Wahai Hati - Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah

Sikap Marie terlihat angkuh dan suka bertindak bebas, ia selalu bertindak dengan caranya sendiri, berbicara apa yang inginkan, tidak pernah berpura-pura, dan tidak menggunakan kekuasaanya merendahkan orang lain. Dulu ia hanya malas meladeni masalah Mike dan Olive, semua masalah tidak ada hubungan dengannya. Tapi sekarang ia bisa berantem dengan mereka, semuanya karenaku.

Tidak ada seorang pun di matanya, hanya ada aku. Karena harga diriku bahkan ia rela berciuman denganku, tidak merasa ragu menyatakan perasaannya terhadapku, dan tidak merasa ragu melawan Mike dan Olive. Ia hanya ingin orang lain tahu bahwa punya pacar sepertiku ini membuatnya bangga. Ia selalu percaya emas akan selalu bersinar, terakhir ia juga membalas ucapan Olive dengan sinis, mengucapkan apa yang ingin ia nyampaikan. Setelah itu ia pergi denganku.

Tapi belum menunggu kami melangkah lebih jauh, kita sudah dihadang oleh bawahan Mike. Melihat aku dan Marie berontak, aku yakin ia tidak akan melepaskan kami semudah itu.

Marie terlihat tidak takut dengan mereka, ia langsung meneriaki dengan nada dinginnya: “Awas!”

Marie memang tidak takut dengan apapun. Seluruh tubuhnya memancarkan kekuatan yang berani. Tapi sekuatnya Marie, ia hanyalah wanita. Ia tidak akan bisa menakuti bawahan Mike dengan mudah.

Di saat itu Mike muncul, ia pasti tidak senang terhadap Marie, tapi ia juga tidak ingin melawan Marie di tempat seperti ini. Banyak pria melawan satu wanita terlihat sangat tidak baik, jadi Mike berkata terhadap Marie dengan baik: “Marie, aku tidak peduli hubungan kamu dengan Chandra. Kalau memang benar kalian pacaran, kamu ingin membelanya dan seharusnya kamu tidak pantas tidak menghormatiku di depan umum. Hari ini adalah acara yang meriah, aku tidak ingin masalh denganmu. Tapi aku harap kamu tidak akan melakukan hal seperti ini lagi!”

Mike berucap dengan tegas terhadap bawahannya: “Biarlah mereka pergi!”

Ucapan Mike tampak terlihat ia adalah pihak yang benar, sedangkan Marie adalah pihak yang paling bersalah. Ia berbaik hati jadi tidak mencari masalah dengannya.

Marie sangat benci sikap Mike yang suka membalikkan fakta. Ia sangat marah saat selesai mendengar ucapan Mike. Saat hendaknya ia ingin membalas ucapan Mike, aku pun langsung menarik lengannya.

Sekarang aku hanya memiliki satu pikiran yaitu segera meninggalkan tempat ini. Aku tidak ingin memgumbar perbuatan jahat Mike, biarlah Olive menyukai pria seperti itu, aku tidak akan menegurnya lagi. Aku hanya tidak ingin Marie rugi, ia terus-menerus berantem dengan Mike tidak ada baik untuknya. Jadi aku berharap ia bisa berhenti sekarang juga.

Marie mengerti maksudku, ia pun langsung meredakan emosinya. Ia mengikutiku melewati kerumunan orang dan meninggalkan tempat ini.

Saat ini tidak perlu kutebak lagi bagaimana ekspresi Mike, walaupun ia terlihat biasa saja, namun dalam lubuk hati ia pasti merasa sangat kesal. Aku tidak ingin menebak bahkan memikir bagaimana ekspresi Olive. Sedangkan orang-orang yang melihat adegan seperti ini, aku juga malas memikirkannya.

Aku sangat mengantuk, tubuhku terasa remuk. Tapi dalam lubuk hati ada perasaan hangat yang tidak bisa kujelaskan. Aku tidak memikirkan apapun, hanya terus menikmati perasaan ini. Kami bergandengan tangan melewati lingkungan sekolah dan menuju ke luar lingkungan sekolah.

Ada klinik kecil yang dekat dengan luar lingkungan sekolah, dan aku meminta dokter untuk perbankan lukaku. Marie melihat lukaku berdarah, ia merasa sedih dan panik. Ia mengkerutkan dahinya berkata: “Kenapa lukamu? Apakah mereka melakukan sesuatu terhadapmu? Mengapa kamu tidak bilang kepadaku? Kalau begitu, aku tidak akan melepaskan mereka dengan semudah itu!”

Aku tersenyum tipis lalu berujar pelan: “Tidak apa-apa!”

Marie semakin mengkerutkan dahinya, ia sangat sedih tapi ia juga tahu aku tidak ingin memperbesarkan masalah, jadi ia juga tidak berkata apapun lagi terhadapku.

Setelah selesai mengurus lukaku, kami pun pergi dari klinik kecil itu. Saat kami terus berjalan dan datanglah di sebuah jalan kecil yang sepi, kami baru menghentikan langkahan kaki kami.

Melepas dari suasana berisik dan melepaskan pandangan orang lain, aku dan Marie berubah menjadi sedikit canggung dan tidak nyaman, Kami seperti ini, hanya terus diam tanpa berkata apapun.

Sinar matahari yang hangat dan angin yang bersepoi-sepoi membuat suasana menjadi lebih baik. Aku tenggelam dalam suasana tenang seperti ini. Memikir cukup lama, aku baru melontarkan pertanyaanku: “Marie, tentang perasaanmu itu, apakah benar?”

Mendengar pertanyaanku, ia sedikit mengangkat alisnya lalu bertanya balik: “Apakah kamu merasa aku bohong?”

Hatiku sedikit mencelos, tapi hatiku juga menimbul perasaan gembira dan semangat.

Sebenarnya aku bisa merasakan bahwa Marie tidaklah bohong. Ia memang menyukaiku, oleh karena itu ia membuat banyak hal demiku, tatapannya juga sangat tulus. Terutama ciumannya yang membawa perasaan dan membawa keinginan yang sangat besar. Tapi hingga sekarang pun aku tetap tidak percaya bahwa ia begitu menyukaiku, kami bahkan baru kenalan dalam jangka waktu pendek. Awal mula ia masih sangat membenciku, apakah karena aku pernah menolonginya jadi ia menyukaiku sekarang?

Semua yang terjadi terlihat seperti mimpi, rasanya tidak nyata. Tidak bisa menahannya, aku pun langsung bertanya ke Marie: “Mengapa kamu bisa suka aku?”

Aku bertanya secara langsung, Marie juga tidak merasa malu. Terbaliknya saat Marie mendengar pertanyaan ini, raut wajahnya berubah mejadi serius. Ia sedikit memicingkan matanya menatap matahari yang berada di langit, lalu ia berkata terhadapku: “Sebenarnya aku juga tidak paham, walaupun aku berpakaian lebih terbuka tapi pikiranku jauh lebih tertutup. Aku memiliki standar sangat tinggi saat berkencan dengan seseorang, seperti Mike aku bahkan tidak akan meliriknya. Tapi entah kenapa aku tidak bisa melupakanmu, mungkin karena malam itu kamu rela menolongku. Malam itu kamu benar-benar membuatku terkejut, aku melihat keberanianmu di saat kamu melawan mereka, kamu tetap tenang meskipun ditusuk pisau. Aku merasa di masa yang akan mendatang kamu akan menjadi orang yang luar biasa, aku bahkan tidak menyadari bahwa aku mulai tertarik denganmu, bahkan rasa tertarik ini berubah menjadi cinta!”

Marie berujar dengan pelan, tapi aku memang bisa merasakan bahwa ia benar-benar tulus denganku. Sekarang aku percaya bahwa Marie menyukaiku, tapi aku semakin merasa tidak percaya diri karena itu. Aku menggunakan nada lebih rendah bertanya kepadanya: “Aku tidak sebaik yang kamu pikirkan!”

Mendengar sampai sini, Marie terkekeh pelan lalu ia menjawab pertanyaanku dengan jujur: “Aku bilang ada pasti ada. Mungkin kamu belum menyadari kebaikanmu, kamu adalah pemberani tapi kamu berusaha menutupinya. Aku percaya suatu saat kamu akan bersinar jika kamu tidak berusaha menutupinya lagi. Aku melihat seseorang bukan dari sekarang, tapi dari masa depannya!”

Mendengar ucapan Marie membuatku merasa percaya diri. Sejujurnya bisa disukai oleh Marie adalah berkah bagiku dan bisa dipuji olehnya aku juga merasa dihormati. Tapi aku tidak percaya diri, aku takut ia bisa kecewa. Aku takut ia hanya menyukai diriku seperti apa yang ia pikirkan. Tidak ada satu orang pun yang tahu diriku yang sebenarnya.

Saat ini hatiku menjadi kacau, seperti ada dua orang kecil yang tengah berantem di hatiku dan tidak bisa dilerai. Saat di sekolah aku dicium oleh Marie sebenarnya aku sudah menerima pernyataan cintanya. Karena di saat itu aku bisa merasakan apa yang Namanya cinta, dan aku benar-benar tersentuh karena Marie.

Di saat aku sudah benar-benar menenangkan hatiku, aku menyadari bahwa dua orang pacaran tidaklah semudah itu, semua ini terlihat sedikit terburu-buru. Aku bahkan belum siap pacaran. Hubunganku dan Marie tidak terlihat terburu-buru, kah? Apakah aku bisa memberi kebahagiaan kepadanya? Apakah aku bisa memberi janji kepadanya?

Aku tidak tahu, aku hanya merasa pikiranku kacau. Memikir cukup lama, akhirnya aku berkata: “Kamu tahu aku tidak pernah pacaran bahkan tidak mengerti. Aku bahkan belum siap pacaran!”

Aku tahu ucapanku menyakiti perasaannya, namun mau tidak mau aku harus memberi tahunya. Aku tidak terus-menerus membohongi Marie, aku hanya bisa memberi tahu pikiranku yang sebenarnya. Aku jujur kepadanya karena ia pantas.

Marie mendengar kata-kataku tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Terbaliknya ia menjawab pertanyaanku dengan santai: “Tidak apa-apa, Chandra. Kamu jangan merasa keberatan karena aku menyatakan perasaan kepadamu di depan umum, aku melakukan hal tersebut hanya ingin membantumu. Aku juga ingin memberi tahu Mike bahwa kamu adalah milikku, setidaknya membuat ia merasa takut. Jadi Chandra, tidak apa-apa jika kamu tidak ingin pacarana denganku. Kita bisa menjadi sepasang kekasih palsu, seusaha mungkin kamu tidak terganggu saat di sekolah!”

Mendadak hatiku menghangat, tapi aku juga merasa bersalah. Kalau Marie memarahiku mungkin saja hatiku merasa lebih baik, tapi ia tidak menyalahiku bahkan selalu memikirkanku. Meskipun dirinya sedih juga tidak menunjukkannya, ia hanya berharap aku tidak ada beban dan ia rela memberikanku semuanya tanpa merasa menyesal.

Bagaimana aku tidak tersentuh dengan sikap Marie? Tapi bagaimana aku bisa menerima Marie yang begitu baik terhadapku?

Terdiam cukup lama, aku dengan nada serak bertanya: “Apakah ini adil bagimu? Bagaimana kamu akan mencari pacar baru setelah itu?”

