Wahai Hati - Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
Yudis, ketika nama itu muncul aku merasa sepertinya sedang tertindas oleh bayangan yang begitu besar, perasaan seperti ini membuatku tercekik dan pusing, tiba tiba detak jantungku menjadi tidak karuan dan kecemasan mulai muncul di dalam benak ku. Aku selamanya tidak akan bisa melupakan kematian Michael malam itu, waktu itu Olive tertangkap, aku dan Jeno langsung muncul untuk menyelamatkannya, tetapi pada saat Michael berhadapan dengan Jeno tiba tiba dia mengirimkan pengawal pribadinya yang bernama Yudis, seni bela diri yang dimiliki Yudis sangat hebat, dan dia bertugas menahan Jeno hingga pasukan Michael datang. Pada akhirnya Fetrin dan Chris membawa pasukannya datang untuk menyelamatkannya, dan saat itu aku baru berhasil keluar dari bahaya, kemudian Michael dibunuh oleh Fetrin dan Yudis terluka berat.
Tetapi setelah itu aku tidak tahu mengenai keberadaan Yudis, malah bahkan aku sudah melupakan orang ini, tidak disangka dunia sangat sempit, ternyata aku bertemu dengannya di tempat kecil dan gelap seperti ini, bagiku ini adalah satu hal yang buruk, saat aku berada di dalam keputusasaan, aku tidak kunjung diselamatkan oleh Fetrin tetapi malah bertemu dengan musuh lama, tentu saja hal itu membuatku sangat panik, rasanya seluruh bagian tubuhku gemetaran, dan kemudian aku menggunakan otakku untuk berpikir dan aku bisa menyadari jika semua ini pasti bukan sebuah kebetulan, Yudis tidak akan sekebetulan ini dimasukkan ke dalam satu sel bersamaku, hal ini pasti sudah direncanakan oleh seseorang.
Aku terdiam cukup lama sebelum berkata dengan gemetaran, “apa yang ingin kamu lakukan ?”
Begitu mendengar pertanyaannya ini, Yudis langsung geram dan menunjukkan senyum liciknya, “kamu bertanya apa yang ingin aku lakukan ?kamu sudah membunuh tuanku, tentu saja aku datang untuk balas dendam.”
Setelah mengatakan itu sekujur tubuhnya penuh dengan aura membunuh, dalam ruang yang gelap dan terbatas ini aura itu semakin terasa kuat, bagiku dia adalah seorang iblis tidak peduli kekuatan sebesar apa yang dia miliki, jika hanya melihat tubuh kekarnya saja pasti dengan mudah menghabisiku, aku di depan matanya hanyalah seekor burung puyuh, bahkan hanya sekedar memberontak saja aku tidak bisa melakukannya, atau bisa dikatakan aku tidak mungkin bisa untuk memberontak, dan hanya bisa memperingatkannya dengan panik, “kamu jangan berbuat sembarangan, ini adalah kantor polisi, jika kamu menyentuhku kamu tidak akan bisa keluar.”
Perkataanku ini benar benar terlihat menyedihkan dan lemah, sama sekali tidak ada aura mengintimidasi, bagaimana mungkin aku tidak tahu jika kenapa Yudis sampai bisa menjadi teman satu sel ku, inilah yang ingin dilakukan oleh polisi, aku yang sekarang ini sangatlah tidak berguna, dan entah apa yang aku lakukan sia sia saja.
Begitu Yudis mendengarkan perkataanku ini dia langsung mengayunkan satu kakinya dan menendangku hingga aku teronggok ke belakang, dia mulai memaki, “apa kamu gila, apa kamu tidak tahu jika aku datang kemari adalah untuk menghabisimu, kamu jangan kira jika kamu akan beruntung.”
Setelah mengatakan itu dia kembali menendangku 2 kali, laki laki ini sangat kekar dan tenaganya juga sangat besar, aku hanya dipukul beberapa kali tetapi sudah ambruk, rasanya tulangku seperti remuk, perut dan dadaku terasa begitu sesak, rasanya ingin sekali muntah.
Seluruh tubuhku terasa tidak nyaman hingga membuatku tidak bisa mengatakan apapun, tentu saja aku tahu mengatakan sesuatu juga tidak ada gunanya, jadi aku hanya diam dan menerima semuanya, meringis menahan sakit dan menatap Yudis dengan tatapan dingin.
