Wahai Hati - Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
Hari itu, aku menangis sangat lama, aku menangis hingga air mataku habis, suaraku habis, hingga tidak ada lagi kesadaran.
Beberapa malam selanjutnya, aku selalu bermimpi buruk, hingga sakit parah. Didalam otakku hanyalah kejadian dimana ibuku menusuk orang menggunakan belati, aku merasa mimpi buruk ini tidak pernah lepas dariku, seperti merasa ada yang mencekikku dan tidak mau lepas, aku merasa sesak dan tidak dapat bernafas, nafasku tidak beraturan, lalu terbangun karena rasa sakit itu datang lagi, setelah tersadar aku diganggu oleh orang yang mengejekku tentang kejadian dimana ibuku menusuk orang, terus begitu aku berada di lingkaran jahat ini. Aku tidak dapat kabur, dan tidak dapat lepas dari bayangan hitam besar ini.
Saat aku dengan sulit dapat menyembuhkan kesadaranku, hatiku merasa sakit lagi, aku tidak tahu bagaimana cara menggambarkan perasaan ini, aku merasa seperti hatiku terjebak oleh ribuan perasaan disaat yang sama, bersalah, putus asa, kesepian, penderitaan, penyesalan, sedih, ketakutan, sunyi dingin…
Dari kecil hingga dewasa, aku selalu tinggal di rumah yang dipenuhi kehangatan, ibuku memberiku lingkungan kehidupan yang paling baik, memberikanku segalanya, aku terbiasa dengan nyawan, terbiasa bergantung dengan ibuku, jadi, saat aku menghadapi pengalaman mengerikan ini sendiri, saat ibuku menggunakan cara ini meninggalkanku, mentalku hampir gila, duniaku memasuki dunia yang gelap, aku tidak pernah keluar dari jalan gelap ini.
Beberapa hari kemudian, saat aku akhirnya tersadar dari ini, aku baru menyadari, selama ini yang menjaga diriku, adalah Fetrin.
Fetrin adalah asisten kesayangan ibuku dia mengikuti ibuku sejak dia wisuda, sekarang sudah berumur 30 tahun, dia sangat tulus bekerja dengan ibuku, mengurusi pekerjaan yang ibuku berikan. Mungkin dikarenakan dua sifat yang sama, sama-sama dingin, kuat dan membenci pria, sehingga selain pekerjaan, mereka berdua seperti saudara. Fetrin juga orang yang memiliki pemikiran untuk hidup sendiri, sudah 30 tahun dan dia belum pernah pacaran.
Melihat fetrin, reaksi pertamaku adalah bertanya padanya: “bagaimana keadaan ibuku?”
Fetrin melihat keadaanku sudah stabil, dia merasa sangat gembira, dia merasa bahagia dan langsung mengatakan: “akhirnya kamu sadar, kamu membuatku sangat kaget, kalau kamu ada apa-apa, aku tidak tau harus bagaimana menghadapi ibumu!”
Aku menatap Fetrin dan bertanya sekali lagi: “tolong beritahu aku, bagaimana keadaan ibuku?”
Raut wajah fetrin langsung berubah, dengan serius mengatakan keadaan ibuku. Dia memberitahu aku, ibuku masih ditahan di pusat penahanan, 4 orang yang menculik ibuku, akhirnya 2 orang tewas dan 2 orang terluka, walaupun ibuku juga seorang korban, dikarenakan banyak kerugian yang disebabkan, perlakuan ibuku menjadi tindakan yang perlu diawasi, Cuma, hasil hukuman, akan diputuskan oleh hakim. Fetrin berkata, dia sudah mengundang pengacara yang paling bagus, menyuruhku untuk tidak perlu khawatir.
Bagaimana mungkin aku tidak khawatir, ibuku tidak akan lolos dari hukuman penjara, demi aku, dia sudah membunuh orang, dia masih harus masuk penjara, sakit yang begitu dalam ini, bagaimana bisa aku terima!
Kali ini, hatiku dipenuhi emosi yang tak terhitung, aku merasa diselimuti oleh kegelapan, masalah ini terlalu kejam, aku tidak ingin menerimanya, tidak ingin menghadapinya, jika semua ini hanyalah mimpi, pasti akan sangat baik!
Fetrin lanjut berbicara denganku, tapi aku sudah tidak mendengarkan lagi, aku juga tidak mengucapkan satu katapun, hanya tenggelam dalam kegelapan.
Waktu yang sangat panjang ini, aku selalu menghindar, menghindari kenyataan, menghindari kenyataan yang mengerikan ini, aku seperti hidup dalam keadaan kosong dan hampa, aku seperti kehilangan jiwaku. Aku juga tidak pernah kembali ke rumah dimana kasus itu terjadi, rumah itu memiliki kenangan yang sangat mengerikan, aku tidak berani pergi, tidak berani menghadapi. Sampai, aku tidak pernah berbaur dengan orang lain, selain fetrin.
Fetrin adalah orang yang ibuku khusus menugaskan dia untuk menjagaku, dia juga sudah berusaha dengan maksimal, menjagaku hingga hal kecil. Dia membawaku ke rumah, merawatku seperti merawat anak sendiri, hanya, aku tidak menghadapinya dengan baik, aku hanya mengurung diri di dalam rumah, melewati hari seperti mayat berjalan. Aku tidak berbicara, wajahku tidak ada ekspresi, tidak keluar rumah satu langkahpun, seperti kura-kura yang bersembunyi dalam cangkang, hanya melarikan diri, dan menyia-nyiakan hidup.
Satu bulan kemudian, hukuman ibuku sudah diputuskan, dia dijatuhi hukuman 10 tahun penjara, keputusan ini, membuatku gila lagi, wajahku yang tidak ada ekspresi, dan lagi dipenuhi dengan penderitaan yang sangat dalam, hatiku tidak berhenti diisi dengan rasa penyesalan dan bersalah. Aku membenci diriku sendiri, menyalahkan diri sendiri, aku yang menyakiti ibuku, aku yang merepotkannya, dia sebenarnya bisa melewati kehidupan dia sendiri yang bahagia, sekarang dia harus berada di dalam penjara yang gelap dan dingin selama 10 tahun, perasaan ini, bagaimana dia bisa menerimanya!
Aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri, aku tidak tahu bagaimana cara mengetahui kesakitan yang dialami ibuku, sedangkan diri sendiri masih dengan tenang hidup, aku lebih tidak bisa menerima, kenyataan dimana ibuku meninggalkanku, dia sudah pergi, imanku sudah benar-benar runtuh, aku tidak memiliki keberanian untuk hidup, dan tidak ada hak untuk hidup. Disaat aku menutup diriku sendiri, tidak berhenti depresi, tidak berhenti putus asa, aku benar-benar berubah menjadi sebuah orang yang tidak berguna, setiap hari hanya diam tinggal di dalam kamar, tidak berbicara satu kata pun.
Fetrin membujukku, menyemangatiku, aku malah tidak mendengarkan apapun, aku tenggelam dalam dunia kegagalanku, tidak bisa melepaskan diri sendiri!
Waktu seperti butiran pasir, tidak terasa, dua bulan sudah berlalu. Akhirnya ada satu hari, fetrin sudah tidak bisa menerima lagi, kesabarannya juga sudah habis, hampir setiap kali dia dipenuhi dengan emosi, menerobos masuk ke kamarku, menarikku dengan paksa keluar.
Aku seperti mayat hidup, gerak tidak bergerak. Emosi fetrin meledak, langsung menamparku, dan memarahiku: “tamparan ini, aku mewakilkan ibumu menamparmu, kamu benar-benar tidak berguna, ibumu setengah mati menyelamatimu, dengan begini kamu membalasnya? Kamu itu manusia bukan?”
Tiba-tiba, aku hanya merasakan rasa panas di wajahku, hatiku seperti ditusuk duri, tib-tiba merasa sangat sakit. Hanya, pandanganku masih tidak jelas, masih terbengong melihat fetrin, dengan gugup berkata: “aku bisa apa?”
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniGadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku
Rio SaputraHabis Cerai Nikah Lagi
GibranBeautiful Love
Stefen LeeMr Huo’s Sweetpie
EllyaLove at First Sight
Laura VanessaBlooming at that time
White RoseMy Goddes
Riski saputroWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)