Wahai Hati - Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)

Olive tertawa mendengar perkataan Marie. Dia tertawa dengan sangat sedih dan sambil menyindir, dia tertawa berkata kepada Marie: “Salahkan aku? Hehe, Marie, kamu seharusnya intropeksi dirimu, kenapa kamu tidak percaya dengan Chandra? Kamu sudah begitu lama dengan Chandra, apakah kamu masih belum mengenal sifatnya, apakah menurutmu dia bisa selingkuh denganku?”

Awalnya Marie yang sudah kehilangan akal pikiran, saat mendengar kata Olive, hatinya tiba-tiba tersentuh, seolah-olah titik paling lemahnya disentuh oleh Olive. Tetapi dia masih sangat yakin jika dirinya tidak salah, jadi dia langsung menegakkan pinggangnya dan berkata kepada Olive: “Kenapa, kamu masih ingin mencari alasan?”

Olive berkata dengan sangat tenang: “Aku tidak perlu membuat alasan, saat Chandra masih hidup, dia tidak membiarkanku untuk menjelaskan padamu, dia bilang kamu memiliki kesalahpahaman yang sangat besar terhadapnya. Jadi salah paham akan semakin dalam jika aku menjelaskannya, tetapi sekarang dia sudah meninggal, jadi aku sudah tidak punya keuntungan apapun lagi. Tidak peduli apapun yang kukatakan, aku juga tidak mungkin akan bersama dengan Chandra lagi. Jadi semua yang kukatakan tidak palsu, aku bisa memberitahumu dengan jelas jika aku tidak punya hubungan apapun dengan Chandra. Kita dipukul orang hingga pingsan dan dibawa ke hotel. Tujuannya adalah untuk membuatmu salah paham, saat Chandra bangun, reaksi pertamanya yaitu menjelaskan padamu. Tapi, apakah kamu pernah percaya dengannya, yang kamu inginkan adalah putus!”

Setelah mendengar semua ini, Marie langsung kacau, otaknya tiba-tiba tidak bisa berpikir sesaat, kemudian perlahan dia menyadari, saat itu dia berpikir mengikuti kata-kata Ruben Cai, dia juga jelas jika hubunganku dengan Olive tidak begitu gampang, jadi dia tidak pernah merasa itu adalah salah paham, dia langsung yakin jika aku selingkuh dengan Olive.

Tapi sekarang Ruben Cai sudah meninggal, aku juga sudah meninggal, kedatangan Marie kepadanya untuk menjelaskan semua kebenaran, membuat Marie tiba-tiba merasakan ketakutan. Dia tidak bisa menahan detak jantungnya yang sangat kencang, dia berusaha menahan kepanikan ini dan berpikir dari posisi lain, dia malah menyadari jika semua ini adalah kemungkinan. Hanya saja pemikiran dia dulu sudah tertanam dengan sangat dalam, dia tidak ingin dengan mudah membantahnya, dia juga tidak berani percaya jika dia sudah salah, dia melawan dengan suara yang serak: “Aku tidak percaya, kamu sedang berbohong!”

Olive berkata dengan dingin: “Apa yang tadi kukatakan belum cukup jelas? Untuk apa aku masih menipu sekarang?”

Marie menatap Olive dengan sangat detil, dia melihat rasa menyindir dan kebencian dari mata Olive, tidak ada kemungkinan untuk menipu sama sekali. Memang, jika aku masih hidup, mungkin Olive akan berbohong demi aku, tetapi sekarang aku sudah meninggal, Olive dan aku selamanya tidak mungkin ada hubungan lebih dalam lagi, untuk apa dia berbohong. Menyadari ini, kepala Marie seperti sudah meledak, tiba-tiba merasa sangat sakit.

Walaupun dia tidak ingin percaya, tetapi dia harus mengakui jika dirinya dulu pernah percaya kepada Ruben Cai, dia tidak pernah meragukan Ruben Cai sama sekali, tetapi kini dia mencoba untuk berpikir semuanya dengan tenang, dia berpikir semua kejadian ini muncul setelah kemunculan Ruben Cai.

Perlahan Marie merasa ada yang tidak beres, saat itu dia terlalu keras kepala, dia selalu merasa jika Ruben Cai adalah Kak Ruben yang dikenalnya saat masih kecil, jadi apapun yang dikatakan Ruben Cai, dia selalu menganggap itu benar. Dia tidak menyadari ada yang aneh, tetapi sekarang dipikir-pikir, Ruben Cai sangat asing padanya, dia tidak mengenal Ruben Cai sama sekali. Misalnya seni bela diri Ruben Cai yang sangat hebat, misalnya dia mengenal Tuan Muda Ferdy yang memiliki kekuatan tidak terkalahkan, semua ini mengartikan jika kekuatan latar belakang Ruben Cai tidak biasa, dia tidak akan takut padaku sama sekali. Jadi yang kukatakan saat itu, jika Ruben Cai seorang diri memukul aku dan teman-temanku yang berjumlah belasan, ini adalah hal yang memungkinkan, dan Ruben Cai menjebak aku dan Olive ke hotel juga hal yang masuk akal.

Semakin memikirkannya, Marie merasa mungkin dirinya beneran sudah salah paham, terutama dia sudah begitu lama mengenalku, setidaknya dia lebih mengenalku dari pada Ruben Cai, dia seharusnya tahu sifatku. Aku adalah pria yang mengorbankan nyawaku demi dia, bagaimana aku bisa melakukan hal yang tidak baik baginya, bagaimana aku bisa menjadi orang jahat yang mencari masalah?

Tiba-tiba hati Marie langsung seperti terasa meledak, sangat sakit, dia teringat aku mungkin menerima fitnahan seberat ini, dirinya langsung merasa susah untuk bernafas, kedua matanya memerah, tanpa sadar matanya menjadi basah, dia menatap Olive dengan tidak jelas dan mengatakan dengan suara yang serak: “Kenapa kamu tidak beritahu aku lebih awal?”

Mata Olive juga memerah, dia juga menatap Marie dengan mata yang kabur, berkata dengan marah: "Kamu begitu linglung tidak bisa membedakan kebenaran masalah, apa ada gunanya kuberitahu lebih awal? Kamu saja tidak percaya dengan Chandra, apa lagi aku?"

Kata ini seperti sebuah bom yang meledakkan Marie hingga tidak tersisa, dia tiba-tiba teringat jika aku sering mengatakan padanya aku tidak bersalah, aku mengatakan jika pelaku semua ini adalah Ruben Cai, tetapi dia tidak percaya padaku. Rasa tidak percayanya membuatku semakin kecewa, sejak itu perselisihanku dengan Ruben Cai semakin besar, bahkan dia merusak wajahnya Ruben Cai. Marie seharusnya Marie mengenal tentang aku, aku hanya bisa kehilangan kendali saat aku sudah sangat benci, aku bisa benci dengan Ruben Cai, pastinya Ruben Cai sudah keterlaluan terhadapku. Ruben Cai yang telah mencelakaiku, Ruben Cai membuatnya salah paham denganku, inilah penyebab terjadinya masalah buruk ini.

Terpikir sampai sini, jantung Marie langsung berdetak dengan sangat kencang, tiba-tiba dia merasakan ada sesuatu emosi yang tersedak di dalam dadanya membuatnya tidak bisa menahan rasa ini. Matanya dipenuhi oleh air mata, akhirnya mengalir dengan sangat deras. Dia benci dirinya sendiri, menyalahkan dirinya sendiri, dialah yang membuatku menerima penderitaan yang tidak ada habisnya, dialah yang membuatku ke dalam masalah, dialah yang membuatku mati dengan tidak puas!

Olive melihat ekspresi penyesalan di wajah Marie, hatinya merasa sedikit puas, tetapi kebencian terhadap Marie tidak akan mengurang, dia merasa tidak adil demi aku, menderita demi aku, dia tidak menyembunyikan sama sekali, dia menyindir Marie dengan terus terang: “Marie, apa kamu ingat dulu kamu menyatakan perasaanmu kepada Chandra di depan sekolah? Saat itu, kamu kita aku sudah buta dan tidak menghargai cinta dari Chandra, kamu bilang ke depannya aku akan menyesal, betul, aku memang menyesal, tapi bagaimana denganmu, apa kamu sudah menghargainya? Kamu hanya merusak cintanya, jika bukan karena kamu, Chandra juga tidak akan begitu tragis. Yang di atas langit melihat yang dilakukan oleh manusia, Chandra akan melihatmu dari atas langit, aku lihat apakah ke depannya kamu bisa hidup dengan tenang!”

Setelah mengatakannya, Olive langsung memutarkan badannya dan meninggalkan tempat ini, dia meninggalkan Marie sendirian terdiam di tempat dengan wajah yang dipenuhi dengan air mata…

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu