Komentar mereka terdengar jelas, mereka terlihat sangat semangat, dan mereka semua memasang sebuah senyuman dan ekspresi penuh berharap. Bagi mereka adegan ini lebih seru dibanding saat menonton bioskop, oleh karena itu mereka sangat menantikan.

Aku tetap berjalan dengan biasa melewati keramaian orang-orang dan menuju ke dalam arena tinju, tempat tersebut terbangun sebuah panggung. Biasanya digunakan untuk saling belajar, namun kini menjadi tempat pertandingan untukku dan Ten Zhou.

Ten Zhou datang lebih cepat dibandingku, ia sudah berdiri di atas panggung, gayanya terlihat malas, dan tatapannya terlihat sinis. Melihatku berjalan sangat lama, ia berkata: "Buruan, aku masih ingin makan setelah selesai bertanding!"

Aku tidak mempercepat langkahan kakiku dan tetap berjalan dengan santai, akhirnya aku sampai di atas panggung saat mereka semua tengah menatapku.

Dari atas panggung mereka terlihat kecil, suasana menjadi memanas, dan sorakan mereka terdengar heboh. Tapi sayangnya mereka semua menganggap Ten Zhou sebagai idolanya, mereka datang untuk memberi dukung kepada Ten Zhou, yang benar-benar mendukungku hanya Gunawan dan lain-lain. Mereka malu untuk menyemangatiku karena mereka tahu aku akan kalah dalam pertandingan ini, sehingga tidak bersorak untukku dan hanya berdiri di sebelah.

Aku tidak peduli dengan pandangan orang lain, aku hanya peduli dengan niat yang telah kutetapkan. Demi bisa menjalin hubungan dengan Marie, aku akan berusaha!

Membawa niat seperti itu aku menegakkan tubuhku dan berdiri di hadapan Ten Zhou.

Ten Zhou sedikit mengangkatkan alisnya lalu menatapku sekilas dan berkata: "Peraturannya sangat sederharna, jika menghajar lawan hingga ia tidak bisa bangkit itu baru dinyatakan menang. Tentu kalau tidak tahan, boleh memilih untuk menyerah!"

Aku mengangguk kepalaku lalu berkata: "Aku mengerti!"

Ten Zhou tertawa lalu berkata: "Apakah kamu siap?"

Mendengar sampai sini aku segera mengaturkan pikiran hatiku, lalu berkata dengan serius terhadap Ten Zhou: "Aku sudah siap!"

Ten Zhou langsung berteriak: "Kalau begitu, mari mulai!"

Setelah itu Ten Zhou seperti angin topan, ia dengan cepat menghampiriku. Di saat aku ingin fokus, kakinya sudah menendang pinggangku.

Meskipun aku sudah melakukan persiapan tapi aku tidak tahu harus bagaimana membalasnya, tidak siap untuk menghindar dan badanku dihantam olehnya, terjatuh ke pinggir panggung.

Sejak Ten Zhou mulai menyerang hingga aku terjatuh ke lantai, itu hanya terjadi dalam beberapa detik dan itu sungguh cepat dan kasar, sungguh menakjubkan. Aku tahu Ten Zhou sangat jago tapi tidak tahu ia bisa sejago itu. Mendadak aku merasa diriku seperti disetrum, seluruh tubuhku terasa kaku, hatiku terasa sesak, dan tubuhku benar-benar terasa lemas.

Awal mula arena tinju yang terasa ramai mendadak menjadi hening, orang-orang di luar yang dilarang untuk bersuara, saking heningnya membuat orang susah bernapas, dan setelah itu mereka berteriak dengan heboh. Suasana menjadi memanas, atap bangunan arena tinju terdengar berbagai suara yang mengejutkan: "Luar biasa, KO!"

"Astaga, aku mengira bisa bertahan dua menit ternyata tidak!"

"Benar, ini terlalu cepat. Kemampuan mereka sangat jauh, Chandra ini lemah sekali!"

Tidak, Ten Zhou sangat jago. Ia sangat ahli dalam bela diri, ia adalah idolaku!"

"Idola, idola!"

Semua orang merasa sangat kagum terhadap Ten Zhou, pujiannya terhadap Ten Zhou terus-menerus mendatang. Tapi Ten Zhou tidak merasa senang, ia justru kecewa karena aku langsung terjatuh, dan ia terlihat sangat kecewa lalu berkata dengan nada sinis: "Chandra, kamu lemah sekali. Kemampuanmu hanya begini dan masih berani melawanku, kamu sungguh tidak menyadari kemampuanmu sendiri!"

Mendengar apa yang telah dikatakan oleh Ten Zhou, semua orang ikut bersorak dan mengatakan aku sungguh lemah, membuat mereka mengharapkan hal yang tidak akan terjadi. Acara ini baru mulai tapi sudah berakhir, sungguh tidak asik.

Mendengar komentar buruk tentangku, dengan secara perlahan aku bangkit dari lantai, lalu aku melepaskan baju atasanku ke panggung. Di saat semua orang merasa terkejut, aku menggunakan nada dingin meneriaki Ten Zhou: "Ayo ulang!"

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu