Wahai Hati - Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
Marie berlutut!
Ia berlutut di hadapanku!
Wanita dimana aku pernah bersumpah untuk melindungi dengan nyawaku, hari ini ia berlutut sambil menangis dihadapanku demi lelaki yang lain. Bagaimana aku bisa menerima adegan yang seperti ini?
Hatiku seketika penuh dengan perasaan yang bercampuran. Seluruh darah di tubuhku mengalir berlawanan arah dan itu cukup membuatku pengap.
Mengapa? Mengapa Marie bisa menjadi seperti ini? Mengapa ia begitu peduli kepada Ruben?
Aku sungguh bingung sebenarnya hati Marie terbuat dari apa, bagaimama mungkin bisa berubah dengan begitu mudah. Ia dulu bisa mengorbankan nyawanya demi diriku. Mengapa beberapa hari berlalu, ia langsung berlutut demi Ruben? Apakah ia begitu cepat membiarkan seorang lelaki masuk ke dalam hatinya?
Obat apa yang sebenanrnya diberikan Ruben kepadanya, sehingga ia bisa begitu patuh. Aku ingin sekali menarik Marie dan tanya mengapa matanya begitu buta, begitu mudah sekali ditutupi Ruben? Tapi entah bagaimanapun, aku tetap tidka menanyakannya. Betapa besarnya rasa keraguanku tidak akan bisa mengalahkan rasa sakit hati. Marie dan aku tidak akan kembali selamanya. Kita berdua tidak akan mudah kembali pada awalnya. Hubungan kita juga tidak lagi polos.
Cermin yang pecah tidak dapat dikembalikan lagi!
Maka biarkan semua ini berakhir disini. Dimulai dari detik ini, aku dan Marie berakhir. Aku tidak apa-apa jika ia membenciku, tidak takut ia salah paham kepadaku. Biarkan ia sepenuhnya membenciku, aku tidak peduli lagi!
Aku menahan perasaan hatiku yang terus muncul, menahan seluruh kebingungan dan kesedihan. Aku berusaha membuat diriku terlihat cuek. Aku mendatarkan wajahku dan berkata kepada Marie dengan putus asa. "Maaf, aku tidak bisa melakukannya!"
Suaraku lebih dingin dari gunung es. Nada bicaraku terdengar cuek, tapi ada gunung api yang meledak di dalam hatiku. Seluruh cinta yang pernah ada, seluruh kenangan bersama Marie seketika hancur. Aku berteriak kearah langit. "Bawa Ruben pergi!"
Aku langsung berbalik badan setelah aku selesai mengatakan itu, tanpa menoleh kearah Marie dan menyisakan punggung kepergian yang dingin.
Chris langsung melewati Marie dan menangkap Ruben, setelah mendengar perintahku.
Marie seperti sudah terjatuh salam oleh sikap dinginku. Wajahnya pucat, air matanya tergenang, tubuhnya kaku, bahkan arwahnya juga sudah melayang. Ia tidak mempertahankan lagi dan tidak mengatakan apapun, hanya berlutut di tempat dengan diam.
Sebaliknya Ruben yang terbaring di lantai kembali sadar. Raut wajahnya seketika menunjukkan kepanikan saat melihat Chris mendekatinya. Tatapannya muncul sekilas kekejaman. Ia membuka mulutnya, seperti ada sesuatu yang ingin dikatakannya, tapi Chris tidak memberinya kesempatan dan langsung memukulnya hingga pingsan. Lalu Chris menyurub orang untuk membawa Ruben ke atas helikopter.
Seperti biasanya, Fetrin meninggalkan Chris untuk membereskan tempat dan masalah yang lainnya, lalu ia berjalan menuju helikopter. Saat jalan, ia berkata kepadaku. "Ayo jalan!"
Aku langsung membuka langkahku setelah mendengar ucapan Fetrin dan mengikutinya naik helikopter.
Saat aku naik helikopter, aku mendengar Marie berteriak kencang. "Chandra, kamu bukan orang. Aku membencimu!"
Suaranya langsung menusuk hatiku, tapi aku tidak peduli, bahkan sama sekali tidak berhenti dan langsung masuk ke dalam helikopter.
Selanjutnya helikopter membawaku, Fetrin dan Ruben meninggalkan tempat yang kacau ini.
Aku tidak lagi melihat ke bawah. Pintu hatiku juga telah tertutup sepenuhnya. Aku tidak akan menyesal, jika aku sudah melakukannya. Aku tidak ingin menoleh balik, hanya bisa terus menatap ke depan. Sedangkan jalan di depan, ada Ruben yang menungguku. Akhirnya aku bisa membalas dendamku!
Setengah jam kemudian helikopter berhenti sebuah tempat yang terpencil. Wilayah ini penuh dengan rumput liar, tidak ada jejak manusia yang hidup, bagai kuburan sembarangan. Tidak akan siapapun yang tahu jika disini ada yang mati. Kita turun dari helikopter dan lanfaung mengikat Ruben di tiang listrik, lalu menyiram air agar ia sadar.
Ruben sadar kembali. Ia awalnya terdiam saat melihat aku dan Fetrin berdiri di hadapannya. Tapi selanjutnya ia tahu kondisinya sekarang. Ia tahu akhirnya ia kalah juga. Ia berusaha mungkin, tapi akhirnya tetap ditangkap olehku. Menyadari hal ini, wajahnya seketika menjadi sangat buruk. Ia menatapku dan Fetrin dengan kesal sambil berkata, "Kalian segera lepaskan aku!"
Aku menyeringai. "Aku berusahan untuk menangkapmu. Menurutmu, apakah aku bisa melepaskan dengan mudah?"
Otot wajahnya tak sengaja gemetar pelan setelah mendengar ucapanku. Ia berusaha untuk berjuang, tapi menyadari dirinya diikat mati. Ia sama sekali tidak bisa bergerak. Oleh karena itu, ia berkata kepada dengan kesal. "Sebaiknya kalian lepaskan aku, kalau tidak kalian akan berakhir buruk!"
Tiba saat ini, Ruben masih saja berani mengancamku. Aku bahkan tidak tahu darimana rasa keberaniannya muncul. Tim berpakaian baju miliknya sudah terkalahkan. Mau sehebat apapun dirinya, juga terkalahkan oleh Fetrin. Dengan apa sekarang ia untuk berani sombong lagi?
Aku mendecih pelan, baru saja ingin membalas ucapan Ruben, tapi Ruben membuka mulutnya lagi. Tatapannya kali ini teralihkan pada Fetrin. Ia berkata dengan penuh ancaman. "Fetrin, Chandra masih mudah dan tidak mengerti banyak hal, apakah kamu juga mengikuti jejaknya? Seharusnya kamu mengetahui identitasku. Bertengkar denganku, mau sehebat apapun kamu, juga hanya ter"sisa jalan mati, jadi segera lepaskan aku!
Hatiku cukup terkejut setelah mendengar ucapan Ruben, bahkan kata-kataku kembali tertelan lagi. Akhirnya aku tahu darimana rasa keberaniannya muncul. Ia tentu tidak mengandalkan Keluaramga Cai, jangan-jangan ia ada identitas yang tersembunyi lagi?
Aku menoleh kearah Fetrin karena kebingungan ini. Raut wajah Fetrin juga berubah pelan, tapi ia tidak takut dengan ucapan Ruben. Ia tetap tenang dan berkata, "Aku mengetahuinya sedikit, tapi kalau aku berani mencari dirimu, berarti aku tidak peduli. Kamu juga tidak perlu banyak bicara, karena itu tidak ada gunanya!"
Ucapan Fetrin seketika membuat Ruben kehilangan jalan terakhirnya. Di saat yang sama, hatiku juga kembali tenang. Aku coba bertanya kepada Fetrin, "Tante, aku boleh membalas dendam kepadanya kan?"
Fetrin mengangguk dan berkata, "Hmm, kamu bebas membalas dendam kepadanya!"
Mendengar ucapan Fetrin, tatapan kesal Ruben muncul rasa ketidakpercayaan. Wajahnya yang tampan tidak ada lagi rasa angkuh. Ia mulai merasakan sesuatu yang berbahaya, tapi ia masih tidak ingin mengakuinya. Ia mengancamku lagi, "Chandra, kamu akanmati jika berani menyentuhku!"
Aku telah mendapat jaminan dari Fetrin, jadi aku tidak takut lagi. Aku menyentuh hidungku sekilas dan berkata kepada Ruben dengan nada memancing. "Ruben, kalau kamu adalah lelaki yang sejati, tidak perlu banyak cakap. Tidak ada gunanya!"
Ruben seperti telah mendapat hukuman mati dariku. Rasa kekesalannya seketika makin dalam. Ia menatapku kesal, hingga ia menggertak giginya!
Aku menatapnya kembali dan lanjut berkata, "Bukankah kamu hebat? Bukankah kamu menganggap remeh kepada semua orang? Kamu sepertinya juga tidak pernah menganggapku, bahkan tidak peduli kepada latar belakangku. Ada apa? Bukankah kamu sekarang juga berakhir ditangkap olehku?"
Nada bicaraku penuh dengan sindiran. Aku sunggu benci kepada Ruben yang meremehkan yang rendah. Ia terlalu sombong, aku sekarang harus mengurangi sifatnya. Ia dulu menginjakku, memukulku, meremehkanku, menghinaku, seluruh harga diriku dihancurkan olehnga. Kali ini, aku akan meminta balim seluruhnya. Aku harus membuat ia tahu apa akibatnya membuatku marah. Aku juga harus membuatnya tahu bahwa ia tidak akan pernah bersama dengan Marie.
Hanya saja Ruben tidak akan mudah terkalahkan oleh kata-kataku. Ia bahkan telah sudah berada di dalam situasi yang berbahaya, tetapi ia masih saja melindungi harga dirinya yang tersisa. Ia langsung merasa kesal dan berkata, "Pecundang yang mengandalkan orang lain, ada berhak apa untuk sombong dihadapanku?"
Aku tidak dibuat kesal oleh ucapan Ruben, melainkan semakin sombong, sambil mendekatkan wajahku ke wajahnya. Aku terus menatap Ruben dengan teliti dan berkata, "Kamu kalah, sedangkan aku lah yang pemenangnya. Aku bisa menghukummu, itu sudah cukup!"
Ruben mengerutkan dahinya dan berkata, "Kamu berani!"
Aku membalasnya santai. "Menurutmu, aku berani atau tidak? Awalnya hubunganku dan Marie baik-baik saja, tapi sejak kamu muncul, kamu langsung menakutiku, memukulku, menghinaku dan menghancurkan hubungaku dengan Marie. Kamu juga berusaha untuk menghancurkan namaku, bahkan ingi melukai Olive. Apakah kamu memikirkan karma saat melakukan hal ini?"
Mendengar aku mengungkit Marie, Ruben tidak merasa bersalah, bahkan masih berteriak kepadaku dengan percaya diri. "Marie telah bertunangan denganku. Kamu yang berusaha menghancurkan hubunganku denganku. Kamu itu orang ketiga!"
Kekesalan muncul lagi pada tatapan mata Ruben. Ia sepertinya ada cinta yang dipaksakan terhadap Marie. Pantas Marie terbutakan olehnya. Mungkin bagi Marie, cinta Ruben kepadanya adalah yang terbaik dan terpolos. Tapi aku tahu bahwa ini hanyalah sikap posesif pada Ruben. Ia berusaha melakukan apapun, hanya demi mendapatkan Marie. Cinta yang ia maksud ini sangatlah menjijikan.
Aku menegakkan diriku dan berkata kepadanya dengan nada cuek. "Sejak kapan kamu bertunangan dengan Marie secara resmi? Tunangan yang kamu maksud hanyalah perjanjian antar dua keluarga dan itu tidak termasuk resmi. Cinta adalah masalah antar dua orang. Aku tidak akan mengatakan apapun jika kamu merebutnya dariku secara adil.Tapi kamu bersikap licik dan tidak menganggap orang lain sebagai manusia. Tindakanmu sungguh memalukan. Aku tidak bisa menerimanya!"
Ruben tiba-tiba mendengus pelan setelah mendengar kata-kataku. Ia menatap kesal kepadaku dan berkata, "Kamu sendiri yang tidak berguna, maka tidak perlu mencari alasan, padahal aku sudah memberi peringatan kepadamu dan kamu sendiri yang tidak mau mendengarnya!"
Bahkan hingga sekarang, Ruben masih saja begitu angkuh. Ia masih saja meremehkanku. Ia merasa dirinya hebat, jadi bisa merebut Marie dariku?
Aku sungguh tidak bisa berkomunikasi dengan orang yang licik sepertinya. Ia selamanya tidak akan pernah mengakui kesalahannya. Kalau seperti ini, untuk apa aku harus habiskan waktu untuk berbicara dengannya. Kalau ia tidak terima pelajaran, maka ia tidak akan pernah menyadari posisinya sekarang. Aku tidak perlu banyak cakap lagi dan langsung membiarkan merasakan apa yang seharusnya ia peroleh. Ini baru merupakan cara balas dendamku yang terbaik.
Aku mengeluarkan pisau dengan penuh rasa dendam. Dulu aku menggunakan pisau ini untuk menakuti Gunawan, agar ia bekerja sama untuk merekam video Mike yang sebenarnya. Lalu akunjuga menggunakan pisau ini untuk membunuh Mike, agar ia merasakan rasanya disiksa. Sekarang aku sengaja membawa pisau ini di tanganku, bersiap untuk menyiksa Ruben dengan ini.
Raut wajah Ruben seketika menjadi kaku setelah melihatku mengeluarkan ini. Tatapannya mulai takut, lalu ia bertanya kepadaku dengan gugup, "Apa yang ingin kamu lakukan?"
Aku menarik sudut bibirku dan menunjukkan senyum yang mengerikan, lalu aku memegang pisau dan mengayunkannya pelan di depan wajah Ruben. Aku berkata, "Kamu pernah dengar Mike dari Keluarga Li kan? Ia dulu mencari masalah denganku, lalu aku menggunakan pisau ini untuk mengiris kulitnya hingga oenuh darah. Jika diingat lagi, adegan itu sungguh membuatku semangat. Sedangkan rasa dendamku kepadamu sekarang lebih dalam dari Mike. Menurutmu, bagaimana aku memberi pelajaran kepadamu?"
Novel Terkait
The True Identity of My Hubby
Sweety GirlUnlimited Love
Ester GohPerjalanan Selingkuh
LindaCutie Mom
AlexiaThe Richest man
AfradenWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)