Wahai Hati - Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
Sebuah kata terima kasih dipenuhi dengan kepahitan dan kesakitan, aku menguras banyak tenaga untuk mengatakan 2 kata ini, setelah mengatakannya aku masih merasakan kesakitan yang sangat menderita di hatiku.
Hanya saja Maria tidak merasakan kepahitanku, dia hanya terbenam di suasana hatinya sendiri, matanya sedikit kemerahan, tatapan matanya terlihat banyak emosi negatif, suaranya yang serak dengan kuat berkata: “Sampai jumpa!”
Selesai mengatakannya, dia langsung pergi dan meninggalkan aku yang dipenuhi dengan luka.
Aku masih terbenam di dalam rasa sakit dan belum keluar, kemudian Clara Xia datang ke kamar pasien lagi.
Hari ini cukup dramatis sekali, 3 wanita cantik di sekolah bergiliran datang mencari ku, aku memang memiliki jodoh yang tidak baik.
Luka dalam yang sebelumnya diberikan oleh Olive, terhadap ibuku masuk penjara, terhadap Mike, intinya aku mendapat banyak luka di jodohku dengan Olive. Kemudian Marie, karena datangnya Ruben Cai, aku dan Marie dari pacar menjadi musuh, luka ini sangat menyakiti hatiku yang paling dalam. Terakhir Clara Xia, waktu aku mengenal Clara Xia sangat pendek, tetapi luka yang diberikan padaku adalah luka yang paling besar. Kebakaran itu bukan hanya membakar tubuhku, juga membakar jiwaku. Adegan itu menjadi traumaku yang paling besar.
Saat aku melihat Clara Xia, aku langsung merasakan sakit tusukan, hatiku seperti berbalikan, aku tahu dia juga korban di kejadian ini, tetapi dia tidak percaya denganku, bahkan tidak memedulikanku saat melihat aku yang terbakar, hal ini membuatku menjadi sangat benci padanya. Alasan Tuan Muda Ferdy mau membinasakanku adalah karena dia. Bagiku wanita ini adalah sebuah sumber masalah. Jadi setelah dia masuk, aku tidak memberinya muka sama sekali, aku langsung dengan cuek berkata: “Aku tidak ingin bertemu denganmu!”
Clara Xia tidak memedulikan perkataanku yang tidak memberinya muka sama sekali, ekspresinya sedikit dingin dan serius, dia tetap berpakaian sederhana seperti biasa dan memakai topi baseball, seakan-akan tidak mendengar perkataanku. Dia langsung berjalan kea rah tempat tidurku lalu menatapku dan berkata: “Katakanlah sejujurnya, apakah kamu yang menaruh obatnya?”
Jika Clara Xia menanyakan pertanyaan ini padaku sebelum terjadi kebakaran, aku pasti akan dengan tegas menjawabnya, bukan aku. Tetapi dia malah menanyakannya setelah aku terbakar, ini sedikit terasa seperti sindiran, tidakkah dia merasa semua ini sudah telat?
Jika dia memang punya hati, seharusnya dia memahami kebenaran ini sebelum aku terbakar, jadi aku tidak bisa dilanda oleh ketidakadilan ini. Sekarang aku sudah mendapat penyiksaan yang paling sadis, jadi dia hanyalah berpura-pura untuk bertanya saja. Aku merasa jijik saat mendengarkannya, aku memalingkan mataku, kemudian lanjut berkata: “Sekarang sudah tidak ada gunanya mengatakan ini!”
Clara Xia dengan serius berkata: “Jika benar bukan ulahmu, aku bisa membujuk Ferdy agar tidak menyerangmu lagi!”
Mendengar perkataannya, aku langsung tertawa, menolehkan kepala lalu menatapnya dan berkata: “Hehe, kamu sedang bercanda denganku? Apakah sekarang aku masih takut dia menyerangku? Dia sudah mencelakaiku hingga begitu tragis, menurutmu apakah aku bisa membiarkannya?”
Kini Tuan Muda Ferdy bagiku adalah musuh terbesarku, aku berani yakin jika dia sengaja menyiksaku. Jika tidak, dia tidak mungkin tidak memedulikan aku yang tidak bersalah dan membakarku secara langsung, dia juga tidak akan membunuh Ruben Cai agar tidak ada bukti. Tampak jelas dia sedang mengambil sedikit alasan untuk membunuhku secara terang-terangan. Walaupun aku tidak dibunuhnya, tetapi luka yang kudapat darinya lebih menderita dibanding kematian. Jadi, aku harus balas dendam, aku mati juga harus balas dendam.
Clara Xia mendengar kataku, dia sedikit tidak berdaya berkata: “Tetapi kamu harus mengerti, kamu tidak bisa mengalahkan Ferdy!”
Clara Xia menggigit bibirnya dan membujuk dengan sabar: “Kamu bisa mengatakan hal begitu, mungkin karena kamu belum cukup mengenal Ferdy. Kemampuan, keluarga dan latar belakangnya tidak bisa kamu bayangkan, kamu sama sekali tidak bisa melawannya dengan adil, kamu hanya mencari mati jika melawannya!”
Clara Xia tidak membual, dia sedang jujur, dia sangat jelas jika aku menyerang Tuan Muda Ferdy, maka hasilnya hanya ada 1 saja, yaitu aku kalah dengan sangat tragis!
Pada akhirnya Clara tidak ingin melihat aku mati, dia tidak ingin keluargaku terjerat, makanya dia datang untuk membujukku.
Tetapi menurutku Clara Xia hanyalah pura-pura simpati, aku tidak akan memaafkannya dan tidak akan membiarkan Tuan Muda Ferdy, apapun yang dikatakannya tetap tidak bisa mengganti keputusanku, aku tidak akan tergoyakkan, aku dengan tegas berkata: “Kamu jangan pura-pura baik di sini lagi, jika kamu adalah orang baik, saat itu kamu seharusnya menahan Ferdy dan tidak membiarkan dia membakarku secara hidup-hidup. Kini semua sudah terjadi dan tidak bisa kembali lagi. Dendam ini akan kubalas, pergilah!”
Nada bicaraku sangat sadis, jika membahas masalah ini, emosionalku selalu tidak bisa dikendalikan, kemarahanku meningkat dan semakin menyeramkan.
Ekspresi Clara Xia tiba-tiba berubah, dia membuka mulut dan ingin mengatakan sesuatu, tanpa menunggu dia berbicara, aku langsung berteriak: “Pergi!”
Aku sangat marah, jika bukan karena sekarang aku susah untuk bergerak, mungkin aku sudah akan bertindak kasar dengannya. Semua yang dilakukannya padaku sangat menyakitiku, luka ini tidak akan sembuh selamanya.
Clara Xia melihat aku sudah mengamuk, dia tahu apapun yang dikatakannya tidak berguna lagi. Dia kehilangan akal, kemudian hanya memutarkan badannya dan pergi. Masalah ini sudah berkembang hingga tidak bisa dikendalikannya lagi, dia memang tidak memiliki ide lagi!
Melihat Clara Xia meninggalkan kamar pasien, senar yang sangat ketat seketika menjadi longgar, emosionalku juga perlahan menjadi tenang. Tetapi rasa buruk yang kental itu malah tidak bisa dihilangkan.
Bagaimana bisa aku tidak tahu jika pertarunganku dengan Tuan Muda Ferdy pasti akan gagal, dapat dikatakan jika ada cara sekecil apapun itu, aku juga tidak ingin berjalan ke tahap hari ini, aku bukan takut mati di tangan Tuan Muda Ferdy, aku hanya takut mereporkan Fetrin dan lainnya. Sebenarnya aku sudah sangat berusaha untuk tidak melibatkan keluarga. Sebelumnya mendapat penyiksaan yang tidak masuk akal, aku juga menahannya. Aku menahan semuanya dan hidup seperti kura-kura, hanya karena aku tidak ingin keluargaku mendapat masalah.
Tetapi, takdir memang sangat memaksa orang. Aku sudah hidup dengan begitu sederhana dan tidak berguna, tetapi tuhan tetap tidak melepaskanku. Si Ruben Cai mau membalasku, Tuan Muda Ferdy yang sadis ingin membinasakanku, aku sudah tidak ada jalan lain lagi, aku hanya bisa memilih melawan. Tidak peduli bagaimanapun, perang besar dengan Tuan Muda Ferdy kali ini tidak akan dihindari.
Kini aku hanya berharap ada keajaiban, semoga Fetrin masih bisa sekali lagi mengeluarkan kekuatan perang yang kuat dan mengalahkan Tuan Muda Ferdy, ini juga sebuah harapanku sekarang.
Fetrin pastinya juga mementingkan perang besar ini dengan tidak biasa, 2 hari ini dia sedang melakukan persiapan dengan sangat gugup, dia tidak berhenti sama sekali, dia menampakkan keseriusan yang tidak pernah ada sebelumnya. Sebelumnya dia hanya melakukan perencanaan terakhir saja, walaupun menghadapi Ruben Cai, dia juga tetap terlihat tenang. Tetapi sekarang lawan yang dia hadapai adalah Tuan Muda Ferdy, sehingga membuat Fetrin menjadi sangat menguras semua tenaganya. Dia menghubungi semua sumber yang bisa digunakannya, dia tidak berhenti menelpon dalam beberapa hari ini. Dia menggunakan semua kekuatannya untuk mempersiapkan peperangan besar ini. Dia sudah mengorbankan semua yang dimilikinya demi perang kali ini.
Waktu berlalu dengan cepat, sekejap mata sudah tiba di hari perang besar.
Malam sebelum perang besar, Fetrin datang berkunjung padaku, dia berikan saran terakhir: “Chandra, kamu baik-baik merawat dirimu di sini, aku akan membantumu balas dendam!”
Perkataan ini dikatakan Fetrin dengan sangat tegas dan pasti, seakan-akan terasa seperti dia pergi mengorbankan semua demi aku.
Dari awal aku sudah memiliki sebuah tekad, melihat perang besar ini sudah mau dimulai, aku langsung duduk di tempat tidur lalu mengatakan kepada Fetrin dengan tegas: “Aku juga mau ke lokasi!”
Fetrin mendengarnya langsung menolak tanpa ragu-ragu: “Tidak boleh, kondisimu masih sangat lemah, tidak cocok untuk keluar. Kamu juga tidak bisa membantu apapun walaupun ke sana, melainkan semakin bahaya, lebih baik kamu di sini saja!”
Aku dengan keras berkata: “Jika Tuan Muda Ferdy mau melawanku, aku juga bahaya jika tetap di sini, masalah ini berawal dariku, jadi aku harus pergi ke sana. Walaupun aku meninggal, aku juga akan mati dengan tenang!”
Fetrin mendengarnya juga menjadi gelisah, dia tahu yang kukatakan masuk akal, sasaran Tuan Muda Ferdy adalah aku, walaupun aku di rumah sakit, aku juga tidak bisa menghindarinya, dan aku terlalu semangat dengan pembalasan, jadi aku juga tidak bisa tenang jika berbaring di rumah sakit, karena ini adalah perang yang berhubungan dengan hidup matiku, kita ini saling berhubungan, jika mati maka mati bersama, jika menang, maka menang Bersama.
Setelah diam beberapa saat, akhirnya Fetrin menyetujuiku. Dia hanya lanjut menyarankan: “Kalau begitu, nanti kamu harus lebih hati-hati. Perhatikan kesehatanmu, aku pergi membantumu untuk mempersiapkannya!”
Tindakan Fetrin sangat cepat, tidak lama kemudian dia menyuruh orang membawakan kursi roda untukku. Kedua tanganku sudah rusak, sekujur tubuhku terbakar, seluruh tubuhku dibungkus oleh kain kasa, jadi aku sangat tidak nyaman dalam gerak gerik, terpaksa duduk kursi roda.
Siang hari jam 10, aku duduk di kursi roda yang khusus disediakan oleh Fetrin, Fetrin mendorongku dari belakang. Kita semua berjalan keluar dari rumah sakit.
Cuaca hari ini tidak terlalu bagus, tidak ada matahari dan tidak hujan, seluruh langit sangat mendung, awan mendung yang besar bergerak perlahan, seluruh kota diselimuti oleh langit yang mendung ini, udaranya yang keruh membuat orang tertekan, angin tidak terlalu kuat.
Saat keluar dari rumah sakit, yang kurasakan pertama kali adalah langit suram yang tidak bisa dikendalikan, langit di kota ini terlihat seperti mau runtuh!
Ada beberapa mobil menunggu kita di depan rumah sakit, mobil yang berada di paling depan terlihat sagat keren, itu adalah motorhome raksasa, bentuk mobilnya panjang, penampilannya sangat keren dan terlihat memiliki gairah pemimpin.
Fetrin menyuruh 2 pria berkacamata hitam membawa aku beserta dengan kursi rodaku masuk ke dalam motorhome, Fetrin juga masuk ke dalam menemaniku di samping.
Kemudian, motorhome mulai berjalan, beberapa mobil di belakang juga mengikuti dengan cepat.
Saat sudah di jalan raya, aku tiba-tiba menyadari sudah ada deretan mobil yang berhenti di pinggir jalan. Aura ini sangat kuat sekali, deretan mobil ini tidak terlihat bagian ujungnya, tidak tahu berapa banyak mobil yang berhenti.
Setelah motorhome tiba, langsung membunyikan klakson, kemudian semua deretan mobil itu langsung hidup. Di belakang motorhome yang memimpin di depan, terlihat banyak mobil hingga tidak terhitung jumlahnya. Semua mobil berbaris dengan teratur, sungguh barisan yang hebat.
Barisan mobil kita yang panjang ini terlihat seperti naga jiaolong yang sangat luar biasa, melaju ke lokasi perang yang sangat jauh…
Novel Terkait
Yama's Wife
ClarkPenyucian Pernikahan
Glen ValoraCinta Dibawah Sinar Rembulan
Denny AriantoGaun Pengantin Kecilku
Yumiko YangWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)