Wahai Hati - Bab 8 Musuhku(2)
Tampaknya, daya tarik Olive benar-benar hebat, Gunawan ingin bertarung denganku sampai mati, dan aku tidak punya cara lain untuk meresponnya, aku hanya bisa dengan dengan menderita berkata: “Aku benar-benar tidak bisa mengajaknya keluar!”
Ketika Gunawan mendengar ini, matanya memerah, Kali ini, dia benar-benar kesal denganku, dia mengertakkan gigi dan berkata: “Bangsat, mau cari mati!” sambil berkata, dia langsung menginjak perutku dengan kakinya.
Tiba-tiba, air asam di perutku keluar, dan bola mata hitamku pun naik keatas, perasaan menyakitkan itu, benar-benar merobekku. Pada saat ini, Gunawan membungkuk lagi, menepuk wajahku, dan berkata dengan suara yang kejam: “Aku akan memberimu kesempatan untuk terakhir kali, jika kamu tidak setuju, aku akan menghabisimu!”
Beberapa kata terakhirnya, Gunawan berteriak dengan menggertakan giginya, sekarang dia benar-benar menganggap dirinya sebagai tuan kaisar, tidak ada yang tidak berbakti kepadanya, tetapi aku selalu menentangnya, dan telah merusak martabatnya, dia tidak sabaran denganku. Bersamaan dengan itu, aku tidak tahan dengan orang aneh ini, dia pikir dia siapa, dia menganggap aku siapa, kenapa aku harus membiarkannya menghajarku di sini, kemarahan di tubuhku terbakar, aku mengepalkan tangan, aku tidak tahan, aku tidak perlu menahannya lagi!
Tepat ketika aku ingin menghajar Gunawan, suara keras tiba-tiba terdengar: “Berhenti!”
Ini adalah suara wanita yang familiar, seperti biasa, ia memiliki kekuatan menghantui yang mendalam, Gunawan segera dihentikan, dia dengan cepat menjauhi kakinya yang bau menjauh darinya. Aku juga membuka kepalan tanganku, dan melihat kearah orang yang datang menghampirinya.
Di bawah sinar matahari, Olive mengenakan gaun hijau panjang, berjalan ke arahku dengan tergesa-gesa.
Di mana pun, Olive selalu menjadi pusat perhatian, awalnya tidak banyak orang di lapangan basket, tetapi karena penampilannya, lapangan basket dipenuhi oleh orang.
Begitu Olive datang, dia mencela Gunawan atas perbuatannya: “Gunawan, beraninya kau bertarung di depan umum di sekolah dan membully teman-teman sekelasmu, aku akan melapor kesekolah dan mengingat kesalahan besarmu!”
Olive menjadi marah dan berbicara dengan suara yang sangat galak, namun, Gunawan tidak takut sama sekali, dia dengan tenang berkata kepada Olive: "Nona Olive, kamu salah paham, aku tidak berkelahi, anak ini, dia berkata bahwa tulangnya gatal, menyuruh kakak untuk melonggarkannya tulangnya, jika tidak percaya kamu tanyakan saja kepadanya!”
Setelah berbicara, Gunawan membangkitkanku dari tanah, dan kemudian dia menarikku dan berkata: “Chandra, katakan padanya, kalau yang kukatakan benar?”
Pada saat ini aku sangat tersipi, tubuhku kotor dan berantakan, mulutku berdarah, tidak perlu dikatakan, orang bodoh dapat melihat bahwa aku sedang dibully, dan Gunawan bertindak sembrono dan tidak peduli siapa pun, ketika dia bertanya padaku, dia memancarkan aura pembunuh di matanya, yang merupakan ancaman bagiku. Tentu saja, Olive juga melihat ancaman Gunawan, Olive dengan segera berkata kepadaku dengan serius: “Chandra, jangan takut padanya, jika kamu ingin mengatakan sesuatu, katakana, aku akan mempertimbangkan untukmu!”
Tidak tahu kenapa, melihat kebaikan Olive, aku pikir itu berbahaya, aku tidak suka penampilan munafiknya, aku tidak membutuhkannya untuk membuat pertimbangan untukku, aku tidak ingin menyinggung perasaan Gunawan sepenuhnya. Jika Olive tidak datang ke sini dengan segera, aku mungkin akan bertarung dengan Gunawan terlepas dari konsekuensinya, tapi sekarang Olive telah datang, masalah dianggap berakhir, jadi aku tidak perlu terus membuat keributan, aku hanya berharap untuk menyelesaikan hal ini dengan cepat dan menyingkirkan Gunawan dan Olive sepenuhnya. Jadi di depan seluruh orang, aku menjelaskan: “Kak Gunawan benar, aku meminta bantuan kepadanya, mereka tidak memukuliku!”
