Wahai Hati - Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
Suasana hati Olive begitu mudah berubah dalam beberapa menit. Awalnya ia sungguh ketakutan dan tak berdaya, ia benar-benar takut diperkosa oleh pria berparas buruk itu, lalu selamanya memiliki pengalaman yang begitu menjijikan dan ketakutan. Pengalaman seperti itu pasti bisa membuat ia kehilangan keberanian untuk hidup.
Lalu di saat ia putus asa, tiba-tiba dirinya tertolong. Detik itu, Olive bisa merasakan kebebasan dan rasa terima kasih. Tapi saat ini, otaknya masih tidak dapat berjalan dengan baik, dirinya masih ketakutan.
Hingga setelah ia melihat lelaki berpakaian hitam yang ia kenali, ia sepenuhnya tersadar. Hatinya mulai berdetak lagi, penuh semangat dan kejutan. Ia tidak bisa menembunyikan rasa senangny, bahkan matanya juga ikut membasah. Ini merupakan rasa terima kasih setelah kabur dari kematian. Ia sungguh tidak sangka lelaki berpakaian hitam yang misterius ini menjadi orang yang selalu menolongnya dalam situasi yang berbahaya.
Sedangkan lelaki berpakaian hitam itu adalah diriku, Chandra.
Aku memandang Olive yang semangat dengan cuek. Aku membalasnya, “Ini diriku!”
Suaraku sangat rendah, sangat sedih dan juga cuek.
Tubuh Olive bergetar pelan setelah mendengar jawabanku. Ia berdiri dengan dari lantai dengan buru-buru. Dirinya yang terlihat kacau, tanpa merapikan pakaiannya dan hanya terus memandangku. Tatapan matanya yang berkaca-kaca sedang menilaiku. Tak lama kemudian, ia baru membuka mulut dengan teliti. “Sebenarnya siapakah dirimu?”
Raut wajah Olive terlihat sangat gugup saat bertanya. Tatapan matanya bersinar, hanya saja bagaimanapun ia melihat, aku tidak akan berubah, juga tidak akan rendah hati lagi. Sejak aku memutuskan hubungan dengannya, aku telah memberikn hukuman mati untuknya. Aku tidak berkaitan lagi dengannya sebagai Chandra. Ia juga tidak berhak dimaafkan olehku. Oleh karena itu, aku tidak mengakui identitas diriku yang sebenarnya. “Aku hanya seorang pejalan kaki!”
Raut wajah Olive berubah lagi setelah mendengar jawabanku. Tatapan matanya menunjukkan kecewa dan penasaran. Sedangkan rasa semangat itu masih ada. Ia terdiam beberapa detik lalu dengan suara serak bertanya, “Kalau begitu, mengapa kamu membantuku?”
Aku berkata dengan sabar. “Pertama kali itu kebetulan. Kali ini, aku ada sesuatu untuk mencarimu!”
Olive langsung berkata, “Ada apa kamu mencariku?”
Aku langsung memberitahu tujuan kedatanganku hari ini. “Aku harap kamu bisa membantuku untuk mengajak Mike keluar!”
Raut wajah Olive berubah untuk sekali lagi. Tatapan matanya menjadi sangat semangat, bahkan melihatku tanpa mengejap, seperti pemburu menemui mangsanya. Ia sedang memikir kata-kataku. Dari kata-kata ini, Olive sudah bisa memastikan lelaki berpakaian hitam itu bukanlah Mike. Dengan seperti ini, Olive tentu teringat kata-kata Chandra hari itu. Ia tidak mungkin tidak bisa menggabungkan lelaki berpakaian hitam dan Chandra bersama. Oleh karena itu, ia terus menatapku dan bertanya, “Kamu adalah Chandra, kan?”
Aku tidak membalas Olive, melainkan mengingat tujuan aku datang mencarinya. “Aku berharap kamu bisa mengajak Mike keluar atas pertolonganku kepadamu!”
Olive mengigit bibirnya dan bertanya dengan curiga. “Untuk apa kamu mencari Mike?”
Aku dengan serius berkata, “Kamu sekarang tidak aman untuk pulang sendirian, lebik baik ia mengantarmu balik ke sekolah. Dan aku memiliki masalah juga dengannya. Aku ingin mendapar penyelesaian!”
Kali ini, nada bicaraku terdengar lebih lembut dan penuh ketulusan. Tapi apapun yang kukatakan itu semua palsu. Agar Olive bisa menyetujuiku, aku harus membuat alasan yang cocok.
Olive berpikir lama setelah mendengar kata-kataku. Ia berkerut alis pelan dan berpikir cukup lama, akhirnya ia pelan-pelan membuka mulut. “Aku bisa membantumu menyelesaian masalah Mike. Kalau kamu adalah Chandra, aku pasti akan membantumu untuk mengurangi masalahmu dengan Mike. Kamu bisa bersekolah dengan baik!”
Mengurangi?
Aku sungguh ingin tertawa mendengar kata itu. Sepertinya Olive masih mengira bahwa Mike sangatlah mencintainya. Ia kira Mike bisa melepaskan dendam kepadaku dengan beberapa kata. Maka Mike bukanlah Mike, orang yang licik sepertinya tidak akan mudah melepaskanku karena siapapun. Kalaupun ia berjanji kepada Olive, itu pasti juga hanya berpura-pura di hadapan Olive. Ia bisa bersalaman dan damai denganku, tapi di belakang, ia pasti akan menyiksaku. Atau dengan kata lain, setelah ia memiliki Olive, ia bisa menyerangku.
Mengingat raut wajah Mike yang begitu jelek, aku sungguh ingin sekali merobek wajahnya. Hari ini aku datang mencari Olive, demi memancing si licik itu. Oleh karena itu, aku tidak perlu berbicara banyak lagi dengan Olive. Lalu aku mengatakan tujuanku lagi kepadanya. “Apakah itu begitu penting kalau aku adalah Chandra? Aku merasa lebih baik mengajak Mike keluar. Ada beberapa masalah yang harus dibahas oleh kita bertiga!”
Kurasa Olive masih belum tahu bahwa aku yang menimbulkan Mike terluk berat dan tinggal di rumah sakit. Ia juga tidak tahu betapa beratnua masalahku dengan Mike, jadi ia merasa adanya dirinya, mungkin saja bisa meringankan masalah antara aku dengan Mike. Kalau begitu, aku mengikuti jalan pikirannya untuk memerintahnya, bilang kita bertiga perlu membahas bersama. Demi mengetahui diriku Chandra atau bukan, demi menyelesaikan masalahku dengan Mike, jadi ia pasti akan mengajak Mike keluar.
Tebakanku memang benar. Setelah mendengar kata-kata ku, Olive berpikir lama. Akhirnya ia mengeluarkan teleponnya dan mengajak Mike keluar untuk bertemu.
Mike menginginkan Olive begitu lama, jarang sekali Olive yang berinisiatif untuk mengajaknya keluar, tentu Mike langsung menerimanya.
Olive mengajak Mike bertemu di restoran KFC terdekat, sedangkan aku bersembunyi di bawah sebuah pohon yang dekat dengan KFC, diam-diam menunggu kedatangan Mike. Olive berdiri sendirian di depan pintu KFC, lalu ia berjalan lagi ke sampingku. Ia tidak berbicara dan terus menatapku.
Sinar dibawah pohon sangatlah gelap. Sinar bulan meninggalkan bayangan daun dengan celah-celah pohon, sehingga bayangan itu terjatuh di wajah Olive. Hal itu membuat wajah Olive semakin cantik. Matanya bersinar dan tatapannya mengandung banyak kata-kata. Ia sepertinya ada banyak hal yang ingin katakan kepadaku, tetapi akhirnya ia juga pelan-pelan berkata, “Kamu Chandra kan?”
Lagi-lagi pertanyaan ini. Tapi pertanyaan sebelumnya masih ada keraguannya. Sedangkan pertanyaan sekarang terdengar sangat pasti. Ia pasti telah menebak identitasku, jadi ia dengan cepat menyetujuiku untuk mengajak Mike keluar. Ia merasa kalau kita bertiga duduk bersama untuk membahas baik-baik, maka semua masalah akan terselesaikan.
Awalnya aku tidak ingin berbicara dengan Olive sebagai Chandra, tapi kalau ia telah menebaknya, masalah ini juga tidak mungkin dapat disembunyikan lagi. Aku tidak lagi menutup identitasku dan membalasnya singkat. “Iya!”
Aku berusaha menenangkan diriku, tapi aku baru menyadari suaraku bergetar saat mengeluarkan suara. Satu kata ini terasa sangat berat. Ia menghabiskan seluruh keberanianku dan tenagaku. Akhirnya aku menunjukkan sisi diriku yang lain kepada Olive. Akhirnya aku bisa memberitahunya bahwa aku lah yang menolongnya, tapi semua ini sepertinya telalu telat. Sejak hari dimana Olive tidak percaya kepadaku, hatiku sudah mati kepadanya. Meskipun aku berhadapan dengannya sebagai Chandra, aku juga tidak ada lagi pikiran lain kepadanya. Aku dan ia telah menjadi orang asing yang saling mengenal.
Olive juga terluka oleh satu kataku. Matanya langsung memerah setelah mendengar itu. Raut wajahnya juga menjadi rumit, begitupula dengan otaknya. Seketika ia juga tidak tahu bagaimana harus menerima kenyataan ini.
Ia membuka mulutnya, seperti ada sesuatu yang ingin dikatakan kepadaku, tetapi tidak tahu harus dimulai darimana. Hal-hal yang ingin ia katakan sangatlah banyak, tapi ia tidak tahu apa yang harus dikatakan olehnya saat waktunya tiba. Akhirnya ia memilih hal-hal yang penting untuk dikatakan. “Chandra, bolehkah kamu berjanji kepadaku, jangan gegabah saat bertemu dengan Mike nanti? Kita semua duduk dan bahas bersama, baik?”
