Wahai Hati - Bab 42 Mike Berlutut

Mike tiba-tiba menerima tamparan dari Olive, sehingga ia menjadi tercengang, bahkan senyuman yang terpasang di wajahnya juga menjadi kaku. Ia sungguh tidak mengerti apa yang terjadi. Detik sebelumnya, ia dengan senang datang ke tempat dimana mereka janji untuk bertemu. Ia kira ia menunggu malam yang penuh dengan kemesuman, bahkan ia juga membawa kondom. Tapi siapa sangka baru saja ia tiba, lalu ia mendapat tamparan dan omelan dari Olive, bagaimana Mike bisa menerimanya. Ia memegang wajahnya dan bertanya, “Apa maksudmu, Olive?”

Olive menatap Mike dengan berkaca-kaca sambil berkata, “Apakah kamu masih ingin berpura-pura denganku? Aku telah mengetahui semuanya. Apa yang dikatakan Chandra hari itu benar. Kamu memanglah orang yang licik. Kamu sungguh tidak tahu malu, Mike. Anggap saja aku buta, percaya dengan bajingan yang seperti dirimu!”

Mike tercengang setelah mendengar ucapan Olive, tapi ia masih berusaha tenang dan berpura-pura bodoh kepada Olive. “Apa maksmudmu kali ini? Apakah kamu mendengar rumor lagi? Rumor tidak boleh mudah dipercaya, kamu jangan mau ditipu orang. Aku sungguh cinta kepadamu!”

Olive tidak tahan ingin mual melihat akting Mike. Ia sudah malas membuka mulut dan langsung mengangkat tangannya, bersiap untuk memberi tamparan lagi untuk Mike. Tapi kali ini Mike sudah berwaspada, bagaimana mungkin iadiam begitu saja. Ia dengan cepat menangkap tangan Olive dan serius berkata, “Cukup, Olive! Apa tidak ada masalah yang bisa dikatakan dengan baik-baik?”

Olive berusaha membebaskan dirinya dari Mike. Ia berkata dengan jijik. “Aku tidak ada apapun yang bisa dibicarakan denganmu. Jijik!”

Mike tidak terima dan lanjut berkata, “Olive, apa yang terjadi sebenarnya? Mengapa kamu tiba-tiba seperti ini?”

Tanpa menunggu Olive menjawabnya, aku keluar dari kegelapan pelan-pelan. Aku berkata sambil berjalan mendekati mereka. “Karena ia telah mengetahui dirimu yang sebenarnya!”

Raut wajah Mike berubah setelah melihat diriku yang berpakaian hitam. Dirinya tidak bisa tenang lagi dan dengan kesal berkata, “Ternyata kamu!”

Saat ini, tangan Mike telah memegang teleponnya erat. Reaksinya terhitung sangat cepat, tapi kecepatanku lebih cepat darinya. Detik dimana ia mengeluarkan teleponnya, aku langsung berlari kearahnya dan merebuat telepon di tangannya, lalu kulempar kasar ke lantai.

Seketika telepon Mike hancur. Aku berkata kepadanya dengan cuek, “Ingin mencari bantuan?”

Mike baru menyadari dirinya terjebak. Matanya memerah dan berkata kepada Olive dengan kesal. “Kamu... menjual diriku?”

Olive tanpa ragu berkata, “Aku tidak sepertimu, begitu tidak tahu malu. Mike, awalnya aku ingin membuatmu berbaikan dengan Chandra, tapi siapa sangka kalau kamu begitu licik dan palsu. Kamu mati pun, juga tidak berhubungan denganku!”

Olive langsung jalan ke samping setelah mengatakan itu kepada Mike. Ini menunjukkan sikapnya, bahwa ia tidak akan mengurus masalah ini lagi. Mike ini tidak berhak ditolong olehnya.

Mike mengira dirinya masih ada kesempatan setelah mendengar ucapan Olive. Ia langsung berkata, “Olive, semua ini salah paham. Kamu jangan mau ditipu olehnya. Chandra ini memang sudah gila, setiap hari hanya bisa melakukan hal-hal seperti ini!”

Aku hanya bisa tertawa mendengar ucapan Mike. Lihat wajahnya yang tak bersalah, aku tidak tahan ingin menyindir. “Sudahlah, Mike. Kamu tidak perlu lanjut mengelak, Olive telah mengetahui yang sebenarnya. Sahabat terbaikmu alias Gunawan yang mengatakannya!”