Jawabanku, membuat Gunawan dan temannya sangat puas, mereka semua menunjukkan senyum puas, melihat mataku menjadi lebih hina. Bahkan kerumunan di sekitarku merendahkanku sepenuhnya, satu per satu mencibirku. Jelas, semua orang tahu bahwa aku adalah seorang pengecut, mereka semua berpikir bahwa saya pengecut tanpa harapan, jelas-jelas dipukuli tapi tidak berani mengakuinya.
Ketika Olive melihatku seperti ini, ada kilasan kekecewaan di matanya, tapi dia masih berkata kepadaku: “Chandra, apakah kamu terancam, percayalah, aku akan ...”
Aku melambaikan tangan dan menyela perkataan Olive: “Beneran tidak ada, kamu tidak perlu ikut campur dalam masalah ini.”
Selesai berbicara, aku juga tidak melihat Olive lagi, langsung melangkah, dengan badan lemas pergi.
Orang-orang di sekitar masih menunjuk ke arahku, banyak orang tidak bisa menahan sindirannya, mengatakan bahwa belum bertemu orang sepengecut itu, dan itu layak dipukuli!
Pada saat aku diejek, aku sulit untuk melangkah. Pada saat ini, seluruh tubuhku sangat sakit, tetapi yang paling sakit adalah hatiku, rasa malu di depanku seolah-olah menyuruhku kembali ke awal, awalnya aku selalu dihina dan diejek. Aku berpikir bahwa aku telah sepenuhnya menyingkirkan masa lalu dan berpikir bahwa aku telah pergi ke kehidupan baru di dunia baru ini, namun, karena Olive, aku menderita rasa hina itu lagi, aku benar-benar membencinya.
Matahari masih bersinar, langit begitu biru, tapi aku terlihat sangat muram, aku mencoba yang terbaik untuk mempercepat langkahku, dan keringat terus-menerus merembes dari wajahku, aku sangat malu, tetapi aku masih bersikeras untuk martabatku, dan mencoba untuk keluar dari pandangan sekelompok orang ini dengan cepat.
Akhirnya, aku berjalan keluar dari lapangan basket dan keluar dari pandangan mereka. Saat ini, di hatiku tiba-tiba ada suara yang keras berteriak: Masalah seperti ini, tidak akan pernah ada yang kedua kalinya!!!
Dengan amarah yang tak terbatas, aku mengepalkan tangan dan melanjutkan berjalan. Setelah berjalan sebentar, Olive tiba-tiba mengejarku dan menghalangi jalanku, dia berdiri di depanku dan mengerutkan kening padaku dan berkata: “Chandra, mengapa kamu masih seperti ini, tidak ada berubah sama sekali, kamu sangat tunduk, orang lain akan naik di kepala kamu dan membully kamu sepanjang waktu, kamu harus berani, Gunawan tidak menakutkan seperti yang dipikirkan, Jika kamu ingin mengatakan sesuatu, katakan saja kepadaku dan aku akan membantumu!”
Aku melihat wanita cantik ini dengan mata dingin. Wanita ini, yang biasa membullyku, berdiri di sini hari ini untuk mengajari aku bagaimana melawan, ini lelucon yang sangat lucu. Dia mungkin baik, tetapi dia tidak tahu, aku sudah memiliki keberanian sejak awal, aku telah belajar untuk melawan, hidupku awalnya damai, masalah hari ini dibawa olehnya. Jika dia tidak ikut campur di kantin, Gunawan tidak akan menatapku, dia tidak sengaja pergi untuk memperbaiki Gunawan, Gunawan tidak akan mencariku, jika dia tidak menyinggung Gunawan, Gunawan tidak akan biarkan aku mengajaknya kencan, aku dipukuli dan dihina hari ini, semua karena dia! Wanita ini benar-benar pembawa petaka bagiku!
Aku tidak tahu betapa lelahnya hatiku, tapi aku masih menatapnya, setelah waktu yang lama, aku perlahan membuka mulut dan berkata dengan tenang: “Baik, aku benar-benar memiliki urusan yang harus kamu bantu!”
Begitu Olive mendengar ini, dia langsung berkata: “apa yang kamu ingin aku lakukan?”
Aku menggertakan gigiku dan berkata kepadanya kata demi kata: “Aku harap kamu jauh dariku mulai dari sekarang, semakin kamu jauh, semakin baik, jangan mendekatiku lagi, tolong!”
Selesai mengucapkan beberapa kata, aku melewati Olive, melangkah pergi!
Novel Terkait
Pengantin Baruku
FebiBeautiful Lady
ElsaMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaLove In Sunset
ElinaPrecious Moment
Louise LeeWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)