Tanpa berpikir banyak, aku langsung berkata, “Tidak boleh. Aku akan memberikan hukuman yang dalam untuknya kali ini, agar ia bisa mengingat di dalam hati!”
Kalau aku sudah jujur kepadanya sekarang dan Mike juga telah diajak keluar, aku juga tidak perlu bersembunyi lagi. Aku bisa memberitahu Olive tahu sebenarnya bahwa aku menggunakan dirinya untuk menipu Mike keluar, lalu aku bisa menjalankan aksi balas dendamku. Mike si sialan itu, biasanya sangat teliti, keluar sekolah pun juga akan diikuti sekelompok temannya. Aku sama sekali tidak ada kesempatan untuk menyerangnya. Karena sungguh tidak ada cara lagi, aku hanya bisa mencari Olive. Aku berani memastikan Mike akan keluar setelah diajak Olive. Ia tentu tidak akan ingin kehilangan kesempatan berdua dengan Olive seperti ini.
Olive sangat terkejut setelah mendengar ucapanku. Aku segera berkata, “Mengapa kamu harus seperti itu, Chandra? Kamu seharusnya tahu jelas akibat dari mencari masalah dengan Mike. Anggap saja kamu hebat, tapi kamu tidak memiliki teman, tidak ada latar belakang. Kamu tidak mungkin bisa mengalahkannya!”
Aku mendengus pelan dan berbalik tanya, “Bukankah lelaki harus berani? Jangan-jangan harus bersabar dan menjadi seorang pecundang karena musuh begitu hebat?”
Ucapanku ini seperti tamparan yang kuat di wajah Olive, sehingga Olive seketika terdiam.
Entah berapa banyak kali, Olive begitu meremehkanku, merendahkanku, hanya karena ia merasa diriku lemah, sama sekali tak berdaya. Ia masih saja menasehatiku seperti Mary, agar aku bisa belajar untuk menantang seperti orang lelaki. Sedangkan sekarang aku berhasil melakukannya, aku tidak lagi menunduk kepada kejahatan dan menyerangnya dengan berani. Apa yang bisa dikatakan Olive?
Olive membisu. Tak lama kemudian, ia baru membuka mulutnya dan berkata kepadaku dengan lembut. “Bolehkah kamu menceritakan kepadaku apa yang terjadi antara kamu dengan Mike? Mengapa kamu harus mencari masalah dengannya?”
Mungkin itu merupakan hal-hal yang membuat Olive semakin penasaran, tapi dari rasa penasarannya bisa menunjukkan bahwa ia masih belum sepenuhnya percaya kepadaku. Olive masih belum bisa percaya kata-kata yang kuucapkan hari itu di depan sekolah. Kalaupun ia tahu lelaki berpakaian hitam itu adalah diriku, bukanlah Mike, ia tetap tidak mengira bahwa Mike itu adalah orang yang palsu. Mungkin akting Mike kali ini sungguh mencairkan hatinya, sehingga ia mulai tertarik kepada Mike.
Untung saja aku telah menyiapkan semuanya. Aku tahu Olive tidak mungkin percaya kepada kata-kataku. Oleh karena itu, aku tidak banyak berbicara lagi dan langsung mengeluarkan telepon untuk memberinya nonton rekaman video itu.
Sepasang mata Olive melihat telepon tanpa mengejap, sambil melihat Gunawan membongkar yang sebenarnya. Mata Olive semakin memerah, dirinya sangat tercengang, sehingga tubuhnya kaku dan raut wajah terlihat kesal dan terkejut. Akhirnya ia menyadari Mike yang sebenarnya. Orang yang ia percayai dan melindunginya ternyata adalah orang yang licik dan jahat. Mentalnya mulai roboh, begitupula dengan ketegasannya.
Setelah menunggu Gunawan selesai mengatakan semua kenyataan, perasaan Olive langsung meledak. Matanya yang memerah terlinang air mata yang banyak, tak dapat dihentikan.
Saat ini, tidak ada siapapun yang dapat merasakan perasaan Olive. Ia terjatuh dalam. Ia tiba-tiba merasa dirinya adalah orang yang terbodoh di dunia ini!
Sedangkan saat ini, Mike telah tiba. Ia bolah-balik di depan pintu KFC, sambil mencari Olive. Ia langsung mengeluarkan teleponnya dan menghubungi Olive setelah tidak menemukannya.
Suara telepon yang berdering menyadari Olive. Olive melihat layar teleponnya, tetapi ia tidak mengangkat teleponnya, melainkan langsung berjalan ke KFC, kearah Mike berada.
Mike memasang senyuman dengan senang di wajahnya setelah melihat kedatangan Olive. Ia berlari cepat menyambut kedatangan Olive.
Saat Mike tiba di hadapan Olive, Olive langsung memberi tamparan ke wajah Mike, tanpa memberi kesempatannya untuk berbicara. Ia berteriak kesal, “Bajingan kamu, Mike!”
Novel Terkait
That Night
Star AngelSuami Misterius
LauraVillain's Giving Up
Axe AshciellyHabis Cerai Nikah Lagi
GibranIstri Yang Sombong
JessicaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)