Wahai Hati - Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
Orang yang berpakaian hitam dari atas hingga bawah, tentunya adalah diriku. Demi menemukan Gunawan, aku sungguh menghabiskan banyak waktu dan berakhir menemukan hotel yang ia tinggal. Aku tunggu selama dua jam di kamar, akhinya Gunawan datang juga. Melihat ia melebarkan kedua tangannya di depan pintu, aku berkata, “Akhirnya kamu datang!”
Gunawan masih belum tersadar kembali. Ia sangat terkejut melihat diriku, bagai melihat setan. Ia sama sekali tidak sangka bahwa aku bisa muncul di kamarnya. Ia terdiam lama dan akhirnya tersadar kembali. Ia dengan kesal berkata, “Kamu lagi! Mengapa kamu muncul disini? Kemanakah Lily? Apa yang kamu lakukan kepadanya?”
Gunawan baru saja selesai berkata, lalu terdengar suara wanita dari toilet. “Kak Gunawan, aku berada di dalam!”
Gunawan langsung ke toilet setelah mendengar itu.
Wanita yang bernama Lily itu berada di toilet. Postur tubuhnya kecil dan memiliki kulit yang putih, merupakan wanita simpanan Gunawan. Gunawan cukup perhatian kepadanya, masuk ke toilet dan langsung bertanya, “Lily, apakah kamu baik-baik saja?”
Lily menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aku baik-baik saja. Ia yang mengambil teleponku dan mengurungku dalam toilet!”
Gunawan menepuk pelan punggungnya dengan penuh cinta dan berkata, “Tak apa-apa. Kamu keluar dulu. Aku berbicara dulu dengannya. Kita berdua kenal!”
Lily sangat mematuhinya dan segera keluar dari kamar.
Setelah Lily pergi dan menutup pintu kamar, Gunawa baru berjalan bersama denganku ke dekat jendela. Ia terus menatapku dan berkata dengan nada kesal, “Ada apa kamu mencariku lagi?”
Gunawan terlihat sekali tidak senang untuk bertemu denganku, atau bisa dikatakan, aku datang di waktu yang tidak tepat dan menganggu masalah baiknya.
Aku sama sekali tidak peduli Gunawan marah atau tidak dan langsung berkata dengan nada perintah. “Aku berharap kamu bisa kerja sama denganku, untuk membongkar Mike yang sebenarnya!”
Gunawan tidak langsung menjawabku, melainkan berbalik tanya. “Kamu Chandra kan?”
Mendengar pertanyaan Gunawan, aku sama sekali tidak merasa aneh. Kalau Mike telah mengetahui identitasku, maka bukanlah hal aneh jika Gunawan mengetahuinya. Aku juga tidak merasa hal ini bisa disembunyikan dari Gunawan. Aku berdandan seperti ini, karena aku merasa diriku lebih percaya diri dan berani dengan setelan ini. Dengan memakai setelan ini, aku bisa bebas melakukan semua hal. Jadi meskipun identitasku diketahui Gunawan, aku juga tenang seperti biasa. “Memang mengapa kalau iya? Terus mengapa kalau bukan?”
Gunawan dengan serius berkata, “Kalau bukan, mungkin aku saja bisa bekerja sama denganmu. Kalau iya, aku tidak akan melakukannya dan aku akan membalas dendam kepadamu!”
Terdengar bahwa Gunawan sangat takut kepada lelaki berpakaian hitam, tapi ia sama sekali tidak takut kepadaku. Baginya, lelaki berpakaian hitam sangatlah kuat dan misterius, sedangkan Chandra sangat lemah dan penakut. Orang ini hanya berani menghina orang yang lebih lemah dirinya.
Aku juga tidak berpikir banyak dan langsung melepaskan penutup wajahku, sehingga menunjukkan wajah asliku. Aku membalasnya dengan santai. “Benar katamu, aku adalah Chandra. Kamu majulah membalas dendam kepadaku!”
Lagipula aku tidak berencana untuk menyembunyikan ini dan langsung jujur kepadanya. Aku ingin lihat sekuat apa kemampuannya.
Mata Gunawan seketika memerah saat melihatku, dengan penuh kemarahan. Ia mengeratkan kepalan tangannya dan berteriak kepadaku, “Sungguh dirimu?”
Aku mengeluarkan pisau lipatku secepatnya dan kubawakan ke hadapan Gunawan. “Memang diriku, bukankah kamu bilang ingin membalas dendam kepadaku? Ayo, ambillah pisauku dan balas dendam kepadaku. Tapi aku saran kamu untuk lebih kasar kepadaku. Lebih baik hingga aku jadi cacat, jangan berikan kesempatan untuk membalas dendam kepadamu. Kalau tidak, akibatmu akan lebih buruk dariku!”
Wajahku saat berubah menjadi lebih dingin. Tatapanku menjadi sangat tajam. Seluruh kekejaman juga terkuak dari tubuhku. Aku yang sekarang, bukan lagi Chandra yang mudah direndahkan.
Gunawan berpikir lagi setelah melihatku. Ia tidak menerima pisau di tanganku, melainkan bertanya kepadaku, “Kamu tidak takut mati?”
Aku mengangkat bahuku dan berkata, “Siapa yang tidak takut mati? Tapi aku bisa memastikan bahwa kamu tidak berani membunuhku. Kamu tidak memiliki keberanian seperti itu!”
Gunawan semakin kesal mendengar perkataanku. Ia menggunakan mata merahnya melototiku. “Chandra, jangan meremehkan diriku. Aku tidak ditakuti dari kecil. Kalau aku kesal, aku akan membunuhmu!”
Aku sudah tidak ada waktu untuk omong kosong dengan Gunawan disini. Melihat ia begitu lama, aku langsung menyimpan pisau lipat. Aku berkata dengan tenang, “Sudah, Gunawan. Kamu jangan berpura-pura lagi dihadapanku. Kalau kamu berani menyentuhku, sudah beraksi sejak tadi. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk disia-siakan kepadamu. Masih seperti yang kuinginkan, aku berharap kamu bisa bekerja sama denganku!”
Gunawan langsung menolak. “Tidak mungkin. Apakah menurutmu aku mungkin mengkhianati Mike demimu? Aku masih ingin ke sekolah!”
Aku menyeringai, lalu dengan serius berkata, “Kamu mengkhianati Mike dan diketahui olehnya, kamu bisa langsung memberitahunya bahwa kamu diancam olehku. Ia paling hanya menghajarmu. Tapi kalau kamu tidak berjanji kepadaku, maka kamu akan menjadi orang cacat!”
Gunawan dengan tidak terima berkata, “Oh? Apakah kamu begitu yakin bisa melawan diriku? Kalau benar-benar dimulai, belum tentu aku yang mati!”
Aku memegang erat pegangan pisau dan mengangkat tanganku, lalu mengarahkan pisau ke Gunawan. Aku dengan cuek berkata, “Kupikir kamu tidak sebodoh itu dan mempertaruhkan nyawamu untukku, sama sekali tidak berguna bagimu. Kamu seharusnya juga tahu bahwa kamu tidak mendapat keuntungan jika tidak berhubungan baik denganku. Diriku saja berani melukai Mike, apalagi kamu. Jadi kalau kamu pintar, sebaiknya bekerja sama denganku!”
Ucapanku langsung menusuk hati Gunawan, sehingga membuat Gunawan merinding. Gunawan tidak dapat melupakan adegan dimana hari ia ditusuk lelaki berpakaian hitam, tidak dapat melupakan tatapan mata yang kejam. Ia merasakan lagi aura yang menyeramkan dari diriku, bahkan ia sekarang juga tidak berani menatap lurus ke mataku. Ia menunduk kepalanya dan raut wajahnya berubah. Otaknya berjalan cepat.
Setelah terdiam sesaat, akhirnya Gunawan kembali santai dan melepaskan kewaspadaannya. Ia seperti sadar diri dan terduduk lemas di kursi dekat jendela. Lalu ia pelan-pelan mengangkat kepalanya dan menggunakan tatapan mata yang sedih kepadaku. “Baik, aku mengalah. Chandra, aku sungguh mengalah kepadamu. Aku sungguh tidak percaya kamu begitu kejam. Aku takut kepadamu, tentu itu tidak berarti bahwa aku takut mati. Aku hanya tidak ingin melawanmu. Aku merasa akibatnya akan lebih parah dari mati!”
Gunawan bukanlah orang yang mudah berpura-pura, apalagi di saat seperti ini, ia sungguh menghilangkan kesadaran untuk berwaspada, sama sekali tidak ingin menantang lagi. Jadi ucapannya ini tentu berasal dari hatinya. Ia masih saja tidak berani melawan denganku. Sebenarnya aku juga telah menebak akan berakhir seperti ini. Aku sangat mengetahui kepribadiannya Gunawan. Ini juga menjadi alasan mengapa aku berani mencarinya sendiri.
Untung waktu yang dihabiskan tidak begitu banyak. Gunawan juga pintar membaca keadaan. Aku menyimpan pisauku dengan puas dan berkata, “Kamu sungguh pintar!”
Kata-kata itu benar-benar berasal dari dalam hatiku. Pilihan memanglah sangat pintar. Kalau ia bersikeras tidak ingin menyetujuiku, aku sungguh akan melakukan kejahatan kepadanya, karena aku juga tidak memiliki kesan baik kepadanya. Meskipun Mike adalah penghasut di belakang, tapi Gunawan lah yang menjadi penyebab masalah. Kalau bukan karena ia, aku juga tidak seperti ini. Aku sangat benci kepadanya. Kalau ia tetap bersikeras, aku pasti tidak akan berbaik hati kepadanya.
Gunawan sepertinya mengerti pikiranku. Ia tertawa pahit dan berkata, “Katakanlah bagaimana aku harus membantumu!”
Gunawan tidak lagi gegabah. Ia seperti awan yang melayang di langit, kalah dan tak berdaya.
Aku juga tidak lama-lama dan langsung mengeluarkan telepon. Aku berkata kepada Gunawan dengan cuek. “Aku telah mulai merekam video, kamu beritahu kenyataan dari kerja samamu dan Mike.”
Gunawan tahu kalau telah berjanji untuk membantuku, maka ia pasti membuat Mike marah. Ia tidak ada pilihan lain lagi, hanya bisa bekerja sama denganku, karena ia tahu akibat membuatku marah lebih berat dibanding membuat Mike marah.
Selanjutnya proses berjalan dengan mudah. Aku mulai merekam Gunawan, sedangkan Gunawan dengan jujur memberitahu seluruh proses kerja samanya dengan Mike. Apa yang ia katakan tidak jauh dari kenyataan, membuat orang langsung tahu bahwa ia berbohong. Tatapan matanya, nada bicara dan sikap Gunawannya sangatlah tulus. Ia melakukan semuanya dengan baik.
Melihat Gunawan, aku merasa bangga, merasa diriku sangat hebat. Setidaknya aku bisa membuat Gunawan begitu patuh kepadaku.
Menunggu Gunawan telah menjelaskan semuanya, aku baru mematikan rekaman, lalu berkata kepada Gunawan, “Terima kasih atas kerja samamu. Lain kali, kita berdua tidak saling berhutang. Kalau kamu tidak mencari masalah denganku, aku tidak akan menyerangmu!”
Gunawan mengangguk dan berkata, “Chandra, kamu bersiap menggunakan rekaman video untuk apa?”
Aku menyeringai dan memakai maskerku, lalu berbalik badan. “Aku mau nama Mike menjadi buruk, merasakan hidup yang sengsara. Aku mau Mike menyesal karena mencari masalah denganku!”
Ucapan ini menggema di ruangan kecil ini. Sedangkan diriku sudah menghilang di luar kamar.
Aku baru saja pergi tak lama, Lily langsung buru-buru masuk ke dalam kamar. Wajahnya sekarang masih terlihat panik. Setelah masuk, ia langsung mengunci kamar dan mendekati Gunawan. “Kak Gunawan, siapakah orang itu?”
Melihat Lily berdiri di hadapannya, Gunawan akhirnya merasa lebih tenang. Ia menjulurkan tangannya pelan-palan dan mengelap keringat di dahinya. Ia menggunakan nada bicara yang serius berkata kepadaku, “Orang kecil yang tidak dikenal, juga merupakan orang yang menakutkan juga di saat yang sama!”
Lalu Gunawan seperti bergumam kepada dirinya. “Entah mengapa, aku merasa masa depannya akan menjadi luar biasa!”
Novel Terkait
Mr Huo’s Sweetpie
EllyaBlooming at that time
White RoseGet Back To You
LexyYou're My Savior
Shella NaviYama's Wife
ClarkWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)