Wahai Hati - Bab 127 Ucapan Marie
Ruben Cai yang pernah terkenal hingga dijuliki pria sempurna, kini menjadi serpihan debu dan dengan mudah dimatikan oleh Tuan Muda Ferdy, dia bahkan tidak sempat untuk mengenang kembali kehidupannya, sudah langsung bertemu dengan Raja Yama tanpa persiapan apapun. Bagi Ruben Cai, ini adalah akhir yang sangat tiba-tiba, menyedihkan dan tidak puas, dia juga mati tanpa memejamkan matanya.
Tetapi bagi Tuan Muda Ferdy, kematian Ruben Cai adalah hal yang pantas, karena Ruben Cai berani melakukan rencana dan menyinggung Clara Xia, jadi dia pantas mati. Dan yang paling penting adalah hanya dengan kematian Ruben Cai, namaku baru bisa tetap menjadi pelaku atas kasus Clara Xia. Bukti akan hilang karena kematian, jadi aku selamanya tidak punya kesempatan untuk membersihkan nama baik. Bisa juga dikatakan Tuan Muda Ferdy tetap memiliki alasan untuk menyerangku, dari awal sampai akhir dia selalu memiliki alasan yang jelas.
Chris terlambat selangkah dalam aksi ini, setelah dia mendapat perintah dari Fetrin, dia langsung mulai beraksi dan menangkap Ruben Cai sebias mungkin. Tetapi malam itu yang didapatkannya adalah kabar kematian Ruben Cai. Kemudian Chris langsung dating ke rumah sakit, dia langsung beritahu kabar kematian Ruben Cai kepada aku dan Fetrin.
Eskpresi Fetrin langsung berubah menjadi sangat pucat setelah mendengar kabar ini, tatapan matanya dipenuhi dengan rasa tidak puas, dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan mengoceh: "Bunuh orang untuk menghilangkan bukti, Ferdy sungguh hebat!"
Aku terbaring di rumah sakit, hatiku juga tiba-tiba merasa terserang dengan kuat, dasar Ruben Cai berengsek mati dengan sia-sia, jika dia mati, maka aku tidak bisa membersihkan namaku lagi. Nama pelaku yang mungkin bisa ada ini akan selamanya tertempel di kepalaku. Aku tidak punya bukti untuk membuktikan diriku, rasa ini sungguh menderita. Yang membuatku lebih depresi adalah Tuan Muda Fredy yang gila ini sudah selamanya memegang titik lemahku. Dia bisa menyerangku tanpa memikirkan apapun lagi. Sial*an, kenapa aku mendapat bencana seperti ini tanpa melakukan kesalahan apapun, aku belum menyuruh Tuan Muda Ferdy yang pelaku sebenarnya untuk meminta maaf.
Setelah terbengong beberapa saat, aku baru berkata: "Bibi Fetrin, bagaimana sekarang?"
Fetrin berpikir sebentar lalu berkata: "Tidak ada cara lain lagi, hanya bisa menyerang Ferdy saja. Terhadap masalah Clara Xia, asalkan kamu tidak mengakuinya, pasti bisa!"
Ini memang cara satu-satunya, jika aku tetap tidak mengakui masalah ini, Tuan Muda Ferdy juga tidak bisa melakukan apapun padaku. Dia keras kepala, aku juga keras kepala, jika kita kedua pihak tetap keras kepala dan tidak ada yang mau mengalah, maka bagaimanapun itu, perang besar tetap tidak bisa dihindari. Melawan orang seperti Tuan Muda Ferdy harus melawan secara terang-terangan. Ini sangat cocok dengan gaya Fetrin saat melakukan sesuatu, pastinya aku juga setuju.
Tanpa menunda, Fetrin langsung menyuruh Chris untuk berikan surat pernyataan perang terhadap Ferdy, Chris langsung melakukannya.
Tuan Muda Ferdy menerima surat pernyataan perang, mulutnya langsung menaik. Ini sangat cocok dengan keinginannya, sekarang dia tidak hanya bisa mematikanku, dia masih bisa menghancurkan kekuatan keluargaku dalam sekali serangan hingga keluargaku tidak akan membaik selamanya, jadi dia juga tidak perlu mengkhawatirkan masalah akan terjadi kedepannya.
Waktu perang besar adalah 3 hari kemudian, kedua pihak tidak ada tanggapan yang beda, jadi masalah ini langsung disepakati!
Bagiku perang ini adalah perang pembalasan dan perang terpaksa, karena walaupun aku tidak bersalah, Tuan Muda Ferdy cepat lambat juga akan menyerangku. Dia memperalat masalah Clara Xia untuk menjadikan kelemahanku dan dia tidak akan melepaskanku. Keluargaku tetap akan melindungiku walaupun menggunakan seluruh kekuatannya. Jadi sebuah perang besar untuk menyelesaikan dendaman ini juga sebuah hal yang terpaksa.
Aku tidak tahu apa hasil akhir dari perang besar ini, kemungkinan untuk menang akan sangat kecil, tetapi jika ada sedikit kesempatan untuk menang, aku akan berharap kepada perang ini, karena hidupku tidak ada harapan lain lagi, salah satunya yang kuinginkan adalah membunuh Tuan Muda Ferdy, ini adalah salah satu tekadku sekarang. Karena ini, aku baru punya semangat untuk tetap hidup, walaupun sekujur tubuhku kini dipenuhi dengan luka bakar, aku juga tidak memikirkannya lagi, aku hanya mau balas dendam saja. Demi bisa melihat perang 3 hari ke depannya secara langsung, sekarang aku rela untuk bekerja sama dengan pengobatan dari dokter, aku berharap bisa melihat kematian Tuan Muda Ferdy secara langsung. Walaupun kemungkinannya tidak besar, tetapi aku juga tetap berharap. Kini sudah tidak ada jalan lain lagi, aku selain mendoakan kemenangan, tetap berdoa untuk menang dan tidak ada lain lagi.
Keesokan harinya, Olive datang ke rumah sakit menjengukku, di sekolah sedang tersebar kabar aku terbakar, bisa dikatakan ini adalah hal yang sangat menggemparkan sehingga tidak ada orang yang tidak tahu masalah ini di sekolah.
Pastinya Olive juga sudah mendengar kabar ini, sebelumnya dia sudah sangat berusaha melepaskan semua ini dan tidak memiliki hubungan apapun lagi denganku, juga tidak ingin meladeni desas desus tentang nama baik atau aku mengejar Clara Xia di sekolah, intinya dia tidak akan memedulikan apapun lagi dan hanya menjalani kehidupannya yang tenang.
Tetapi saat Olive mendengar aku dibakar secara hidup-hidup di Restoran Malatang, dia tetap sakit hati karena tidak bisa menahannya, sakit itu seperti rasa ditusuk oleh pisau, seperti rasa saat api membakar di tubuhku, tetapi dia yang merasakan kesakitan di hatinya. Dia tidak tahan lalu diam-diam meneteskan air matanya, kesakitan ini tidak bisa dikendalikan oleh akal pikiran Olive sendiri, rasa sakit ini berasal dari hatinya yang paling dalam.
Terakhir, dia tetap tidak bisa menahan kekhawatirannya, di pagi hari ini, dia datang ke rumah sakit menjengukku. Saat dia melihat aku yang hampir terbungkus sepenuhnya di atas tempat tidur, matanya langsung menjadi merah, hatinya langsung terasa kesakitan yang luar biasa, dia punya banyak hal yang mau dikatakan padaku, tetapi dia tidak tahu menggunakan identitas apa untuk mengatakannya. Setelah berdiam beberasa saat, dia hanya mengatakan 4 kata yang pendek: "Aku datang menjenguk kamu!"
Suara Olive sedikit tersedak, aku tahu jika dia tulus sedih karena aku, aku juga berterima kasih dia datang melihatku. Wanita yang pernah membuatku merasa sangat kesakitan, hari ini yang dia berikan padaku hanyalah kehangatan.
Aku dari awal sudah tidak benci padanya lagi, hingga aku masih merasa bersalah terhadap siasat dari Ruben Cai, hanya saja karena aku dan dia pernah saling bertatapan tanpa busana, karena desas desus tentang kita sangat banyak, jadi hubungan kita sedikit canggung. Beberapa waktu ini aku juga tidak memiliki hubungan apapun dengannya lagi, kita seperti sudah saling mengerti tanpa mengatakan apapun, perlahan menjauhi masing-masing.
Tapi sejak aku luka karena terbakar, Olive mengesampingkan semua ini dan datang mengkhawatirkanku. Hatiku yang dingin, seketika sedikit terharu, aku menatap dia sambil berkata: "Terima kasih!"
Olive menganggukkan kepala sambil menangis, kemudian setelah dia berpikir beberapa saat, akhirnya dia menyemangatiku, dia berharap aku bisa kuat untuk berdiri, jangan jatuh karena hal seperti ini, aku pasti harus semangat kembali. Kata-kata Olive memang tidak elegan, tetapi semua kata-katanya sangat tulus, dia tahu seberapa besar tekanan masalah ini padaku, dia takut aku tidak bisa semangat kembali lagi, jadi dia mengatakan kata semangat dengan memeras otaknya.
Aku tidak ingin Olive terlalu mengkhawatirkanku, aku juga tidak ingin mengecewakannya, jadi aku khusus pura-pura dengan santai menjawab: "Siap!"
Olive menatapku dengan tenang, kemudian setelah berbicara beberapa patah kata denganku, diapun pergi.
Aku dengan diam-diam melihat Olive meninggalkan kamar pasien, hatiku masih menyimpan rasa hangat itu, tetapi rasa hangat langsung menghilang dalam sesaat. Karena tidak lama setelah Olive pergi, Marie sudah datang.
Mereka berdua terlihat seperti janjian, satu baru pergi, kemudian datang lagi. Hanya saja Marie bukan datang untuk menasehatiku, dia datang untuk mengintrogasi, kata pertama yang diucapkannya saat masuk ke kamar pasien adalah: "Kenapa kamu tidak mati karena terbakar?"
Kata-kata itu langsung membuat hatiku menjadi sangat dingin, aku merasakan sekujur tubuh yang kedinginan hingga ke dalam tulangku, bagiku ini adalah penderitaan yang sangat besar.
Aku menjadi begitu buruk, saat Olive melihat juga tidak tahan untuk meneteskan air matanya, tetapi Marie yang setidaknya pernah pacaran denganku, kita pernah saling mencintai, hari ini saat melihat aku terbakat hingga kondisi yang buruk, dia malah tidak simpati dan mengkhawatirkanku sama sekali, melainkan mengutukku untuk mati. Ini tampak jelas dia sedang menusukkan sebuah pisau di hatiku, membuat hatiku yang sebenarnya sudah terluka menjadi tidak berhenti berdarah.
Walaupun aku sudah melepaskan perasaan ini, tetapi kini aku juga menderita karena tidak bisa menahannya, aku menatapnya dan menjawab dengan menderita: "Aku beruntung!"
Setelah Marie mendengar kata-kataku, dia tertawa dingin. Tawaannya terdapat rasa sedih, marah dan benci, dia berkata padaku dengan kemarahan: "Benar, kamu beruntung, tapi orang lain tidak seberuntung kamu, kenapa kamu mesti mencelakai orang lain?"
Aku dengan hening menjawab: "Siapa yang telah ku celakai?"
Marie menjawab dengan marah: "Ruben Cai, apakah bukan kamu yang membunuhnya? Apa sekarang kamu sudah puas?"
Sampai sini, emosional Maris sudah sedikit tidak terkendali, dan aku akhirnya mengerti kenapa Marie langsung menyalahkanku, ternyata dia mengira aku yang membunuh Ruben Cai.
Mendengar sampai ini, aku beneran ingin tertawa, bagaimana Marie bisa bodoh sampai tahap ini? Saat Ruben Cai masih hidup, dia ditipu oleh Ruben Cai sehingga salah paham denganku. Sekarang Ruben Cai sudah meninggal, dia masih bisa salah paham denganku. Sh*t, aku sudah menjadi orang yang paling tidak bersalah di bumi ini, masalah aku dengan Olive difitnah, masalah aku dengan Clara Xia juga difitnah, sekarang kematian Ruben Lu juga aku yang difitnah, fitnahan ini bisa membuat aku meledak, jika aku tidak mengatakannya lagi, aku akan luka dalam.
Aku berusaha menahan kemarahan itu, mencoba menjelaskan kepada Marie dengan tenang: "Aku tidak mencelakai Ruben Cai, diriku saja masih terbarin di tempat tidur, mana mungkin aku punya tenaga untuk mencelakainya. Ada orang lain yang membunuhnya, kebetulan sekali yang membuatku hingga tahap ini juga orang itu, 2 hari lagi aku akan perang dengan orang itu, mungkin aku masih bisa membantu Kakak Rubenmu balas dendam!"
Setelah mendengarnya, Marie tidak terlihat terkejut sama sekali, dia hanya bertanya dengan serius: "Maksudmu Tuan Muda Ferdy, kan?"
Aku dengan jujur berkata: "Betul!"
Setelah Marie mendengarnya, tidak disangka dia malah menganggukkan kepalanya dengan sangat marah, tatapan matanya terhadapku dipenuhi dengan kecewa dan penyalahan. Dia mengeratkan giginya dan mengkomplain aku: "Apakah kamu tidak salah? Kamu yang menyuruh orang membunuh Ruben Cai, Tuan Muda Ferdy membantu Ruben Cai balas dendam. Aku masih mendengar kabar jika kamu ingin mengotori Clara Xia, Tuan Muda Ferdy sudah bersiap-siap untuk memperhitungkan semua masalah ini, makanya dia berjanji untuk perang denganmu!"
Selesai aku mendengar perkataan Marie, aku langsung tertawa. Di dunia ini beneran memalsukan kebenaran. Marie meyakinkan aku membunuh Ruben Cai hanya karena Tuan Muda Ferdy yang jahat mengadu duluan, dia melemparkan kesalahan kematian Ruben Cai kepada diriku. Orang ini memang sama persis dengan Ruben Cai, setelah melakukan hal buruk, masih tidak mau mengakuinya dan melemparkan kepada orang lain. Tuan Muda Ferdy ini tampaknya ingin menghancurkanku dengan keadilan.
Aku sangat marah terhadap kejahatan Tuan Muda Ferdy, tetapi aku lebih marah terhadap Marie yang tidak memperjelas kebenaran sebenarnya. Sebelumnya dia percaya kepada Ruben Cai dan tidak percaya denganku, sudah membuatku merasa sangat kecewa. Kini dia malah rela percaya kepada Tuan Muda Ferdy yang seperti orang asing dan tetap tidak percaya padaku, dihatinya aku adalah berengsek yang mengotori Clara Xia? Apakah aku adalah iblis yang bisa membunuh Ruben Cai karena keserakahanku?
Tampaknya dulu aku sudah salah mencintai wanita ini, dia tidak mengenal sikapku sama sekali, bahkan dia juga tidak percaya denganku, untuk apa mencintaiku? Hari ini aku jelas-jelas merasakan apa yang dinamakan putus asa, aku sangat putus asa terhadap Marie.
Aku tidak ingin menjelaskan padanya lagi, karena dia menganggap aku adalah orang yang berengsek dan tidak tahu malu, maka biarkan saja dia menganggap begitu. Aku males untuk beromong kosong dengannya lagi, aku langsung berkata padanya: "Terserah kamu bagaimana memikirkannya, asalakan kamu senang saja!"
Saat Marie mendengar perkataanku, dia juga sangat putus asa, dia menatapku dengan sangat sadis, lalu dengan nada bicara yang tidak baik berkata: "Semoga kamu mati saat perang dengan Tuan Muda Ferdy!"
Hatiku yang awalnya sudah membeku, saat mendengar ucapan dari Marie, tiba-tiba menjadi sakit seperti dipotong oleh pisau, sangat menderita. Walaupun dia sudah salah paham padaku, dia juga tidak seharusnya mengutukku untuk mati. Kini aku sudah sangat sengsara, bagaimana mungkin dia bisa mengatakan kata untuk mematikanku, hingga ekspresinya sudah dipenuhi dengan kebencian dan kesadisan, dia beneran ingin aku mati!
Sakit, sakit hingga tidak bisa bernafas. Setelah aku menenangkan diri beberapa saat, aku baru bisa bernafas dengan pelan, kemudian dengan sekuat tenaga, aku mengeluarkan suara seperti orang yang mati: "Terima kasih!"
Novel Terkait
Aku bukan menantu sampah
Stiw boyPernikahan Kontrak
JennyLove And Pain, Me And Her
Judika DenadaMy Only One
Alice SongMy Charming Lady Boss
AndikaUnlimited Love
Ester GohIstri ke-7
Sweety GirlWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)