Wahai Hati - Bab 57 Merasa Terkejut
Secara barengan mereka melontarkan jawabannya, mereka bahkan dengan kompak memikir dan melontarkan jawaban tersebut.
Sampai saat ini Yongky bisa meyakinkan satu hal, belakangan ini ia tidak mengganggu siapapun kecualiku.
Ibu Marie langsung memikirkan hal tersebut, belakangan ini mereka menjalani hidup dengan biasa, kecuali masalah kemarin yang membuat keluarga Hu seperti ini. Kemarin aku mengunjungi keluarga Hu sebanyak dua kali tapi tidak disambut baik oleh mereka, bahkan saat aku mengatakan diriku akan membawa 20 milyar, hasil akhir juga tidak memuaskan.
Jadi Yongky dan istrinya memikir sana memikir sini, hanya bisa memikir diriku. Kemarin mereka benar-benar menghinaku dan tidak menyetujui hubunganku dengan Marie, ini bisa membuat diriku merasa tidak senang, kalau memang aku ingin membalas dendam diriku tidak akan melakukan hal seperti itu.
Tapi setelah dipikir lebih teliti, Yongky merasa tidak mungkin dan mengkerutkan dahinya lalu berkata: "Aneh sekali, jika keluarga Chandra memang kaya, tapi kita bahkan tidak pernah dengar perusahaan kecilnya. Tapi kini yang membuat perusahaan kita hancur adalah orang yang sangat berkuasa, jika Chandra adalah orang penting mengapa ia tidak memberitahu siapa pun?"
Ibu Marie juga curiga setelah mendengar ini. Ia berkata dengan tidak percaya, "Aku juga merasa janggal. Chandra ini sama sekali tidak mirip dengan orang kaya. Kelakuannga juga tidak menunjukkan aura kekayaan, sama sekali bukan orang kaya sejak kecil. Kalaupun keluarganya kaya, bagaimana mungkin keluarganya bisa menjatuhkan dirimu? Hanya saja selain Chandra, kita sunggu tidak tahu kita sudah melakukan kesalahan kepada siapa."
Yongky mengangguk kepalanya lalu berkata: "Tidak boleh melihat seseorang dari luar, mungkin saja ini kelakuan Chandra. Masalah ini tidak biasa, mungkin saja perusahaan kita akan bangkrut, kita tidak boleh diam saja!"
Raut wajah ibu Marie terlihat murung lalu ia bertanya: "Kalau begitu harus bagaimana?"
Yongky terdiam sejenak lalu ia dengan seriusnya berkata: "Hanya bisa menggunakan anak kita untuk mencari Chandra!"
Yongky terlihat sulit saat melontarkan kata-kata tersebut, ia tidak menyangka dirinya bisa seperti itu, ini seperti percobaan yang membuat dirinya tidak bisa bernapas. Ia benar-benar kehabisan cara sehingga mau tidak mau menyuruh anaknya untuk mencariku, kemarin ia mengusirku tapi sekarang ia harus mencariku, ini benar-benar menjatuhkan harga dirinya. Kini Yongky sangat berkuasa, tentunya harga diri sangat penting baginya. Tapi kini ia harus melakukan hal yang begitu memalukan, ia tentunya merasa sangat tidak enak, tapi mau bagaimana pun ia tidak boleh membiarkan perusahaannya bangkrut. Ia harus mencoba meskipun terlihat mustahil, ia tidak mempunyai cara apapun selain mencoba.
Raut wajah ibu Marie terlihat ragu, dan tentunya merasa tidak senang. Ia terdiam sejenak lalu berkata: "Kalau bukan karena Chandra tapi kita mengundangnya, ini sungguh memalukan!"
Yongky menghela napas lalu berkata: "Harus mencoba karena kita tidak mempunyai cara, aku benar-benar tidak tahu siapa yang akan melakukan hal tersebut kecuali Chandra. Lagipula jika bukan Chandra, ia mungkin bisa membantu kita, karena kita tidak bisa berharap dengan keluarga Cai.