Mike langsung tercengang. Ia tidak sangka kalau Gunawan juga mengkhianatinya. Tapi adegan yang berada di matanya, juga telah membuktikan kebenaran masalah ini. Ia merencanakan semuanya begitu baik, tetapi tidak menyangka adanya hal ini. Akhirnya ia masih kurang teliti. Ia mengira dirinya telah mengontrol Gunawan dengan baik, makin mengira Olive akan percaya kepadanya. Jadi ajakan Olive malam ini, ia langsung buru-buru datang. Bagaimana mungkin ia terpikir kalau ia terjatuh ke dalam jebakanku.

Tiba-tiba Mike merasa sangat ketakutan yang tak berdaya. Hatinya tidak tahan bergetar, tapi ia masih menahan rasa ketakutan ini, menahan ketenangan ini. Setelah berpikir lama kemudian, ia baru membuka mulutnya. “Chandra, apa yang ingin kamu lakukan? Aku cukup baik tidak menyerang denganmu. Apakah kamu ingin mencari masalah denganku?”

Mike memang adalah orang yang licik, mengancam diriku sambil berpura-pura. Ia masih berani bilang tidak menyerangku. Aku sungguh ingin tertawa. Aku sama sekali tidak ingin menghabiskan waktu dengannya. Setelah ia selesai berkata, aku langsung maju dan memegang tangan kirinya yang terluka dengan erat.

Mike seketika berteriak dengan sakit, aku tidak peduli kepadanya, hanya terus menarik tangan terus berjalan. Mike memang tidak hebat dalam bertengkar, apalagi tangan kiri juga belum pulih. Kemampuannya bertengkar sama sekali tidak ada. Aku memegang bagian lukanya, sehingga ia tidak bisa memberontak dan sambil berteriak untuk menyuruhku melepaskan tanganku.

Tanpa berpikir banyak, aku langsung menariknya ke gang kecil di samping, baru melepaskan tangannya.

Mike kesakitan hingga wajahnya memburuk, bahkan tangan kirinya juga lagi bergetar. Ia dengan kesal berteriak, “Chandra, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Kamu akan berakhir buruk di tanganku!”

Aku sama sekali tidak peduli ancamannya, hanya melihat wajah kemarahan mereka dengan puas. Kurasa Tuan muda ini sama sekali tidak pernah menerima kesulitan. Ia sudah mau menggila, saat disiksa olehku. Tapi Mike semakin marah, aku semakin senang. Tentu aku tidak hanya ingin melihat ia marah, aku juga ingin membuat anak sombong ini patuh kepadaku.

Oleh karena itu, aku langsung memerintahnya. “Berlutut!”

Mike masih saja kesakitan dan marah. Ia sepertinya kurang mengerti setelah mendengar ucapanku. Ia dengan kesal berkata, “Apa yang kamu katakan?”

Aku menatapnya cuek dan berkata, “Aku menyuruhmu untuk berlutut!”

Mike melototi matanya dan berkata dengan tak percaya. “Chandra, kamu sudah gila ya? Kamu mau aku berlutut?”

Mungkin tidak ada kata ‘berlutut’ dalam kamus kehidupan Mike. Ia juga tidak pernah sangka bahwa dirinya akan berlutu kepada siapapun. Ia selalu menganggap dirinya seperti Kaisar. Ia sudah merasa pasti bahwa orang lain harus mematuhinya ataupun berlutut kepadanya. Tapi kalau mau ia patuh kepada orang lain, itu sama sekali tidak mungkin, apalagi berlutut! Ia seperti mendengar lawakan terlucu di dunia setelah mendengar ucapanku!

Aku tidak banyak berkata dan langsung mengeluarkan pisau lipatku, lalu aku menggores langsung kearah Mike.

Seketika adanya goresan di dada Mike, darahnya bercucuran dan memerahkan baju Mike.

Goresanku ini sangatlah cepat, hingga Mike tidak bereaksi. Saat ini, aku berkata lagi dengan nada dingin. “Berlutut!”

Mike menyentuh dadanya terlebih dahulu, lalu ia baru sadar. Ia berteriak sakit sambil berteriak kepadaku. “Aku akan membunuhmu!”

Ia masih ingin bertarung denganku.

Aku tidak sungkan dan menyerangnya lagi, lalu memberi sebuah goresan di dada Mike lagi.

Lagi-lagi goresan pisau itu terdapat di tubuh Mike. Goresan kali ini terlihat sangat dalam dan darah yang bercucuran semakin banyak. Mike langsung berteriak dengan sakit.

Aku lanjut berkata dengan cuek. “Berlutut!”

Mike akhirnya menyadari bahwa aku menggila, sungguh menggila. Ia mulai ketakutan. Ia berlangkah mundur sambil berteriak sakit denganku. “Chandra, seharusnya kamu mengetahui statusku. Kamu tidak akan berakhir baik jika berani melukaiku!”

Mike masih saja mengancamku, hanya saja ia tidak terlihat semakin berani, bahkan suaranya bergetar.

Tatapanku mendingin lagi dan memberikan sebuah goresan lagi kepadanya. Suara teriak Mike semakin kencang.

Aku tidak peduli lagi, terus menggores Mike dengan asal dan tidak berhenti, dengan kejam dan tanpa berhati lagi.

Awalnya Mike masih bisa menghindar sambil mengancamku dan hingga belakang, ia kesakitan hingga sama sekali tidak bisa mengeluarkan suara. Ia sudah mundur hingga ujung dinding dan tidak ada jalan lain lagi. Tubuhnya juga ada banyak goresan pisau, sehingga tidak baik untuk dilihat.

Setiap goresan yang kuberikan kepadanya, aku hanya mengatakan satu kata kepadanya. “Berlutut!”

Kalau Mike tidak mematuhiku, aku akan terus lanjut menggoresnya.

Sisi lain, awalnya Olive sedang tenggelam dalam perasaannya. Ia sedang berpikir pengalamannya selama ini. Ia tahu aku akan membalas dendam kepada Mike, tapi ia tidak ingin menentangku. Sekarang ia mendengar suara teriakan Mike yang semakin kencang dan akhirnya ia tersadar kembali. Ia takut aku akan menyebabkan masalah yang besar dan segera berlari ke dalam gang.

Olive tercengang melihat situasi ini. Ia hampir saja berteriak, karena saat ini Mike telah berdarah banyak. Seluruh tubuhnya terpenuh oleh goresan pisau dan darah yang masih bercucuran. Adegan ini lebih menyeramkan dari hukuman penyiksaan kematian di jaman lalu.

Tubuh Olive bergetar kencang, bahkan otaknya juga meledak. Bagaimana ia bisa berpikir bahwa Chandra dulu yang sering dihina, juga bisa berubah menjadi seperti ini. Bukanlah manusia yang melakukan hal ini, bahkan ini lebih menakutkan dari setan. Meskipun dendam mereka sangat berat, tetapi tidak seharusnya begitu kejam!

Detik ini, Olive pun curiga apakah lelaki berpakaian hitam ini masih merupakan Chandra yang ia kenal? Ia sungguh terkejut dan takut, tapi akal sehatnya masih mendorongnya untuk maju. Ia berlari ke pelukanku dan dengan panik berteriak, “Berhenti, Chandra! Ia akan mati kalau kamu lanjut seperti ini!”

Aku menoleh kepalaku dan melihat Olive berkata, “Tenang, ia tidak akan mati, hanya tersiksa karena tidak bisa mati!”

Ini merupakan pembalasan dendam dariku untuk Mike. Aku sudah memikirkan semua ini dengan baik. Aku ingin menyiksa Mike, tapi di saat yang sama, aku juga menanahn diri. Meskipun seranganku keja, tetapi tidak akan menyentuh bagian tubuh yang penting bagi dirinya. Kalau begini, meskipun ia terluka berat, tidak akan pernah mati. Aku hanya ingin ia tersiksa.

Aku kembali menyerang lagi kearah Mike yang bersandar lemah ke dinding setelah membalas Olive. Aku berkata dengan keras, “Berlutut! Dan minta maaf kepadaku!”

Suaraku seperti Iblis yang sedang berteriak. Aura kekejamanku memberat, begitupula dengan tatapan mataku. Olive yang berdiri disampingku, bahkan ketakutan hingga menahan suara teriakannya.

Sedangkan Mike, ia akhirnya juga takut. Ia tidak bisa bertahan lagi. Keberaniannya pelan-pelan terhapus dengan mendapat satu per satu goresanku. Ia merasakan ketakutan yang paling kuat dalam hidupnya. Rasa ketakutan ini telah merobek arwahnya, bahkan ia juga telah membuang harga diri yang penting baginya. Ia tidak berani menerima amarahku. Ia sudah sepenuhnya patuh kepadaku.

Seketika Mike yang lemas, melekuk lututnya dan berlutut kepadaku. Ia dengan lemas berkata, “Maaf, Chandra!”

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu