Wahai Hati - Bab 106 Amarah Ruben
Kata-kata Fetrin seperti kembang api yang meletus di dalam hati, yang membuatku melihat harapan dan sinar cemerlang kembali. Semangatnya hatiku hingga bergetar, Fetrin memanglah Fetrin. Ia tidak pernah bertarung jika tidak pasti. Dalam melawan orang yang jahat dan licik seperti Ruben, ia selalu berhati-hati. Ia hanya mengirim pria berkacamata hitam untuk percobaan dan kartu terbaik akan dibiarkan diakhir.
Setelah mendapat arahan dari Fetrin, Chris pun segera mengangguk kepalanya. Lalu ia menarik kerahnya dengan tangan, seperti sedang berkata terhadap mikropon kecil yang disembunyikan, “Jeno, kalian sudah boleh keluar!”
Mendengar nama Jeno, hatiku seperti bergetar. Ahli yang pernah membuatku kaget. Apakah hari ini ia akan muncul kembali?
Seketika suasananya pun berubah menjadi sangat aneh, tidak ada yang mengeluarkan suara. Disini kita menunggu namun disana Ruben sedang berwaspada. Mereka semua berwas-was dan melihat sekeliling dengan teliti.
Tidak lama kemudian, muncullah sebuah mobil van di ujung jalan yang bergerak dengan kecepatan stabil, menuju kesini.
Betul, tidak ada ribuan pasukan dan banyak mobil, hanya ada sebuah mobil van bekas. Pasukan mewah mobil ini dan pria berkacamata hitam, membentuk perbandingan yang jelas. Tetapi di jalan raya Gunung Longqing yang luas ini, ia terlihat seperti pemandangan unik. Perhatian semua orang yang berada disini pun terahlihkan pada pemandangan tersebut. Orang yang berbeda dengan ekspresi yang berbeda menatapi mobil van yang bergerak dengan lambat, membuat orang merasa kesal dengan kecepatannya seperti kura-kura.
Seperti sudah berlalu sangat lama, mobilnya baru tiba dihadapan kita. Lalu ia berhenti, pintu mobil pun terbuka. Sekumpulan orang berturut-turut turun dari mobil.
Orang pertama yang turun adalah Jeno. Lama tidak bertemu, Jeno seperti semakin aktif, terutama penampilannya yang terlihat semakin berenergi dan semangat. Ia tidak seperti dulu memakai jaket bekas di jalan, melainkan memakai setelan olahraga Nike baru dan memakai sepasang sepatu olahraga yang berwarna merah mencolok. Ia terlihat sangat semangat sehingga wajahnya yang suram pun tidak terlihat jelas. Akhirnya sekarang ia terlihat seperti orang muda, hanya saja kakinya yang pincang tidak dapat berubah. Ia turun dari mobil berjalan dua langkah dengan pincang.
Yang membuat orang benar-benar terkejut adalah orang yang turun setelah Jeno, semuanya adalah orang yang tidak biasa. Diantara mereka ada yang patah tangan, ada yang berkaki pincang,ada juga yang buta. Pokoknya mereka semua berbentuk unik, ini benar-benar seperti tim orang cacat. Dihitung dengan teliti, mereka total ada sebelas orang, tetapi diantaranya tidak ada orang yang normal. Mereka jalan bersama, pemandangannya terlihat sungguh ‘luar biasa’.
Melihat ini semua orang yang berada disini pun tercengang. Mereka semua menatapi tim orang cacat ini seperti sedang melihat raksasa.
Tatapanku juga tertuju pada mereka. Sejujurnya, kalau bukan karena aku mengetahui kekuatan Jeno. Aku pasti akan mengira mereka datang untuk bermain-main, tetapi aku tahu Jeno adalah ahli yang super. Jadi yang lain pasti juga akan berbeda dari yang biasa. Orang yang mereka miliki tidak banyak tapi pasti memiliki kekuatan terkuat. Dengan kata lain bantuan untuk Fetrin ini adalah tim ahli yang sebenarnya. Ada bantuan dari mereka, kita sama saja seperti menambah ribuan pasukan. Tiba saatnya aku juga tidak perlu khawatir akan kalah pada Ruben. Mengingat hal ini, hatiku pun semakin bersemangat. Aku merasa gugup hingga seluruh tubuhku mengeluarkan keringat dingin.
Tentu, aku tahu jelas kekuatan sekumpulan orang cacat ini. Bukan berarti orang lain juga mengetahuinya, bahkan orang cerdas seperti Ruben, kali ini pun tercengang. Ia menatap kosong Jeno mereka, hingga mereka mendekatinya, Ruben pun baru kembali normal. Ia dengan cengang melihat kearah Fetrin dan bertanya, “Apa maksudmu untuk memanggil sekumpulan orang cacat ini? Ingin berpura-pura minta rugi kepadaku?”
Mendengar kata-kata ini, seketika Jeno tampak tidak senang. Ia berjalan pincang ke paling depan dan menyindir Ruben, “Bahkan mata kamu saja kalah dengan kita yang buta, kamu tidak melihat aura kita yang begitu kuat? Kita datang dengan keren dan begitu terpesona. Apakah kamu tidak menyadari bahwa kita sangat jago?”
Saat Jeno mulai berbicara, tereksposlah sisi humornya. Tidak peduli berada di situasi apapun, ia selalu bersikap bercanda. Seperti ia tidak takut dan peduli terhadap siapapun itu. Yang selalu ia peduli hanyalah bagaimana cara ia hadir.
Tetapi apakah keren mereka datang dengan cara ini? Dengan sebuah mobil van bekas dan sekumpulan orang cacat. Mengapa mereka semakin dilihat semakin menyedihkan?
Tentu, Ruben tidak merasa ada yang keren dari Jeno mereka. Karena itu ia tidak tahan untuk membantah Jeno, tetapi disaat itu Marie yang berada di sebelah Ruben pun berkata. Ia mengenal Jeno dan tahu kekuatannya. Karena itu, ia langsung memperingati Ruben, “Ia adalah Ahli!”
Setelah mendengar kata-kata Marie, Ruben jelas tercengang, raut wajahnya berubah menjadi serius. Ia mengerutkan dahi pelan lalu melihat sekumpulan orang cacat yang tidak istimewa untuk dilihat ini dengan teliti.
Makin dilihat, raut wajah Ruben semakin serius. Ia seperti sadar apa yang berbeda dari Jeno mereka. Karena itu, ia segera berkata pada Fetrin dengan tegas, “Kalian yang mencari masalah sendiri, untung saja ada Marie jadi akan aku biarkan saja. Kalian masih ingin mencari ribut?”
Akhirnya kali ini Ruben tidak lagi ceroboh. Ini pertama kalinya ia menunjukkan rasa kecemasannya. Hanya saja, kata-katanya masih terdengar begitu palsu. Ia mengatakan hal-hal itu seperti dirinya begitu dirugikan.
Fetrin tentu tidak akan berpura-pura sopan terhadapnya. Ia tetap menunjukkan wajahnya yang tidak berekspresi. Ia melihati Ruben dan berkata dengan tenang, “Aku sudah bilang akan membawamu pergi. Jika kamu tidak ingin melihat semakin banyak orang yang terluka, maka patuh kepada kita dan ikut kita pergi. Karena bagaimana pun kamu menolak, juga tidak ada gunanya!”
Setelah Ruben mendengarnya, kerutan pada dahinya pun semakin mendalam. Ia menggetakkan gigi dan berkata, “Jangan berharap!”
Jelas, Ruben bukanlah tipe orang yang mudah mengalah. Bahkan jika ia tidak mempunyai keberanian yang cukup, ia akan tetap mempertahankan gayanya. Ia tidak akan mudah menyerah.
Melihat itu Jeno pun tidak tahan untuk berkata, “Weh bocah, kamu jangan keras kepala. Kamu bisa membuat ahli seperti kita menunjukkan diri, ini sudah membuktikan bahwa kamu sudah sangat keren. Jadi kamu tidak perlu melakukan banyak hal lain lagi. Aku dengan baik membujukmu, jangan sampai kita beraksi. Jika begitu kamu akan berakhir dengan malang. Bahkan diriku saja takut jika aku beraksi.
Terdengar sangat asli jika Jeno sedang membanggakan dirinya. Temannya yang cacat juga menyetujui kata-kata Jeno dan memperingati Ruben untuk sadar diri. Jangan sampai mereka beraksi, atau tidak akan berakhir malang.
Penampilan sekumpulan orang ini sedikit lemah, tetapi cara berbicaranya tidak kalah sombong. Mereka saling berdebat. Gayanya yang telah mengalahkan Ruben mereka membuat tim berbaju hijau kehilangan warna.
Meskipun Marie tidak mengerti bela diri, tapi ia juga melihat dengan adanya bantuan dari Jeno mereka, pasti kita akan mengubah kekalahan menjadi kemenangan. Ia segera menatapiku dengan marah berkata, “Chandra, kamu sudah selesai cari ribut belum? Kalau sudah maka pergilah, jangan kelewatan!”
Marie benar-benar marah. Baginya, dulu aku kalah karena kesalahanku sendiri, tetapi sekarang aku berada di sisi kemenangan. Ruben juga mendengar kata-katanya untuk menyerah kepadaku. Tetapi aku tetap tidak ingin memaafkannya dan masih ingin melawan Ruben. Marie bingung atas kelakuanku dan hal ini membuatnya marah.
Hanya saja, aku yang sekarang sudah tidak akan mendengar nasihat apapun dari Marie. Kebalikan, kata-katanya malah membuatku jengkel. Aku tidak bisa menunggu setengah menit pun. Aku segera menoleh melihat Fetrin dan memberi kode melalui tatapan mata untuk mulai beraksi.
Fetrin tentu mengerti kodeku. Ia tidak berpendapat dan segera memberi perintah, “Kalahkan mereka dalam waktu sesingkat mungkin!”
Kata-kata yang singkat, gayanya yang keren. Fetrin sekali lagi menunjukkan keberaniannya dalam pertarungan, penuh dengan aura yang tak terkalahkan!
Setelah mendapat perintah dari Fetrin, Chris pun segera memimpin tim untuk menjalankan perlawanan kedua kalinya terhadap Ruben mereka. Kali ini perbandingan pria berkacamata hitam berkurang setengah lebih dari yang terakhir kali, tetapi gaya mereka malah bertambah kali lipat. Semuanya bersemangat dan mengeluarkan kemampuan mereka sepenuhnya.
Jeno mereka juga tidak ada sedikit ragu. Mereka sebelas orang keluar bersama dan langsung menyerang tim berbaju hijau.
Ruben melihat situasi ini, ia segera teriak, “Serang!”
Seketika, semua orang berbaju hijau membawa pisau keluar melawan pihak kita.
Perperangan besar lagi-lagi dimulai. Kedua belah pihak sedang bertarung dengan semangat. Aura pria berkacamata hitam itu sangat penuh dan semangat. Tim berpakaian hijau masih saja begitu kejam dan kuat, hanya saja mereka tidak takut mati lagi, tapi kekuatan mereka secara keseluruhan masih lemah. Pria berkacamata hitam melawan mereka sekarang, sama sekali bukan masalah. Sedangkan Jeno yang jago itu, makin tidak bermasalah untuk menyerang tim berpakaian hijau itu. Mereka semua merupakan orang jago tingkat tertinggi. Meskipun jurus mereka berbeda, tapi efeknya sama, sama-sama bisa digunakan untuk satu melawan sepuluh, bahkan tim berpakaian hijau itu tidak cukup untuk mereka kalahkan.
Pertarungan baru saja berlangsung sebentar, lalu situasinya sudah tampak jelas. Jumlah pasukan Tim berbaju hijau sedang berkurang dengan cepat. Ahli diantaranya juga sudah dikalahkan oleh Jeno mereka, tidak ada lagi orang yang menargetkan Chris. Akhirnya Chris dapat menunjukkan keahliannya dan melawan sekitar dengan mudah. Chris ini benar-benar sangatlah hebat. Kekuatan yang ia keluarkan sungguh kuat, bukan orang biasa saja yang dapat menahannya. Padahal tim berbaju hijau ini begitu teratur, tetapi mereka dikalahkan dalam waktu singkat, lalu mereka satu persatu terjatuh. Meskipun ada yang bangun, tetapi mereka juga akan terkalahkan lagi.
Tak lama kemudian, tim berbaju hijau benar-benar terkalahkan. Awalnya Ruben yang terhebat seketika kehilangan pasukannya. Tidak ada lagi tim berpakaian hijau di dekatnya, hanya tersisa Marie yang ditarik paksa Yongky berdua. Marie sungguh kesal melihat pemandangan ini, bahkan ada air yang tergenang di matanya. Ia menangis sambil berteriak kepadaku. “Kamu sungguh keterlaluan, Chandra!”
Melihat Marie menangis, aku juga tidak tega tapi aku tidak menyesal. Setelah aku putuskan untuk melawan Ruben, aku juga sudah memikir matang akibatnya. Meskipun Marie membenciku, aku juga tak apa-apa. Aku tidak akan mempertimbangkan perasaannya lagi, aku hanya ingin membalas dendam pada Ruben. Aku tidak melihat Marie lagi, melainkan mengalihkan pandanganku ke Fetrin.
Fetrin juga tidak tertunda, ia segera berkata pada Chris, “Bawa Ruben pergi!”
Chris mengangguk kepala dan berlangkah besar kearah Ruben.
Akhirnya kali ini, Ruben yang sombong dan munafik terjebak. Ia kalah, sepenuhnya terkalahkan. Tim yang ia banggakan, semuanya terkalahkan. Ia tidak dapat membanggakannya lagi apalagi sok. Mukanya terkaku, ekspresi wajahnya murung, seluruh tubuhnya juga menjadi kaku. Meskipun Chris berjalan kearahnya, ia juga tidak ada reaksi apapun seperti sudah mati rasa.
Tetapi, Marie berbeda, emosinya sangat tidak stabil, terutama saat melihat Chris berjalan ke arah Ruben. Ia seperti gila, berusaha untuk melepaskan diri dari orang tuanya dan berlari cepat kehadapan Ruben. Ia menjulurkan tangannya untuk menghalangi Chris dan berteriak, “Aku larang kamu menangkap Kak Ruben!”
Marie mempertaruhkan segalanya untuk melindungi Ruben. Seperti Ruben lah orang yang paling ia khawatir di dunia ini. Ia mempertaruhkan nyawanya juga tidak akan membiarkan Ruben tercelaka.
Melihat Marie menghalangi jalannya, Chris pun berhenti dan berkata dengan tenang, “Awas!”
Marie dengan tegas berkata, “Aku tidak mau!”
Tentu Chris tidak peduli akan apa yang Marie lakukan. Ia tidak mengatakan apapun dan menjulurkan tangannya untuk mendorong Marie. Bahkan tangan Chris belum menyentuhnya, Marie sudah ditarik orang lain.
Orang yang menarik Marie adalah Ruben yang sedang terbengong. Entah kapan ekspresi berubah menjadi tenang. Ia menggandeng tangan Marie ke sebelah dan berkata dengan serius, “Marie, kamu tidak perlu ikut campur masalah ini!”
Setelah berkata, ia segera berbalik badan dan mengepalkan keras tangannya. Tatapannya yang dingin tiba-tiba menyemburkan amukan api. Matanya memerah memelototi aku dan Fetrin dengan raut wajahnya yang mengerikan, lalu berteriak, “Kalian harus begitu bersikeras memaksaku?”
Novel Terkait
Rahasia Istriku
MahardikaCEO Daddy
TantoCinta Yang Berpaling
NajokurataPRIA SIMPANAN NYONYA CEO
Chantie LeeYou're My Savior
Shella NaviCinta Yang Dalam
Kim YongyiAwesome Husband
EdisonWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)