Wahai Hati - Bab 20 Momen Menegangkan
Dua pria mesum yang seolah-olah sudah lapar ribuan tahun, melakukan perbuatan yang tidak senonoh yang menjijikkan terhadap Marie Hu. Hal yang paling aku benci dalam hidupku terjadi sekali lagi di depan mataku.
Pada saat ini, aku hanya merasakan kemarahan yang hebat meledak di kepalaku, api kemarahan membara di mataku, tanpa berpikir banyak lagi, aku meraung penuh amarah yang meledak keluar dari dadaku:”Hentikan!”
Sebelum kata-kataku berakhir, badanku sudah meluncur seperti panah tajam ke arah mereka!
Marie Hu yang menggelengkan kepalanya dengan putus asa, matanya bersinar gembira begitu melihat kemunculanku yang tiba-tiba, mulutnya dilakban, sehingga tidak bisa bicara dengan jelas. Wajahnya yang cantik penuh oleh air mata. Rambutnya berantakan, bahkan stoking terseksinya sudah dirobek oleh bajingan itu. Keadaannya sekarang benar-benar mengenaskan!
Sedangkan kedua pria mesum itu menghentikan perbuatannya begitu mendengar teriakanku, mereka segera menarik tangan bejatnya yang sedang meraba-raba tubuh Marie Hu dan mereka berbalik melihat ke arahku.
Ketika mereka melihatku tiba-tiba keluar dari kegelapan, pandangan mata mereka segera berubah, itu adalah ekspresi kesal karena merasa terganggu olehku, tetapi tidak ada ekspresi ketakutan sama sekali dalam pandangan mata mereka, pria muda berambut pirang mencibirku dan berkata:”Ternyata kamu, barusan aku melihatmu diam-diam menyelinap keluar dari sini dan kami datang untuk melihatnya. Wanita ini pasti orangmu kan! Kenapa, kamu sendiri sudah mencicipinya, tidak bisakah kamu membiarkan kita berdua bermain-main dengannya?”
Tidak heran kedua bajingan itu bisa menemukan tempat tersembunyi seperti ini, ternyata mereka melihatku keluar dari semak ini, maka mereka bisa menemukannya, dan akhirnya melihat di sini ada seorang wanita cantik yang seksi terikat di pohon maka mereka langsung melakukan aksinya.
Begitu si pirang itu selesai berbicara, pria satunya yang memakai anting-anting di telinganya langsung berkata:”Betul, bocah, jika masalah ini tersebar keluar maka tidak baik bagi siapa pun, aku menyarankanmu untuk tidak ikut campur, minggir!”
Tanpa banyak omong kosong lagi, aku segera menendang ke arah si pirang yang lebih dekat denganku, lalu aku berteriak:”Sialan kalian!”
Si pirang yang tidak menduga seranganku ini, jatuh berguling ke tanah ditendang olehku, dia segera bangun dan berteriak dengan marah!
Pria beranting di samping begitu melihat ini, mengutukku dan segera menyerangku.
Seluruh tubuhku dipenuhi amarah dan kebenciaan, meskipun badanku masih terasa sakit oleh bekas pukulan, meskipun seluruh badanku merasa capek, tetapi pada saat ini, kemarahan yang ada di hatiku membuat aku melupakan itu semua, aku bertarung sekuat tenaga dengan pria beranting yang menyerang ke arahku.
Meskipun selama sekolah menengah atas aku sama sekali belum pernah berkelahi, namun, selain giat belajar aku juga melatih kebugaran badanku. Karena aku tahu, kalau tidak ingin ditindas orang lain maka hanya punya satu cara yaitu kita harus memiliki ketangkasan yang bagus, kalau tidak, kita akan dengan mudah dikalahkan oleh orang lain.
Setelah melalui latihan jangka panjang yang tak henti-hentinya, kebugaran tubuhku menjadi sangat baik, setidaknya tidak akan terlalu lemah untuk bertarung, aku tidak akan kalah melawan pria beranting seperti ini.
Tetapi ketika si pirang bangun dari tanah, dia mengambil sebatang ranting pohon, dan bergabung untuk melawanku dan aku sedikit kewalahan. Mereka berdua melawan aku seorang diri, mereka jelas lebih diuntungkan dibanding denganku, lagipula mereka berdua adalah orang yang sudah terjun di masyarakat, kalau di lihat dari penampilan mereka, sepertinya mereka adalah berandalan dan mereka sangat kuat. Sedangkan aku hanyalah seorang pelajar, hal yang paling utama adalah bahwa seluruh badanku masih sakit karena dihajar oleh orang-orang Ten Zhou, meskipun semangatku membara sekarang tetapi luka diseluruh tubuhku membuat gerakanku terhambat. Setelah beberapa saat, aku berada dalam posisi yang tidak menguntungkan dan aku dipukul dengan kejam.
Dalam kondisi yang seperti ini, tanpa berpikir panjang, aku mengeluarkan pisau pegasku dan segera menusukkannya ke arah si pirang yang posisinya paling dekat denganku.
Tusukkan ini mengenai tangan si pirang dan ranting pohon yang ada di tangan si pirang jatuh ke bawah, matanya melotot dan dia terkejut dan berkata:”Sial, anak ini punya pisau!”
Ketika dia berbicara, aku seperti macan tutul menyerang ke arahnya, dia segera terjatuh, kemudian, aku tidak memberinya waktu untuk mengatur napas, aku memukul kepalanya beberapa kali dengan pegangan pisau, dan setiap pukulanku itu sangat keras. Mata si pirang langsung berubah, mungkin kepalanya benar-benar pusing, dia terbaring di tanah dan tidak bisa bangun lagi.
Di sisi lain, pria beranting melihat pisau di tanganku dan melihat aku bertarung dengan aura yang begitu hebat, dia terlihat sedikit ketakutan, dia tidak berani terlalu dekat denganku, dia berkata seperti mau berkompromi denganku:”Saudaraku, jangan bertindak sembarangan, kami hanya bercanda dengan wanita ini tadi, jangan anggap serius!”
Takut mati adalah sifat dasar manusia, bahkan jika mereka adalah gangster, mereka juga akan takut mati!
Jika itu adalah masalah biasa, aku tidak akan terlalu perhitungan dengannya, tetapi mereka melecehkan wanita, ini telah melewati batas toleransiku, aku tidak akan melepaskannya begitu saja! Oleh karena itu, aku sama sekali tidak memberikan kesempatan kepada pria beranting untuk bernegosiasi, aku memegang erat pisau pegasnya dan langsung menyerangnya.
Mataku memerah seperti orang gila, napasku sangat berat dan tenagaku sangat kuat. Kekuatan pria beranting tidak sekuat aku, dan sekarang dia melihatku mengamuk dengan pisau, dia menjadi ciut dan tidak berani berhadapan langsung denganku, dia hanya menghindarinya, ini memberiku banyak peluang, aku sama sekali tidak mundur dan melakukan serangan tanpa henti.
Di bawah serangan bertubi-tubi dariku, bagian punggung belakang pria beranting tergores oleh pisauku dan dia menjerit kesakitan, aku memamfaatkan kesempatan ini untuk merobohkannya dan memukulnya dengan keras.
Pria beranting itu lebih lemah daripada si pirang, tidak begitu lama, dia pingsan dipukul olehku dan tidak sadarkan diri!
Setelah selesai menghajar mereka berdua, aku menarik napas panjang, dan kemudian perlahan-lahan berdiri, pada saat ini, aku baru menyadari bahwa tubuhku hampir hancur, sangat lelah, tetapi aku merasa puas.
Pukulanku lumayan berat, dari mereka berdua, satunya pingsan dipukul olehku, satunya lagi terbaring lemah di tanah dan tidak bisa bangun, ini juga pelajaran yang serius bagi mereka, amarahku yang membara akhirnya reda!
Aku membalikkan badan dengan segera menuju ke arah Marie Hu yang terikat di pohon. Dia kaget melihatku berkelahi dengan ganas dan keras dan dia sedikit terkejut melihatku mati-matian menyelamatkannya. Tetapi ini bukan apa-apa, emosi yang paling kuat di dalam matanya sekarang adalah dendam!
Benar saja, ketika aku berjalan di depannya dan melepaskan lakban yang ada di mulutnya, dia segera menangis dan berteriak kepadaku:”Chandra, kamu bajingan, kamu hampir mencelakaiku!”
Begitu mulutnya dibuka, emosi Marie Hu meledak, aku tahu, dia pasti ketakutan sekali tadi, bagi wanita mana pun, kesucian itu sangat penting, meskipun Marie Hu seksi tetapi dia adalah seorang mahasiswi muda, bahkan dia adalah kembang kampus, orang seperti dia tidak akan membiarkan orang lain menodainya. Jadi, dia marah kepadaku dan aku akan menerimanya dengan ikhlas.
Aku menatapnya dengan pandangan yang rumit, lalu memotong tali ikatannya dengan pisau dan aku berkata dengan datar:”Kamu pergilah!”
Ini adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan untuknya yaitu melepaskannya pergi. Meskipun aku hampir membuat kesuciannya ternoda tetapi bagaimanapun juga aku menyelamatkannya tepat waktu dan aku sudah mewakilinya menghajar kedua pria mesum dengan ganas, seharusnya ini sudah cukup.
Namun wanita ini memiliki temperamen yang sangat keras, tidak tidak terima dengan penindasan apa pun, tadi dia dilecehkan dan hampir diperkosa, sekarang dia dipenuh emosi kemarahan dan dia tidak bermaksud untuk membiarkannya begitu saja. Setelah aku melepaskannya, dia tiba-tiba menyambar pisau pegas yang ada di tanganku, dan berlari dengan agresif ke arah si pirang, berlari sambil berteriak:”Aku akan membunuhmu!”
Melihat kondisi Marie Hu yang sudah kehilangan akal sehat, aku segera menyadari bahwa dia benar-benar akan membunuhnya, oleh karena itu aku segera mengejar Marie Hu untuk menghentikannya.
Si pirang yang berbaring dan mengerang di tanah, begitu melihat Marie Hu berlari dengan pisau ke arahnya, dia terkejut dan dengan cepat berjuang untuk bangkit, berusaha melarikan diri!
Namun, si pirang belum sempat bangun dan rambutnya ditarik oleh Marie Hu yang sedang mengamuk, pada saat yang sama, tangan lain Marie Hu yang memegang pisau pegas segera menusuknya!
Gerakan Marie Hu itu benar-benar tanpa ampun, dia jelas-jelas bermaksud membunuhnya!
Pisau pegas adalah senjata pertahanan diriku, tetapi aku punya perhitungan ketika aku menggunakannya, aku tidak akan menggunakannya untuk membunuh orang. Tapi Marie Hu berbeda, dia sangat marah dan sudah tidak bisa berpikir rasional lagi, jika pisau ini menembus hati si pirang maka si pirang akan benar-benar mati!
Tentu saja aku tidak akan membiarkan dia melakukan kesalahan besar, membunuh adalah melanggar hukum, ibuku adalah contoh hidupnya, aku tidak bisa membiarkan Marie Hu mengikuti jejak ibuku! Saat Marie Hu ingin menikam si pirang, aku bergegas ke arahnya, menangkap tangan kanannya yang memegang pisau dan menghentikannya:”Jangan gegabah, cepat lepaskan!”
Pada saat seperti ini, Marie Hu mana mungkin akan mendengarkan perkataanku, dia berontak seperti orang gila, meskipun Marie Hu hanya seorang gadis, namun jika marah, kekuatannya juga tidak kecil, dan barusan aku habis berkelahi, badanku masih lemah, aku hampir sudah tidak bisa mengendalikannya lagi.
Si pirang yang tergeletak di tanah, rambutnya ditarik Marie Hu, pupil matanya ketakutan dan membesar, dia berteriak sambil berontak:”Wanita gila, lepaskan aku, aku tidak melakukan apa-apa padamu, kamu akan mati jika berani menyentuhku!”
Si pirang terluka parah dan sekarang rambutnya ditarik Marie Hu dengan kencang, dia menyeringai kesakitan, dia terus berjuang tetapi tetap tidak bisa melepaskan tarikannya dan hanya bisa memakai mulutnya untuk mengancam Marie Hu.
Tapi Marie Hu sudah berubah menjadi seekor harimau betina, dia sama sekali tidak bisa mengendalikan emosinya, dia terus berteriak ‘Aku akan membunuh binatang sepertimu’, dan terus berusaha menggerakkan pisaunya!
Aku hampir pingsan dibuat olehnya, pada saai ini, aku hanya memiliki satu keinginan, aku tidak akan membiarkannya membunuh orang, jadi aku berusaha sekuat tenaga untuk menangkapnya sambil mengambil pisau di tangannya, supaya dia tidak melukai si pirang.
Si pirang yang terbaring di tanah hampir mati disiksa, rambutnya sudah hampir tercabut semua, dan yang lebih menakutkannya adalah pisau di tangan Marie Hu yang beberapa kali hampir menusuknya, si pirang ketakutan sampai berkeringat dingin dan wajahnya menahan kesakitan!
Melihat situasinya yang tidak terkendali, aku mengertakkan gigi dan aku meraih tangan Marie Hu dan mengguncangnya dengan keras, akhirnya, pisau di tangan Marie Hu jatuh ke tanah dengan keras.
Pisaunya sudah tidak ada, emosi Marie Hu lebih meledak lagi, dia menjerit, hampir mengerahkan seluruh kekuatan seumur hidupnya, dan menarik rambut si pirang dengan sekuat tenaga!
Terdengar suara mendesis, rambut kuning si pirang benar-benar dicabut oleh Marie Hu, segera, teriakan si pirang mengguncangkan seluruh hutan, dan dia berguling–guling kesakitan di tanah.
Aku saja merasakan sakit ketika aku melihat kulit kepala si pirang berdarah, tetapi Marie Hu belum bermaksud melepaskan si pirang, dia masih berpikir mengambil pisau di tanah.
Aku tidak punya pilihan lain selain memeluknya dengan erat, membujuknya tenang dan berhenti!
Si pirang yang berguling-guling di tanah, melihat Marie Hu tak ada habisnya, dia langsung marah, dia menyentuh kulit kepalanya yang berdarah dan emosinya meledak, secepat kilat dia mengambil pisau pegas di tanah, berjuang untuk bangun dan segera memegang erat pisau itu dan bergegas ke arah Marie Hu sambil berteriak:”Bajingan!”
Si pirang juga sudah kehilangan akal sehatnya, dia menuju ke arah Marie Hu dengan ganas.
Marie Hu yang sedang berjuang melepaskan diri dariku, tiba-tiba ketakutan melihat perubahan ini, tubuhnya membeku dan dia benar-benar lupa untuk bagaimana mengelaknya, dan hanya bisa menyaksikan pisau menusuk dadanya!
Sedangkan aku yang sedang menarik dan membujuk di belakang Marie Hu, aku sama sekali tidak memperhatikan si pirang yang berguling di tanah, aku segera sadar ketika dia berteriak dengan pisau dan mengarah ke Marie Hu, tetapi pada saat ini, ujung pisau hanya berjarak beberapa centimeter dari dada Marie Hu.
Dalam kepanikan yang seperti ini, aku tidak punya banyak waktu untuk berpikir, aku hanya mengandalkan instingku, kedua tanganku melindungi Marie Hu dan mendorongnya ke samping dengan sekuat tenagaku.
Segera, Marie Hu terjatuh di samping, sedangkan pisau di tangan si pirang, menusuk dadaku dengan keras ...
Novel Terkait
Love In Sunset
ElinaInnocent Kid
FellaAwesome Guy
RobinCinta Yang Tak Biasa
WennieSi Menantu Dokter
Hendy ZhangPenyucian Pernikahan
Glen ValoraCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinPernikahan Tak Sempurna
Azalea_Wahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)