Yudis menyeringai sekali lagi dan menunjukan senyum yang sangat bringas, dia memalingkan wajahnya dan menatapku kemudian mulai berteriak, “bangun, balas pukulanku, bukankah kamu sangat hebat, apakah kamu tidak akan melakukan apapun dan hanya menunggu bantuan keluargamu saja, ayo kemarilah dan bunuh aku.”
Tidak heran jika Yudis adalah seperti bayangan dari Michael, setiap kata yang keluar dari mulutnya menunjukan kebencian yang dalam kepadaku, mungkin dia masih saja tidak bisa melupakan mengenai aku yang sudah membunuh Michael jadi dia membenciku, menyalahkanku, memprovokasiku, dan dia melakukan semua ini tidak lain hanyalah untuk memberikan balasan kepadaku atas kematian Michael.
Aku juga mengeluh dalam hatiku, sebenarnya sosok hebat seperti apa yang sudah aku singgung hingga membuat terjerumus di tempat seperti ini, aku masuk ke dalam tahanan bukan hanya karena telah membunuh Michael, aku bukan hanya meratapi kemalanganku ini, bukan hanya tidak kunjung menemukan secercah harapan agar bisa keluar dari tempat ini tetapi aku juga menerima balas dendam dari Yudis untuk kematian Michael, dalam ruang sekecil ini bagaimanapun juga aku tidak bisa lolos dari cengkeraman monster ini, aku hanya akan menjadi pihak yang babak belur, kenyataan ini benar benar menghancurkan hatiku, dan membuatku berada dalam keputusasaan yang terdalam, tubuhku bukan hanya tidak berdaya, tetapi rasa sakit yang aku rasakan juga mengalahkanku, hingga rasa kantuk yang sangat kuat yang sempat aku rasakan sebelumnya membuatku kembali tersadar.
Dalam kesadaran inilah aku menahan rasa sakit dan keputusasaan, aku tidak mengatakan sepatah katapun kepada Yudis, aku hanya meringkukkan tubuhku di lantai dan menunggu serangan yang lebih kejam dari ini.
Yudis yang melihatku tidak berbicara lagi seketika langsung hilang ketertarikannya, dia juga tidak berbicara omong kosong dan langsung mendekat ke arahku dan memberiku beberapa pukulan lagi, tubuhku yang sudah lemah tidak berdaya saat mendapatkan pukulan seperti ini tentu saja semua rasa sakit yang aku rasakan membuatku kehilangan kesadaran, kesadaranku sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan terjatuh pingsan begitu saja.
Jika bisa, maka aku akan berharap agar terus tidak sadarkan diri sehingga aku tidak harus menghadapi kenyataan yang begitu kejam dan menanggung siksaan seperti ini. Tetapi sangat disayangkan jika aku berharap terlalu tinggi, aku sudah merasa sangat lelah tetapi masih saja tidak kunjung terlelap, kehilangan kesadaran saja tidak bisa sedikit lebih lama lagi, itu karena Yudis tidak henti hentinya memberikan pukulan kepadaku.
Sepanjang seminggu ini aku diperlakukan seperti ini sebagai pihak yang selalu saja menerima pukulan, aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan dan tidak bisa keluar dari neraka ini, tetapi setiap hari masih harus menerima pukulan dari Yudis, ruangan sekecil ini benar benar lebih menakutkan daripada neraka, keadaan disini benar benar memprihatinkan ditambah lagi dengan keberadaan Yudis yang tidak ada lelahnya untuk menyiksaku sepanjang waktu, setiap saat aku ingin beristirahat sejenak maka dia akan menghajarku, saat aku jatuh pingsan dia kembali memukulku agar aku kembali tersadar, semua ini terus saja berulang setiap waktu, rupaku sudah benar benar memprihatinkan tetapi dia masih saja tidak menghentikan serangannya.
Beberapa hari ini adalah hari paling menyakitkan yang pernah aku jalani selama 20 tahun ini, aku benar benar merasakan rasanya lebih baik mati dibanding hidup, harapan di dalam hatiku yang berharap agar aku bisa keluar dari dalam sini sudah menghilang entah kemana, yang tersisa hanyalah keputus asaan, aku tidak bisa melihat cahaya luar tidak bisa merasakan sorot cahaya yang terpancar ke dalam tubuhku, aku hanya bisa hidup di dalam jurang yang paling gelap ini.
Kedatangan Yudis benar benar untuk menghancurkanku, kepuasan terbesarnya adalah dia bisa menghajarku kapanpun dia mau, jika dia menginginkannya maka dia akan memukulku dan melatih tinjunya. Aku yang berada di bawah siksaannya tidak ada satu bagian pun dari tubuhku yang masih utuh, kepalaku sudah sebengkak kepala babi, sekujur tubuhku sudah penuh memar, tulangku remuk dan aku menjadi kurus kering, luka yang aku terima menjalar keseluruh tubuhku dan tidak ada sedikitpun yang tersisa.
Yang paling menyedihkan adalah aku yang terluka seperti ini saat polisi datang untuk mengantarkan makanan dan aku meminta untuk mendapatkan perawatan tetapi mereka menolak dan tidak mengijinkan.
Mungkin maksud mereka adalah jika aku masih hidup maka aku tidak membutuhkan perawatan kecuali jika aku sudah tidak bernapas maka permainan ini akan berakhir.
Mereka semua berencana untuk membunuhku, aku benar benar tidak mengerti siapa yang memiliki kebencian sedalam ini kepadaku, jika menghabisiku dengan kejam atau mungkin melayangkan sebuah pisau ke tubuhku mungkin aku bisa langsung mati, tetapi sekarang yang terjadi adalah siksaan yang bertubi tubi tanpa henti dan perasaan ini rasanya seperti mati untuk puluhan ribu kali, sangat menyakitkan.
Aku bahkan tidak tahu ketekunan seperti apa yang aku lakukan hingga membuatku bertahan di dalam neraka yang begitu menakutkan seperti ini selama satu minggu, setelah satu minggu kemudian aku memiliki pemikiran jika kenapa aku masih belum mati.
Aku tiba tiba merasa hidup itu begitu menakutkan dan menyedihkan, aku merasa seperti orang gila yang takut akan segala sesuatu di dunia nyata, aku takut kegelapan, takut tidak bisa bernapas, takut akan rasa sakit, takut akan orang lain dan lebih takut kepada Yudis. Sekalipun Yudis tidak memukuliku tetapi aku rasanya sangat tertekan, begitu melihatnya saja membuat sekujur tubuhku gemetaran, aku sangat ketakutan dan perasaan hidup seperti ini benar benar menyedihkan, aku tidak ingin hidup lagi, tidak ingin bernapas di dunia ini lagi walaupun hanya sedetik saja.
Hal itu membuatku sangat marah, aku mengumpulkan semua kekuatanku yang tersisa dan kemudian berteriak kepada Yudis, “bunuh saja aku.”
Ini adalah keinginan terakhirku, aku hanya berharap agar bisa menyingkirkan dunia yang tidak manusiawi ini dengan cepat, lebih baik hidup di neraka daripada tinggal di sini, aku sudah tidak sanggup lagi, benar benar sudah tidak sanggup lagi, perasaan seperti ini tidak bisa lagi digambarkan sebagai rasa sakit, ini bahkan sudah melampaui batas yang sangat menyakitkan, aku benar benar ingin segera terlepas dari semua ini.
Tetapi Yudis tidak melakukan apa yang aku inginkan, setelah mendengar apa yang aku katakan dia langsung menyeringai, mungkin dia sangat menyukai melihat aku yang seperti ini yang memohon untuk mati saja dibandingkan hidup, dia memandangku tajam dan berkata dengan kejam, “membunuhmu ? aku tidak akan melakukannya, jika seperti itu aku akan berada dalam masalah, aku hanya ingin menyiksamu dan membuatmu lebih menderita dibandingkan mati.”
Perkataan Yudis benar benar membuatku merasakan putus asa untuk kesekian kalinya. Tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya jika memohon untuk matipun tidak bisa, dulu aku berpikir jika kematian adalah hal yang paling menakutkan bagi semua orang, tetapi sekarang aku menyadari jika mati itu adalah suatu kebebasan dan sama sekali tidak menakutkan. Perasaan yang aku alami seperti ini rasanya sudah mau mati tapi tidak kunjung mati itulah yang paling mengerikan, aku merasa jika tidak ada yang aku takutkan di dunia ini, tetapi saat ini aku takut akan segala hal, terutama takut tidak bisa mati. Aku hanya berharap setelah aku mati maka aku bisa bereinkarnasi dengan cepat, tapi Yudis tidak membiarkan aku mati, dia masih saja menghancurkan dan menyiksaku tanpa lelah, hari hari seperti ini berlanjut selama tiga hari.
Setelah tiga hari itu juga merupakan hari kesepuluh Yudis datang ke sel ini, hari hari yang tidak manusiawi ini akhirnya berakhir, aku sudah tidak lagi mengharapkan dan tidak memiliki harapan apapun. Pintu ruang tahanan terbuka dan kemudian seorang petugas masuk dan berkata dengan serius, “Chandra kita sudah menyelidiki dengan jelas kasus Michael, hal ini tidak ada hubungannya denganmu, kamu sudah boleh bebas.”
Kebebasan, kenapa rasanya kata kata itu terasa begitu jauh bagiku, jika petugas itu mengatakan hal itu saat aku baru dua hari berada di dalam sel tahanan maka mungkin aku senang sekali dan berterima kasih kepada Tuhan. Namun selama aku mengalami penyiksaan yang paling kejam di dunia selama 10 hari, maka kebebasan ini tidak ada artinya untukku, setelah mendengar kata kebebasan itu aku benar benar tidak bisa merasakan apa apa lagi.
Semangat yang aku miliki sudah runtuh, jiwaku sudah hancur, begitu pula dengan kekuatan mentalku, sekarang yang tersisa dari dalam diriku adalah tubuh yang sudah mati, itu sama saja seperti sebuah mayat, mendapatkan kebebasan juga tidak ada gunanya, saat dilepaskan keluar juga rasanya seperti seonggok mayat yang sedang berjalan.
Aku hampir tidak sadar menyeret tubuhku yang menyedihkan ini dengan frustasi dan mengikuti polisi keluar dari sel tahanan yang sudah menahanku selama beberapa hari, aku berjalan perlahan dan terhuyung huyung, dari dalam sel tahanan keluar tidaklah jauh tetapi aku berjalan untuk waktu yang sangat lama, seperti orang tua yang hanya untuk berjalan saja sangat kesusahan, selama berjalan kakiku terus saja gemetaran, tubuhku rasanya seperti hancur dan dengan langkah tergontai berjalan keluar dari kantor polisi.
Begitu sampai di luar cahaya matahari benar benar menusuk kedua mataku, aku berada di dalam kegelapan untuk waktu yang cukup lama dan tidak bisa menerima cahaya ini secara tiba tiba, cahaya yang begitu kuat menusuk mataku hingga membuat air mataku terjatuh, tetapi aku tidak menutup kedua mataku dan hanya membiarkan air mata itu mengalir begitu saja, dalam pandanganku yang buram aku melihat sosok Fetrin.
Pada saat ini Fetrin tengah berdiri di sebelah mobil Rolls Royc, saat dia melihat aku yang begitu menyedihkan seperti ini, wajahnya terlihat kaku, matanya menunjukan ekspresi yang tidak bisa di mengerti sampai sampai kedua pelupuk matanya memerah.
Dibandingkan dengan sikap Fetrin yang seperti itu aku jelas jauh lebih mati rasa dibandingkan dengannya, aku berjalan dengan gemetar menuju ke arahnya tanpa ekspresi apapun di wajahku.
Setelah berjalan ke depan Fetrin aku menghentikan langkah kakiku, menatapnya dan mengeluarkan suara yang sudah seperti bukan suaraku lagi, “kenapa kamu tidak menyelamatkanku lebih awal.”
Novel Terkait
Cinta Yang Dalam
Kim YongyiWanita Yang Terbaik
Tudi SaktiSi Menantu Dokter
Hendy ZhangPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeLove Is A War Zone
Qing QingSi Menantu Buta
DeddyInnocent Kid
FellaBeautiful Love
Stefen LeeWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)