Ini juga kekhawatiran terbesarku, kalau kami menjalani hubungan palsu aku tidak akan merasa rugi. Karena aku memang tidak ada niat untuk pacaran dan di sekolah ada Marie yang melindungiku, hidupku akan menjadi lebih tentram. Tapi ini tidak adil bagi Marie karena ia akan menerima banyak pandangan buruk dari orang lain, reputasinya juga akan hancur dan ia tidak akan mencari kekasih baru lagi. Aku tidak boleh egois, tidak boleh karena diriku malah menghancurkannya.

Tapi Marie menjawabnya dengan santai: “Tidak masalah, aku memang tidak ada niat mencari pacar di sekolah!”

Marie langsung membalikkan badannya dan pergi setelah ia selesai berujar.

Punggungnya terlihat begitu menyedihkan dan kesepian, aku tahu hatinya terluka. Tapi ia yang begitu kuat dan bangga tentu saja tidak akan menunjukkannya. Ia tidak ingin aku melihat sisi rapuhnya.

Marie, bidadari yang begitu bersinar bahkan ia rela menyatakan perasaan terhadapku. Bahkan ia berani menciumku di depan umum, tapi aku malah menolaknya. Mau sekuat apapun hatinya, ia tidak akan bisa menerimanya.

Hatiku serasa ditusuk, rasanya sakit banget. Sebenarnya apa yang sedang aku mikirkan? Aku menyukai rasanya pacaran, aku juga menyukai Marie saat bersamaku. Tapi mengapa aku menolaknya? Hak dari mana aku menolaknya?

Apakah karena Olive? Tidak mungkin, aku sudah tidak menyukai Olive, aku tidak akan melakukan hal jahat demi ia lagi.

Apakah aku merasa aku tidak percaya diri? Sebenarnya tidak, aku adalah keturunan orang kaya. Aku memiliki kekayaan, paras wajah tampan, dan tinggi. Aku juga sangat pintar dan berani, apa yang membaut diriku merasa tidak percaya diri? Mengapa aku harus takut diriku tidak sebanding dengan Marie? Bahkan ia saja percaya denganku, hak dari mana aku tidak boleh mempercayai diriku sendiri?

Mungkin karena pikiranku terlalu simple hanya ingin belajar dengan giat di kampus, tidak ingin dengan mudahnya menjalin suatu hubungan. Tapi Fetrin berkata bahwa kuliah adalah dunia yang bebas dan bukan hanya untuk belajar. Setidaknya harus membuat kehidupan kita menjadi lebih berwarna.

Atau mungkin pikiranku terhadap pacaran terlalu kuno? Harus menunggu dua orang menjadi lebih dekat baru mulai menjalin suatu hubungan?

Alasan macam apa ini? Aku terlalu egois karena selalu memikirkan diriku sendiri. Apakah aku pernah memikirkan Marie? Ia sudah melakukan banyak hal untukku, aku tidak boleh menyakiti hatinya lagi. Aku tidak boleh menyakitinya karena aku merasa ragu.

Memikir sampai sini aku langsung memanggil Marie yang tengah membelakangiku: “Tunggu!”

Badan Marie mematung, perlahan ia membalikkan badannya dan menatapku lalu berkata: “Ada apa?”

Aku menyadari kalau kedua netra Marie merah. Orang bangga sepertinya benar-benar sedih.

Melihat ia seperti itu, hatiku terasa sakit. Aku pun langsung lari dan menghampiri Marie.

Saat Marie belum menyadari apa yang terjadi, aku sudah membawanya menuju ke dekapanku. Marie mematung saat aku menyentuh bibirnya dengan kasar dan menciumnya dengan sepenuh hati.

Aku tidak ahli dalam berciuman, aku hanya terus menghisap bibirnya dengan asal dan menikmatinya. Sedangkan Marie terus mematung dan membiarkanku menciumnya.

Terakhir kedua pipi Marie merona merah karena aku menciumnya. Akhirnya aku melepaskan ciuman kami secara sepihak, lalu netraku menatapya dengan penuh kasih sayang dan berkata: “Marie, mari kita bersama? Aku akan membuktikan kepada semua orang kalau pilihanmu tidak salah!”

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu