Wahai Hati - Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
Pada saat ini, aku merasakan seperti gegar otak, seolah-olah seluruh dunia itu berputar-putar, aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi, aku seperti orang bingung, dan seluruh tubuh terus-menerus mengalami sakit. Serangan pukulan dan tendangan yang cepat memukulku dengan kuat dan kejam, tulangku hampir hancur, sakit yang begitu akut hampir membuatku pingsan.
Aku merasa seluruh tubuhku sangat sakit, dan juga sangat pusing, sudah tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan, jika aku bisa, aku berharap aku masih di dalam mimpi, tetapi rasa sakit yang tidak ada habisnya ini begitu nyata sehingga membuatku harus mengakui jika ini adalah kenyataan. Tetapi aku di dunia nyata, kenapa tiba-tiba dalam kesulitan yang tidak terduga ini? Dari mana pemukulan ini berasal? Apa yang terjadi denganku? Bahkan aku tidak tahu dimana aku berada sekarang. Kepalaku yang pusing ini membuatku kehilangan kemampuan untuk berpikir!
Tidak tahu sudah berapa lama, ketika aku berpikir aku akan mati, akhirnya geng gila yang kejam ini berhenti. Aku sudah babak belur, dan akhirnya aku tidak dipukuli lagi, kepalaku yang pusing akhinya bisa putar balik sedikit!
Selanjutnya, dalam keadaan linglung aku mendengar suara Andi: "Chandra, chandra, bagaimana keadaanmu?"
Mendengar itu, aku tahu Andi sangat sangat cemas, nadanya penuh kegugupan dan kekhawatiran, tetapi duniaku masih berputar, otakku masih gemetaran, jiwaku belum bisa kembali untuk sementara waktu. Setelah beberapa saat, aku perlahan membuka mata.
Pada saat ini, aku baru menyadari, aku berbaring di lantai dalam kondisi babak belur, dan tempat yang aku katakan ternyata adalah asramaku, tiga teman sekamarku Andi, si gendut dan Hendra berada di samping dan memandangku.
Pandangan di depanku semakin jelas, dan otakku semakin jernih, perlahan-lahan, akhirnya aku ingat, tadi aku sedang tidur di asrama, dan juga berarti aku diserang pada kondisi tidur?
Ketika Andi membantuku bangun dari lantai, aku baru bertanya: "Siapa yang memukulku tadi?"
Andi menggelengkan kepala dan berkata: "Aku tidak tau, seseorang mengetuk pintu dan berkata akan memeriksa asrama, lalu setelah mereka masuk langsung menundukkan kami bertiga, lalu menarikmu ke bawah dan langsung pukul!"
Setelah mendengar kata-kata Andi, aku memikirkannya sejenak, dan dengan cepat menarik kesimpulan, ini jelas adalah perbuatan Marie Hu, akhirnya pembalasannya datang juga, tetapi aku tidak menyangka itu datang begitu tiba-tiba dan mengejutkan, orang-orang mereka memukuliku di asrama, dan juga sialan saat aku sedang tertidur. Pemukulan ini benar-benar menyedihkan, rasanya seperti berjalan di jalan, dan tiba-tiba tanaman pot jatuh di atasku!
Aku bahkan tidak tahu bagaimana penampakan orang yang memukuliku, ini benar-benar omong kosong. Tapi, aku juga tahu Marie Hu ingin memberiku pelajaran, jadi dia akan mencari orang untuk menghadapiku adalah masalah waktu, tidak apa-apa dipukuli lebih awal, daripada selalu mempermaslahkan ini. Pemukulan hari ini, anggap saja untuk melunasi hutang tamparanku kepada Elis, meskipun harganya agak sedikit parah, tapi jika bisa menyelesaikan masalah, aku hanya bisa menerima penderitaan ini.
Andi mengerutkan kening melihatku melamun, dan bertanya dengan khawatir: "Chandra, apakah kamu baik-baik saja, apakah ingin ke klinik?"
Aku menggelengkan kepalaku dengan perlahan, berkata: "Tidak perlu, tidak apa-apa!"
Setelah berbicara, aku bersiap untuk kembali tidur. Tapi aku tidak hanya terluka, bahkan selimutku dirobek oleh mereka, di atasnya penuh jejak kaki, orang-orang ini benar-benar keterlaluan.
Andi terdiam sejenak dan berkata: "Aku rasa masalah ini pasti berhubungan dengan Marie Hu!"
AKu menggerakkan mulutku dan berkata dengan santai: "Lupakan saja, anggap ini pelajaran, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa!"
Sambil mengatakan ini aku membereskan selimutku dan melemparkannya ke ranjang, lalu naik ke ranjang dengan tubuh yang sakit ini, melanjutkan tidur. Namun, setelah kejadian ini, aku tidak bisa tidur, tubuhku sangat sakit, dan dadaku seperti tersumbat oleh sesuatu, sangat tidak nyaman.
Keesokan harinya, aku bangun sangat pagi, ketika sedang mencuci muka, aku baru melihat wajahku dari cermin, hidungku dan wajah bengkak, ada lingkaran hitam di mata, merasa sangat menyedihkan.
Melihat aku seperti ini, Andi menghiburku sedih: "Kamu sudah seperti ini, tidak perlu masuk kelas, aku akan membantu kamu izin!"
Aku melambaikan tangan berkata: "Tidak perlu, jangan menunda kelas!"
Meskipun tubuh masih sangat sakit, tetapi dibandingkan dengan tadi malam, rasa sakitnya telah berkurang banyak, rasa sakit seperti ini tidak akan mempengaruhi apa-apa. Adapun betapa malunya, aku sudah tidak peduli, bagaimanapun juga pandangan aku di hati teman-teman sekelas sudah berubah menjadi feses, aku tidak takut menjadi lebih buruk.
Ketika aku sampai di ruang kelas, benar saja, aku disambut dengan ejekan, teman-teman sekelas melihat aku seperti ini, mereka sangat bahagia, seseorang bahkan bertanya kepadaku: "Chandra, mengapa kamu tidur sebentar, lalu jadi kepala babi, bagaimana ini bisa terjadi?"
Suara-suara ini sangat keras, meskipun aku sudah siap secara mental, juga sudah memikirkan untuk mengabaikannya, tapi pada saat ini, ironi tajam ini masih menusuk kuat di hatiku, tatapanku berubah menjadi lebih dingin dari gunung es, biasanya aku memilih untuk mengabaikan siswa-siswa yang tidak takut masalah menjadi besar ini. Hari ini, aku melirik mereka dengan dingin. Mereka melihat tatapanku, dan dingin sejenak, tapi detik berikutnya, mereka mulai mengejek, tidak akan ada yang takut pada pengecut yang terkenal sepertiku, mereka mengatakan apapun yang mereka inginkan tanpa keraguan!"
Ketika kelas akan segera mulai, Elis datang, kemarin seharian dia tidak masuk kelas, malahan hari ini masuk, dan ketika dia memasuki kelas, dia menatapku dulu, melihat aku terluka dia tidak terkejut sama sekali, sebaliknya dia terlihat sombong, sangat jelas dia sedang memamerkan kepadaku, dan tatapannya yang bangga seolah-olah memberitahuku: "Ini adalah akhir dari menyinggungnya!"
Aku tidak sengaja menatap pandangan Elis, segera aku merasa hatiku mendidih, dan kebencianku terhadapnya semakin dalam. Wanita itu memiliki kemampuan untuk membuat orang marah, hari itu jika bukan dia yang begitu angkuh, aku tidak akan menamparnya, dia memang butuh pukulan!
Tapi, tidak peduli masuk akal ataupun tidak, aku sudah memukul perempuan, jadi, dibalas olehnya aku juga terima. Lagipula, mulai sekarang, aku akan menjauh dirinya, bahkan aku malas untuk melihatnya, dan aku juga akan mendengarkan apa yang dia katakan pada orang lain.
Aku berusaha untuk mengosongkan pikiran, dan berusaha untuk mengabaikan suara-suara itu, hanya saja beberapa meresap, ejekan itu seperti sihir, dengan keras kepala menembus telingku, aku seperti kera sakti yang dibacakan mantra membuat kepalaku sangat sakit. Dua pelajaran di pagi hari berlalu dalam suasana yang suram ini, bel berbunyi di akhir kelas kedua, setelah guru pergi, aku langsung keluar dari kelas untuk menyingkirkan mantra-mantra itu.
Tapi, takdir sekali lagi membuat lelucon besar kepadaku, baru saja aku keluar dari kelas, kepala aku ditutupi, lalu kemudian berderak lagi tinjuan baja dan kaki besi, memukulku dengan keras.
Aku benar-benar terperangkap lengah, bahkan tidak mempunyai kesempatan untuk bereaksi, dan dipukul sampai jatuh, tubuhku yang sudah terluka, sekali lagi mengalami luka yang hebat, bahkan aku belum sempat untuk memikirkan, rasa sakit telah menelanku sepenuhnya.
Setelah beberapa menit, tinju yang seperti hujan itu akhirnya berhenti, sekarang aku baru bisa menghela napas lega, segera aku melepaskan kantong plastik yang menutupi kepalaku, tapi orang-orang yang memukuliku sudah kabur semua, dan yang ada di depanku hanyalah sekelompok siswa yang menonton.
Kerumunan memandangku seperti mereka sedang menonton pertunjukkan monyet, bahkan tidak ada simpati sedikitpun dari mata mereka, mereka hanya merasa itu menyenangkan, dan ada orang yang memarahiku layak dipukul!
Satu-satunya martabatku yang tersisa, terinjak-injak saat ini, kesabaranku sudah habis dan amarahku sudah meledak. Marie Hu, penindas yang sudah keterlaluan, aku dipukuli kemarin, tetapi aku tahan karena aku merasa berhutang kepada Elis, dan aku perlu membayarnya. Tapi aku tidak menyangka, Marie Hu wanita itu masih belum menyerah, juga memukulku di depan banyak orang, membuatku benar-benar tidak bisa terima!
Penghinaan, kebencian, jengkel dan semua jenis emosi membuatku gila, jika sekelompok orang yang memukuliku masih berada di sini, aku pasti akan membunuh mereka, tapi aku bahkan belum melihat penampakan mereka, aku penuh kemarahan, dan tidak bisa melepaskan mereka!
Aku mengepalkan tanganku erat-erat, dan dengan berbagai tatapan yang mengawasi, menahan tubuhku yang sangat sakit aku bangkit dari lantai, lalu menahan rasa sakit yang menusuk, berjalan keluar dari kerumunan dengan kecapatan tinggi dan menghilang dari pandangan semua orang!
Aku berpikir penampilanku yang bodoh sudah berakhir, tubuhku hampir hancur, Marie Hu seharusnya berhenti. Tapi, aku salah, balas dendamnya sepertinya tidak ada habisnya, setelah makan siang di kafetaria, dan aku dipukuli lagi dengan mata tertutup, dan dalam sehari aku diserang lima kali pada kondisi yang berbeda-beda, dan setiap kali merupakan serangan mendadak, pukulannya sangat ganas, dan cepat, itu membuatmu tidak bisa mencegahnya, apalagi kesempatan untuk membalas pukulannya.
Kebencianku semakin mendalam, kemarahanku juga semakin ganas, dan juga penghinaan terus menyapu, namaku tersebar gila di sekolah, aku dipukuli hingga terkenal, terkenal sampai seluruh kampus. Aku jatuh ke malapetaka dengan kecepatan tinggi seperti meteor, dunia spiritualku runtuh, pikiranku berantakan, tubuhku juga hancur, dari atas sampai bawah tidak ada yang sempurna, saat berjalan, kakiku bergetar tidak terkendali!
Di malam hari, aku kembali ke asrama dengan gemetaran, Andi melihat wajahku yang tragis, matanya dipenuhi dengan simpati dan kekhawatiran, dia dengan cepat memapahku, dan berkata dengan marah: "Marie Hu sangat keterlaluan, apa perlu sampai begini! Chandra, aku sudah menyuruhmu menyetujuinya, lihat sekarang kamu, aii!"
Aku tahu Andi mengkhawatirkanku, dia termasuk satu-satunya lebih peduli denganku, tapi aku tidak ingin mendengarkan kata-kata ini, aku langsung menjawabnya: "Jangan katakan lagi, tidak ada artinya!
Andi terdiam dan melanjutkan: "Lalu apa yang akan kamu lakukan, kalau begini terus kamu akan mati, bagaimana kalau kamu pergi menghindar dulu, tunggu kemarahan Marie Hu sudah reda, kamu baru kembali!"
Setelah mendengar kata-kata Andi, aku melepaskan senyum sudut bibirku, ingin mengatakan sesuatu tapi pada akhirnya menggelengkan kepala dan pergi ke kamar mandi.
Setelah sampai di kamar mandi, emosiku yang tidak tertahankan bergulir keras, tubuhku sakit seperti terbakar, aku merasa seperti akan meledak, sampai aku mandi air dingin, secara bertahap aku kembali tenang.
Aku mengenakan pakaian bersih, berdiri di depan cermin kamar mandi, melihat wajahku yang hampir cacat dipukui, dan perlahan keyakinanku semakin kuat!
Aku, Chandra, mulai sekarang tidak akan menahan lagi!
Harimau tidak menunjukkan kekuataannya, semua orang memperlakukan aku seperti kucing sakit. Gunawan menyiksaku seperti semut; Olive mengiraku lemah dan menyedihkan, jadi selalu menggunakan rasa bersalah dan belas kasihannya untuk membantuku; teman-teman sekelas yang selalu menertawakanku dan memandang rendah aku; Elis berpikir aku lemah sampai tidak ada yang menginginkan, jadi memaksaku menerima perasaannya seperti seorang Ratu; Apalagi Marie Hu menganggapku cacing, dia yakin suatu saat aku akan memohon padanya, jadi menggunakan perang gerilya seperti ini memukulku tanpa henti. Dia cukup ganas, panas dan berbahaya, tapi pada akhirnya dia salah menilaiku, dia mengganggap aku cacing, maka aku ingin menjadi naga!
Mulai sekarang, tidak ada yang bisa menginjak kepalaku lagi, siapapun tidak bisa!!!
Perlahan-lahan, mataku menunjukkan tatapan yang dingin dan kejam, seperti mata elang, haus akan darah, dingin dan kejam!
Terakhir aku melihat diriku di cermin, lalu aku berjalan keluar dari kamar mandi, membawa tas bahuku, dan berjalan keluar dari asrama.
Tiga pria di kamar itu menatapku dengan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan, Andi tidak bisa menahan diri dan bertanya: "Chandra, kamu mau kemana?"
Aku berhenti sebentar, melihat Andi, dan berkata: "Pergi melakukan apa yang harus aku lakukan!"
Setelah berbicara, aku melangkah keluar dari asrama dengan dingin.
Novel Terkait
Istri kontrakku
RasudinHanya Kamu Hidupku
RenataBaby, You are so cute
Callie WangMy Superhero
JessiMore Than Words
HannyEternal Love
Regina WangDewa Perang Greget
Budi MaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)