Wahai Hati - Bab 2 Bu, Maaf (1)
Ibuku seorang wanita yang sangat suka bersih, pakaian yang dia gunakan setiap hari selalu rapi, dia berdandan selalu tampil cerah, sekarang, dia tiba-tiba berubah menjadi seperti ini, otakku tiba-tiba mati rasa, kedua kakiku tanpa disadari bergetar. Selama ini, ibuku selalu menjadi pelindungku, aku merasa sangat tenang, tapi disaat seperti ini aku merasa langit pun runtuh!
Disaat aku tertegun, ibuku menyadari aku, dia langsung segera berteriak: “Chandra, cepat lari, cepat lapor polisi!”
Nada suara ibuku sangat terburu-buru, tapi reaksi 4 lelaki itu lebih cepat, mereka tidak memberiku kesempatan untuk kabur, langsung mengarah kearahku, dan menangkapku, mereka juga mengunci pintu.
Ibuku melihat aku ditangkap, seluruh emosinya langsung meledak, dia sambil memberontak, sambil berteriak: “Kalian kalau ada masalah lawan aku, cepat lepaskan anakku!”
Mendengar ibuku berteriak seperti itu, aku baru tersadar dari rasa tertegunku, baru menyadari terjadi masalah apa, ini adalah penculikkan, terjadi penculikkan didalam rumah! Disiang bolong begini, ternyata ada gangster yang masuk kedalam rumah masyarakat, menculik ibuku, mana mungkin, kenapa bisa begini?
Seketika, aku teringat olive, pasti dia, pasti dia yang membalas dendam, kali ini, aku semakin takut, seluruh hatiku dipenuhi rasa takut, aku tidak tahu harus melakukan apa, aku tidak berhenti gemetaran!
Saat ini, salah satu gangster yang paling galak si botak mencambak rambutku, dengan suaranya yang berat mengatakan padaku: “Melepaskan dia? Kamu berpikir terlalu indah, masalah ini dimulai dari pengecut satu ini, mana mungkin aku melepaskan dia!”
Sambil berkata, si botak sekuat tenaga menarik rambutku, sakitnya hingga membuatku hampir nangis.
Ibuku melihat mereka begitu kasar padaku, matanya sudah memerah, bagi ibuku, aku adalah nyawanya, dia rela untuk rugi, tapi tidak bisa melihat orang lain menyakitiku, saat itu, dia berteriak pada si botak suaranya terserak: “Binatang, jangan menyentuh anakku, kalau tidak aku akan membuat kalian mati!”
Keadaan seperti ini, ibuku masih bisa begitu galak, aku benar-benar salut padanya, dia adalah wanita kuat dan pemberani yang hanya ada satu di dunia, wanita yang paling pemberani, 4 lelaki ini, terlihat pasti gangster, aku menghadapi orang seperti ini, seluruh badanku melemas, memikirkan untuk melawan saja aku tidak berani, tapi ibuku malah tidak takut, masih berani membentak mereka. Hanya, semakin ibuku keras, mereka malah semakin marah. Terutama si botak setelah, setelah dia mendengar kata-kata ibuku, langsung melepaskanku, berjalan kearah ibuku, dan menampar wajah ibuku, bahkan memarahi ibuku: “Diam, wanita murahan, sudah sampai saat seperti ini kamu masih berani membentakku, tidak memberimu pelajaran kamu tidak takut mati ya!”
Melihat ibuku dipukul, air mataku mengalir semakin deras, hatiku merasa sangat sakit, orang yang selalu melindungiku, ibu yang tidak takut langit bumu, hari ini karena aku, mengalami perlakuan yang kejam seperti ini, hatiku sangat sedih, tapi, selain aku takut sakit, tidak bisa melakukan apa-apa!
Ibuku juga tau, sekarang kita bagaikan ikan yang diatas talenan, dibantai oleh orang, walaupun ingin membantah juga tidak ada gunanya, jadi, dia perlahan mulai tenang, tapi sorot matanya masih begitu menakutkan, matanya yang merah, seperti ingin memakan orang.
Si botak sepertinya pemimpin dari 4 orang ini, dari tadi dia yang selalu berbicara, sekarang melihat ibuku nurut begitu, dia langsung tertawa dengan sangat menyeramkan, seketika, dia menggunakan tangannya meremas dagu ibuku, memaksa ibuku melihat kearahku, lalu dia kata demi kata dia mengatakan: “Sudahlah, aku tidak ada waktu omong kosong padamu, aku harap kamu bisa baik-baik bekerjasama denganku, awalnya, itu hanyalah masalah antara siswa, kamu sebagai orang tua malah ikut campur, malah memukul sepupuku sampai terluka begitu, aku sebagai sepupunya tidak mungkin diam saja bukan, syarat yang aku berikan tidak berlebihan bukan, bagaimana, kamu sekarang bisa benar-benar berpikir?”
Setelah ibuku mendengar kata-kata si botak, tidak berpikir lagi langsung meludahi si botak, berkata: “ mimpi!”
Saat mengatakan itu, mata ibuku dipenuhi dengan kebencian, masih ada kemarahan yang teguh, terlihat jelas, syarat yang diajukan si botak, ibuku tidak bisa terima. Hari ini si botak sampai kerumahku dan menculik ibuku, pasti menggunakan keadaan olivia, dan memeras ibuku, menggunakan kesempatan dengan baik. Saat itu diludahi ibuku, si botak juga tidak marah, dia hanya tertawa dengan bengis, lalu mengeluarkan tangannya yang kotor itu, mengelus tubuh ibuku, semakin mengelus dia semakin gembira: “Katanya nyonya su adalah mawar berduri, hari ini benar-benar memberiku pengetahuan baru, Hehe, tapi aku suka yang seperti ini, bukannya pria tidak boleh menyentuhmu, aku sekarang akan menyentuhmu, kamu mau apa?”
Si botak semakin berbicara semakin ganas, dan 3 lainnya juga mengikuti, katanya ingin membuat ibuku tunduk padanya.
Ibuku seketika seperti orang gila, sambil berontak dan berteriak, ibuku paling membenci lelaki, dia tidak pernah membiarkan lelaki mendekatinya, hingga sangat jarang berkomunikasi dengan laki-laki. Tapi sekarang, malah ada pria lain sembarangan menyentuh tubuhnya, bagaimana dia bisa menerima ini, kalau bukan karena diikat, ibuku pasti sudah menghabisi si botak, tapi disaat seperti ini, dia hanya bisa melawan dan mengeluarkan kata-kata kasar.
Lalu, si botak menekan dan tidak memperdulikan ibuku, dia terus mencibir dan mencabuli ibuku, dia kelihatan sangat gembira.
Aku berdiri di samping, melihat dengan kedua mataku, seketika merasa seluruh bumi sedang bergetar, gigiku sedang bergetar, tubuhku juga gemetar, dan hatikupun juga begitu. Ibu yang paling aku hormati, dipermalukan didepan mataku, perasaan seperti ini, bahkan lebih menyakitkan dibanding mati. Tapi, menghadapi gangster yang menakutkan seperti ini, aku tidak memili kemampuan, aku menjadi bodoh, bahkan satu katapun tidak bisa aku keluarkan, hanya menderita dan sakit hingga gemetar.
Ibuku masih melawan, walaupun sudah memohon pada tuhan tapi tidak ada jawaban atau mujizat yang diberi, saat si botak akan menyentuh dada ibuku, ibuku langsung dengan sekuat tenaga menggigit telapak tangan, sampai, dia langsung menggigit daging si botak.
Saat itu, teriakkan si botak yang keras bergema di seluruh ruang tamu, dia melotot dengan mata yang sangat menakutkan, dengan amarah mengatakan pada ibuku: “Dasar wanita jalang, tidak memberi kamu pelajaran kamu tidak akan mengerti, kamu tidak tau kehebatan aku!”
Novel Terkait
The Sixth Sense
AlexanderCEO Daddy
TantoAngin Selatan Mewujudkan Impianku
Jiang MuyanMy Goddes
Riski saputroSuami Misterius
LauraLelah Terhadap Cinta Ini
Bella CindyInnocent Kid
FellaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)