Mereka tidak mempunyai pilihan lagi, mereka hanya bisa terus maju meskipun sangat sulit, bahkan mereka tidak peduli meskipun melakukan kesalahan.
Setelah selesai membahas, mereka pun mengetuk pintu kamar Marie, dan Marie masih mengurungi diri di dalam kamar, ia tidak meladeni kedua orang tuanya bahkan membuka pintu.
Yongky dan istrinya hanya bisa menggunakan namaku, dan mengatakan mereka menyetujui hubungan kita.
Awal mula Marie tidak percaya, ia merasa kedua orang tuanya tidak mungkin secepat itu merubah pikirannya, dan ia merasa kedua orang tuanya membohonginya. Tapi setelah Yongky dan istrinya menegur cukup lama, akhirnya Marie membukakan pintu kamarnya.
Melewati satu rintangan, Yongky dan istrinya mulai lagi menjalankan langkah kedua, yaitu menghasutnya, mengatakan ingin mengundangku.
Mendengar sampai sini Marie semakin merasa tidak percaya, ia bahkan tidak tahu mengapa kedua orang tuanya bisa berubah secepat itu, kemarin masih melarang hubunganku dengan Marie, dan sikap mereka tidak bisa diajak berkompromi. Tapi hari ini mereka menyetujui hubungan kita, dan mengundangku ke rumah mereka, bagaimana bisa membuat Marie percaya? Ia bahkan curiga dengan kedua orang tuanya, membohongiku untuk datang dan terus menyakitiku.
Mendadak Marie tidak bisa memutuskan apa pun, ia tidak tahu apakah dirinya harus percaya dengan kedua orang tuanya.
Melihat Marie masih merasa ragu, Yongky dan istrinya hanya bisa semakin menggunakan sikap tulus untuk memohon Marie, dan berharap Marie segera menyetujuinya. Nada bicara mereka terdengar sangat tulus sehingga membuat Marie benar-benar percaya dengan mereka.
Kenyataan ini membuat Marie terasa hidup kembali, ia pun langsung dengan semangatnya telepon kepadaku.
Sore pukul jam 5 aku masih tengah tertidur di kasur, benar-benar merasa pulas hingga membuat diriku mabuk di dalam mimpi dan tidak bisa kembali ke kenyataan.
Deringan ponsel yang terasa berisik membuatku terbangun dari alam mimpi, aku meraba ponsel lalu mengangkatnya.
Sambungan telepon tersambung, di sebrang sana terdengar jelas teriakan Marie yang bahagia: "Chandra, keluargaku setuju dengan hubungan kita!"
Aku langsung terbangun saat mendengar kata-kata Marie, tapi saat itu otakku masih terasa pusing, aku bahkan merasa curiga apakah diriku masih berada di alam mimpi. Tapi jika diriku berada di alam mimpi, aku masih merasakan tidak mungkin, aku dengan tidak jelasnya membalas: "Kamu bohong, ya?"
Marie dengan semangatnya berkata: "Beneran, aku tidak bohong. Bahkan ibuku menyuruh kamu ke rumah untuk makan malam!"
Mengapa semakin didengar semakin terasa tidak nyata? Aku mengucek kedua mataku dan melihat layar ponsel, aku memang tengah telepon dengan Marie, dan aku sedang tidak berhalusinasi. Dan kini Marie bisa telepon denganku, ini membuktikan ia tidak dikurung lagi oleh keluarganya. Apakah memang benar keluarganya setuju dengan hubungan kami?
Sesungguhnya ini tidak masuk logika, aku bahkan tidak berani percaya, dan aku bahkan tidak berani mempunyai perasaan semangat karena ini sangat aneh. Aku terdiam sejenak lalu bertanya kepada Marie: "Mengapa mendadak ayah dan ibumu setuju dengan hubungan kita?"
Marie langsung menjawab: "Aku tidak terlalu mengerti, tapi aku bisa meyakinkan satu hal yaitu sikap mereka sangat tulus, bahkan mereka tadi mengaku kesalahan kepadaku, mengatakan seharusnya mereka tidak boleh egois untuk mengikut campur dengan masalah percintaanku. Bahkan mereka mengatakan harus aku mengundang dirimu ke rumahku untuk makan, mereka ingin langsung meminta maaf kepadamu. Aih, caraku ampuh saat aku mengatakan bertolak untuk makan. Sudah, segera kamu tiba di rumahku!"
Menolak untuk makan?
Mendengar kata-kata Marie, hatiku mendadak terasa sangat hangat dan juga sakit. Aku tidak menyangka Marie demi diriku bisa melakukan hal seperti itu, tapi mau bagaimana pun akhirnya kita melewati rintangan dari ayah dan ibu Marie. Jika ini beneran, suatu saat mendatang aku akan benar-benar mencintai Marie, aku akan membalas kesedihan yang selama ini ia rasakan, dan akan selalu baik terhadapnya.
Memikir sampai sini, aku langsung terasa semangat dan berkata terhadap Marie: "Oke, aku akan segera tiba!"
Setelah selesai berujar, aku menyadari koper yang terisi uang, aku pun langsung bertanya: "Apakah aku butuh membawa uang?"
Marie bahkan tidak memikir langsung berkata: "Kata ayah dan ibuku tidak perlu membawa uang dan juga hadiah, kamu datang saja!"
Sebenarnya apa yang terjadi?
Hanya dalam waktu semalam kedua orang tua Marie berubah menjadi sangat bijak? Mereka bisa memahami Marie dan ingin menerimaku, kebahagiaan ini datangnya sangat mendadak membuat diriku susah untuk tidak bersemangat. Aku juga malas untuk memperdulikan mengapa kedua orang tua Marie bisa berubah dan langsung berkata: "Tunggu aku!"
Setelah memutuskan sambungan telepon, aku pun langsung bangun, membasuhkan diriku, dan merapikan pakaian lalu dengan terburu-burunya aku keluar menuju ke rumah Marie.
Aku terus mengunjungi rumah Marie, kini sudah ketiga kalinya aku mengunjungi rumah Marie, tapi aku langsung berubah menjadi orang kaya, sehingga ayah dan ibu Marie menyambutku di depan pintu rumahnya, hanya kurang menggunakan petasan untuk menyambutku. Aku benar-benar merasa terkejut.
Memasuki rumah Marie, aku baru menyadari ayah dan ibu Marie sudah menyiapkan banyak makanan di atas meja, jantungku tidak tahan saat menghadapi perubahan tersebut. Tapi aku hanya murni merasa semangat dan masih merasakan aneh, ayah dan ibu Marie semakin baik terhadapku semakin aku merasa tidak nyaman, ini bukan kelakuan mereka seperti biasa, dan tentunya aku masih merasakan hal aneh.
Beda dengan Marie, ia terlihat seperti tuan putri yang ceria, gaya pakaiannya juga berubah menjadi sangat santai, ia juga memoles sedikit riasan wajah dan menutupkan wajahnya yang lesu. Ia terus tersenyum, senyuman yang terukir jelas di wajahnya terlihat sangat bahagia.
Saat tengah makan ibu Marie terus memberiku lauk, ia benar-benar berubah menjadi sangat anggun dan tidak seperti kemarin, dan sangat baik terhadapku.
Ayah Marie hanya terus diam, ia sesekali menatapku dan ingin mengatakan sesuatu terhadapku, tapi ia berhenti dan tidak mengatakan apa pun.
Aku tidak bodoh untuk tidak menyadari sikap kedua orang tua Marie, meskipun mereka sangat sopan terhadapku, tapi di dalam lubuk hati mereka pasti menyembunyikan masalah, mereka merasa tidak enak untuk memberitahuku.
Melihat mereka seperti itu, diriku juga malas berlagak bodoh, dan aku pun langsung bertanya: "Apakah paman dan tante ingin mengatakan sesuatu kepadaku?"
Melihat diriku bertanya akhirnya ayah Marie dengan seriusnya berkata terhadapku: "Chandra, jujur kepada paman. Apakah kamu marah dengan paman dan menyuruh seseorang untuk menggangguku?"
Suasana terasa hening saat ayah Marie melontarkan kata-katanya, suasana yang seru mendadak terasa dingin, bahkan senyuman yang terukir jelas di wajah Marie juga menghilang, tatapannya menunjukan bahwa ia takut.
Aku bahkan tidak mengerti apa yang telah ayah Marie ucapkan, aku tidak merasa ragu dan langsung menjelaskan: "Tidak, aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu!"
Ibu Marie pun ikut membalas: "Chandra, mungkin kelakuan kami salah karena masalah Marie, dan membuat dirimu merasa sedih. Tapi ini demi kebaikan Marie, aku harap kamu bisa mengerti meskipun kita melakukan kesalahan, kamu tidak boleh melukai kita!"
Kata-katanya membuatku semakin bingung, meskipun aku tidak senang dengan kelakuan kedua orang tua Marie, tapi aku tidak akan melukai mereka. Lagipula mereka adalah kedua orang tua Marie, tentunya aku tidak akan melukai mereka.
Untuk membuktikan bahwa aku tidak salah, aku mengangkat tanganku dan berkata dengan serius: "Aku bersumpah, aku benar-benar tidak melakukan hal tersebut!"
Marie yang tengah mematung akhirnya ia menyadari sikap kedua orang tuanya bisa berubah karena ada alasan, ia benar-benar merasa pusing karena masalah ini semakin rumit, akhirnya ia memutuskan untuk langsung bertanya kepada kedua orang tuanya: "Ayah, ibu, bicaralah secara jelas bagaimana semua ini bisa terjadi?"
Marie merasa bingung aku pun juga merasa seperti itu, aku bahkan tidak tahu diriku yang melukai mereka.
Di saat aku dan Marie tengah merasa kebingungan, ayah Marie menceritakan semuanya kepada kami, beliau menceritakan perusahaannya tengah mengalami keadaan sulit, dan beliau mengatakan ia benar-benar putus asa.
Setelah selesai menceritakan, ayah Marie berkata terhadapku: "Chandra, aku sudah merestui hubunganmu dengan Marie. Tapi jika memang benar ini adalah kelakuanmu, aku harap kamu segera berhenti, jangan kelewatan!"
Hatiku mencelos setelah selesai mendengar ucapan ayah Marie, aku menebak sikap kedua orang tua Marie bisa berubah karena ada alasan. Tapi aku tidak menyangka masalah tersebut bisa sekacau ini, bahkan keluarga mereka hampir sudah mau bangkrut. Tidak mungkin diriku bisa melakukan hal seperti itu, dan tentunya aku tidak akan melakukan hal seperti itu. Oleh karena itu, aku dengan seriusnya berkata: "Paman, apakah beliau tidak salah menyangka? Benar-benar bukan diriku yang melakukan hal seperti itu!"
Ayah Marie tetap tidak percaya denganku, lalu beliau berkata: "Aku tidak mungkin mencari masalah dengan orang lain, diriku sudah memikir cukup lama masalah ini, dan aku benar-benar tidak tahu siapa yang akan melakukan masalah tersebut kecuali kamu!"
Ibu Marie juga ikut membalas: "Benar, belakangan ini kami bahkan tidak mengganggu siapa pun!"
Marie mendengar sampai sini, akhirnya ia berkata terhadapku: "Chandra, perusahaan tersebut adalah hasil kerja ayahku selama ini. Meskipun ayah dan ibuku ada melakukan kesalahan, aku harap kamu bisa memaafi mereka demiku, jangan melakukan hal bodoh!"
Kedua netra Marie terus menatapku setelah selesai berujar, tatapannya seperti memohon kepadaku. Mungkin ini adalah masalah besar bagi Marie, ia takut hubunganku dengan kedua orang tuanya akan memburuk, tentunya takut aku akan melakukan kesalahan yang fatal dan membuat keluarga mereka menjadi hancur. Memang benar aku adalah tipe orang yang membalas dendam, dan kini aku bisa mengeluarkan 20 milyar itu membuktikan latar belakangku sangat misterius. Marie memang tidak tahu secara jelas bagaimana kondisiku, ia mencurigaku adalah hal yang wajar.
Tapi diriku merasa sangat kasian dan sakit hati, bahkan Marie tidak percaya denganku. Aku dengan tulusnya menatap Marie dan berkata dengan serius: "Marie, aku tidak akan melukai kedua orang tuamu, bahkan dirimu tidak percaya denganku?"
Tatapan Marie langsung berubah saat mendengar kata-kataku, ia bahkan tidak memikir dan langsung berkata: "Aku percaya denganmu!"
Selesai berujar, ia berkata terhadap kedua orang tuanya: "Ayah, ibu, aku percaya masalah ini bisa terjadi bukan karena Chandra!"
Kali ini nada bicara Marie terdengar meyakinkan, mendadak Marie menyadari ia menyukai diriku yang penuh dengan keadilan, meskipun aku ingin membalas dendam diriku tidak akan sebodoh itu. Jika aku ingin membuat keluarganya bangkrut, sama saja aku menghancurkan kepercayaan Marie terhadapku. Tentunya aku tidak akan melakukan hal seperti itu, aku melukai siapa pun tidak akan melukai dirinya.
Mereka mulai terlarut dalam pikirannya saat mendengar kata Marie, mereka mulai tergoyah dan merasa diriku tidak akan melakukan hal seperti itu, dan mereka mulai percaya denganku secara perlahan.
Restoran yang luas mendadak terasa sangat hening, tidak ada yang bicara dan juga makan. Suasana terasa berat, sedikit canggung, dan tertekan.
Terlewat cukup lama, akhirnya ibu Marie yang memecahkan keheningan tersebut dan menatapku, setelah itu beliau berkata dengan hati-hati: "Nak, aku juga percaya denganmu. Kamu mencintai Marie tentunya tidak akan melukai kami. Tapi mohon kamu pikir, apakah kamu menceritakan masalah ini kepada orang lain? Mungkin saja ini kelakuan keluargamu?"
Kata-katanya membuat semua orang terkejut, apa yang telah diucapkan oleh ibu Marie memang benar, tentunya aku tidak akan melukai mereka, tapi tidak membuktikan keluargaku tidak akan.
Memikir sampai sini akhirnya aku mengerti, mungkin masalah ini ada hubungannya dengan Fitrin.
Aku ingat saat itu Fitrin mengatakan ia akan membantu menyelesaikan masalahku dengan ayah Marie, saat itu aku benar-benar tidak percaya dengannya. Tapi kini memikir Fitrin begitu percaya diri, apakah mungkin ia memiliki kekuasaan untuk melawan ayah dan ibu Marie?
Memikir sampai sini aku langsung berkata kepada mereka: "Aku memberitahu kepada satu orang!"
Mendengar kata-kataku, ayah dan ibu Marie dengan kompaknya bertanya: "Siapa?"
Aku menjawabnya: "Sekretaris ibuku, saat aku pulang dan ia telepon untuk menanya kabar kepadaku, dan aku menceritakan semua kepadanya. Saat itu ia menjamin kepadaku, ia akan membuat kalian membujukku menjadi menantu kalian!"
Novel Terkait
Pengantin Baruku
FebiTakdir Raja Perang
Brama aditioAwesome Husband
EdisonYama's Wife
ClarkLelaki Greget
Rudy GoldTernyata Suamiku Seorang Sultan
Tito ArbaniWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)