Wahai Hati - Bab 26 Satu Langkah Lagi
Malam hari musim gugur dengan angin sejuk yang menerpa bersama aura-aura dingin yang melayang di udara. Jalan kecil yang hening dilapisi sinar bulan yang dikit, terlihat sangat sepi. Aku memakai setelah hitam dan muncul di hadapan Gunawan mereka secara tiba-tiba, seketika mereka kembali tersadar.
Mata mereka semua terbuka besar dan wajahnya penuh dengan keterkejutan, apalagi Gunawan. Ia melihatku dan rasa amarahnya muncul. Ia mengerutkan wajahnya dan berteriak kepadaku dengan sepasang matanya yang memerah. “Kamu? Aku tidak mencarimu, kamu dulu yang mencari masalah denganku!”
Sepertinya dua kali tusukan yang kuberi kepadanya sudah terukir dalam di otak Gunawan. Ia sangat mengingatku dan ingin membunuhku.
Namun aku tidak akan takut bocah yang berani ini. Dalam kondisi seperti ini, keberanian dan keganasan yang kita bandingkan. Aku dengan beraninya menyapu Gunawan mereka secara dingin, lalu menakuti mereka dengan berkata, “Aku hari ini hanya ingin bertemu dengan Gunawan, selain ia minggirlah!”
Suaraku yang berwibawa, ditambah setelan gelapku semakin menunjukkan jiwa kejahatanku. Meskipun jumlah orang mereka lebih banyak, tapi mereka juga tidak berani bertindak dalam sesaat waktu. Refaldi dan dua laki-laki lain di antara mereka yang pernah melihatku mengiris Gunawan dengan pisau. Mereka sedikit takut kepadaku dan kedua orang itu juga pasti pernah mendengar namaku, jadi mereka hanya terdiam.
Jika dibanding, keberanian Gunawan yang terbesar. Kebenciannya terhadapku juga sudah bisa menutup rasa ketakutannya. Ia tiba-tiba mengeluarkan sebuah pisau kecil dan dituju kepadaku sambil berteriak, “Kamu kira pisau bisa menakutiku? Aku juga bawa dan hari ini aku akan membunuhmu!”
Gunawan menekuk kepalanya ke kanan kiri dengan raut wajah yang ganas, ini menunjukkan kebenciannya terhadapku memang dalam. Ia menerima kerugian kali itu, jadi sekarang ia juga belajar membawa pisau untuk melindungi dirinya. Teman-temannya itu juga kembali berani setelah melihat Gunawan membawa pisau juga, lalu bersorak kearahku untuk cepat menyerah.
Aku menutup telingaku untuk tidak mendengar mereka, lalu melangkah besar mendekat kearah Gunawan.
Gunawan terlihat terkejut melihat tindakanku. Kalau aku takut karena pisau di tangannya, mungkin saja Gunawan lebih berani. Tapi aku tidak menganggap pisau di tangannya, tanpa membawa pisau untuk mendekatnya. Niat tanpa takut mati ini tiba-tiba muncul, sehingga membentuk tekanan yang membuat Gunawan takut. Ia terlihat agak panik sambil memegang erat pisaunya. Ia berteriak kearahku, “Jangan kamu mendekat! Kalau tidak, aku akan menusukmu!”
Kata orang, minum bisa membuat orang berani. Gunawan sekarang memang menjadi lebih berani. Wajah menakutkan khas Gunawan memang terlihat seram, tapi aku sama sekali tidak takut. Aku berdiri di hadapan Gunawan dengan berani sambil melihat pisau di tangannya, lalu menjulur tangan menunjuk jantungku. Aku tertawa dingin dan berkata, “Jantungku disini, kalau kamu ingin membunuhku, silahkan maju. Tapi kalau kamu tak berani, aku menasehatimu sebaiknya jangan melakukan ini.”
Suaraku sungguh terdengar dingin, tatapan mataku juga terlihat sangat cuek. Ini adalah aura kejahatan yang membuat orang takut dan kebencian yang sama sekali tidak takut. Aku mau mengalahkan Gunawan dari auraku. Orang yang sepertinya, suka merendahkan yang lebih lemah dan penuh kegarangan. Tapi saat ia bertemu dengan orang yang tidak takut mati, ia pasti akan takut. Ia sepertinya tidak ada keberanian untuk melawan. Sedangkan aku ingin mencoba bertarung dengannya, lagipula aku tidak takut mati, aku ingin melihat seberapa besar keberaniannya.
Tebakkanku benar. Gunawan seketika menjadi agak takut setelah ditakuti olehku. Tangan yang dipakainya untuk mengambil pisau bergetar pelan, seperti ingin membunuhku, tetapi juga ragu dan tidak berani beraksi. Pandangan matanya masih saja menyapuku dari atas bawah hingga sekelilingku, mungkin takut aku membawa orang untuk menangkapnya. Keringat di dahinya bercucuran, raut wajahnya terlihat tidak baik. Setelah ia ragu untuk waktu yang cukup lama, ia baru bertanya kepadaku, “Ada apa kamu mencariku?”
Gunawan semakin gugup, aku semakin tenang. Aku menegakkan tubuhku dan berkata dengan cuek, “Sangat mudah, biarkan teman-temanmu pergi. Aku ingin berbicara denganmu saja. Kalau kamu masih menyimpan dendam kepadaku dan ingin bertarung denganku, aku boleh menemanimu bermain.”
Nada bicaraku terdengar dingin dan menakutkan. Orang-orang Gunawan terdiam karena takut.
Sebenarnya Gunawan memiliki kemungkinan menang yang lebih besar dariku. Jika aku ingin menyerangnya, aku memiliki berbagai banyak cara, tapi aku lebih memilih pilihan yang berbahaya untuk berbicara dengannya. Sebenarnya aku ingin memberi kesempatan untuknya, karena aku hanya ingin mencari kebenaran dari Gunawan. Aku tidak sungguh ingin membalas Gunawan. Kemarin aku menusuknya dua kali, kuanggap sebagai hukumanku kepadanya. Aku tidak harus untuk menyerangnya lagi.
Gunawan mungkin juga sudah menyadari kalau aku tidak ingin menyerangnya, jadi ia merenggangkan suasana hatinya. Ia berpikir sesaat, tapi akhirnya ia memilih untuk tidak menyerang balik. Lalu ia menyuruh Refaldi mereka pergi, lalu berjalan bersamaku ke tepi jalan.
Setelah tiba, aku langsung berkata kepada Gunawan, “Kamu! Aku juga tidak ingin berbicara banyak denganmu. Tujuanku mencarimu karena Olive. Katakanlah bagaimana kamu bekerja sama dengan Mike. Aku tidak berharap kamu membohongiku. Kamu paling tahu kan apa yang akan kulakukan?”
Demi mengganti suaraku secara menyeluruh, aku sengaja menekan pita suaraku, sehingga terdengar sedikit janggal, seperti psikopat yang sudah sering membunuh. Bisa dikatakan seperti ini, mau dari suara, pakaianku ataupun aura kejahatanku sangat persis dengan orang gila yang tidak takut mati. Orang yang seperti itulah yang paling menakutkan. Aku ingin menggunakan identitasku yang seperti ini untuk menakutkan Gunawan hingga mencapai efeknya. Aku bilang aku datang demi Olive, ditambah aku menusuk Gunawan dua kali demi menolong Olive, sehingga Gunawan akan mengira aku tertarik kepada Olive, jadi aku bisa sekalian menggunakan nama Olive untuk menanyakan hubungannya dengan Mike, agar ia tidak curiga.
Raut wajah Gunawan seketika berubah banyak warna, bagai baki pencampur warna, setelah mendengar ucapanku. Kemudian, ia baru membuka mulutnya dengan teliti dan berkata, “Sebenarnya siapakah dirimu?”
Terlihat Gunawan bingung mengapa aku mengetahui hubungannya dengan Mike, jadi mulai penasaran dengan identitasku. Aku juga tidak sebodoh itu untuk memberitahunya bahwa aku adalah Chandra. Sebaliknya aku menunjukkan tatapan mata yang lebih menakutkan untuk menatapnya. Aku berkata, “Kamu tidak perlu tahu siapakah diriku, tapi aku berharap kamu bisa membalas pertanyaanku dengan baik, sebenarnya apa hubunganmu dengan Mike?”
Gunawan sepertinya takut kepadaku, tapi ia juga takut kepada Mike. Ia ragu untuk sesaat, ia masih saja berpura-berpura kepadaku dan berkata, “Aku sama sekali tidak ada hubungan dengan Mike, bahkan kita pernah bertengkar!”
Baru saja ia selesai berbicara, aku langsung mengangkat kakiku dan menendang kearah dadanya.
Gunawan tidak sangka aku akan menyerangnya, sehingga ia seketika terjatuh di tanah. Aku juga tidak memberi kesempatan untuk bernafas, lalu langsung menahan tangannya yang memegang pisau dan kuarahkan ke leher Gunawan. Aku dengan cuek berkata, “Gunawan, aku sudah memberikan kesempatan untukmu, jadi ingin berbicara denganmu. Aku berharap kamu bisa menghargainya, cepat katakan apa hubunganmu dengan Mike dan bagaimana kalian berdua bekerja sama untuk melawan Olive.”
Meskipun tubuh Gunawan sangat berotot, tapi ia sama sekali tidak bisa menahan jurusku ini. Ia kalah dalam keberaniannya yang kurang. Sedangkan aku, memiliki tubuh yang cukup kuat, aura kejahatan yang dalam, keberanian yang cukup banyak dan bisa menahan Gunawan saat ia tidak fokus.”
Gunawan melihat pisau diujung lehernya, ia mulai merasa takut. Ia sungguh takut kegilaanku kambuh dan bisa membunuhnya. Akhirnya ia juga tidak berani bercanda dengan menggunakan nyawanya, lalu memberitahu semua yang kutanyakan.
Ternyata Gunawan juga tidak dekat dengan Mike dan hanya pernah mendengar namanya sekilas. Hari itu di kantin, Olive maju untuk membantuku. Awalnya Gunawan ingin mencari masalah dengan Olive, lalu temannya memberitahu bahwa Olive adalah wanita yang sedang dikejar oleh Mike. Gunawan baru menahan dirinya, karena ia tidak berani mencari masalah dengan Mike.
Setelah masalah ini berakhir, Gunawan tidak berencana untuk mencari masalah dengan Olive, apalagi peduli tokoh kecil seperti diriku, tapi ia tidak sangka Mike tiba-tiba mencarinya. Dan pastinya, Mike bukan ingin memberi pelajaran untuk Gunawan, melainkan menekannya untuk Gunawan bekerja sama dengannya.
Akhirnya Gunawan menyetujui permintaan Mike. Pertama dikarenakan Gunawan tidak pernah ingin mencari masalah dengan Mike yang bergaya di sekolah. Kedua dikarenakan Mike berjanji untuk memberikan keuntungan yang besar untuknya, ini membuatnya tidak bisa menolak. Yang terpenting adalah Ayahnya Gunawan kebetulan bekerja dibawah Keluarga Mike. Ini sama saja berarti Gunawan dipergunakan oleh Mike, jadi ia hanya bisa mematuhinya.
Lalu aku diperalatkan oleh mereka, atau bisa dikatakan aku dijadikan alat untuk membantu Mike meningkat. Hari itu sejak keluar dari kantin, Olive bertemu denganku di jalan kecil, ternyata bukan ditonton oleh Gunawan mereka, melainkan Mike mereka. Ia sudah mengejar Olive lama, jadi ia sangat mengetahui dengan semua kelakuan Olive. Ia tahu Olive membantuku dan inisiatif untuk menungguku di jalan kecil, jadi ia ingin mempergunakanku untuk mencapai tujuannya yang licik itu.
Saat Gunawan mencari masalah denganku, selalu menyuruhku untuk mengajak Olive keluar makan, itu semua juga merupakan perintah Mike. Pertama, Mike ingin menguji apa hubunganku dan Olive. Kedua, jika aku mengajak Olive keluar, Gunawan bisa membuat Olive mabuk dan Mike bisa menggunakan kesempatan ini untuk memiliki Olive, lalu ia memiliki seratus cara untuk menjadikan Olive sebagai pacarnya. Hanya saja aku selalu tidak mematuhi perintahnya, sehingga rencana Mike tidak dapat berlangsung, jadi ia terus mencari Gunawan untuk menyerangku. Olive dipaksa hingga tak berdaya, jadi ia hanya bisa mencari Mike untuk membantuku. Mike menggunakan kesempatan menolongku, sebagai membantu permintaan tolong Olive, sehingga dapat memenangkan rasa suka Olive kepadanya.
Mike menggunakan kesempatan kali ini lagi dan menyuruh Gunawan untuk menyerang Olive. Ia ingin berpura-pura menolong Olive dari kejahatan. Sayangnya aku mengagalkan lagi rencananya dengan menolong Olive terlebih dahulu.
Mike dan Gunawan pastinya tidak mengenal identitas lelaki berpakaian hitam itu, apalagi Gunawan. Saat itu ia mengira Mike yang berpura-pura memakai itu untuk menolong Olive. Tapi Gunawan juga merasa bingung di saat yang sama, mengapa Mike harus memakai seperti itu. Apapun yang terjadi, yang harus ia lakukan adalah bekerja sama dengan lelaki berpakaian hitam itu berakting. Tapi ia juga tidak terpikir kalau lelaki berpakaian hitam itu sungguh menusuknya. Masalah itu benar-benar sudah berada di luar sangka Gunawan, sehingga ia tidak bisa melakukan apapun, terkejut dan takut.
Lalu Gunawan bertanya kepada Mike dan ternyata lelaki berpakaian hitam itu bukanlah Mike. Tapi mereka terus berpikir, juga tidak menemukan identitas lelaki berpakaian hitam itu. Mereka pastinya tidak tahu, karena lelaki itu adalah Chandra yang dipermainkan oleh mereka.
Hingga sini, Gunawan sebenanrnya masih penasaran dengan identitas lelaki beperkaian hitam. Ia lebih penasaran mengapa aku tahu ia bekerja sama dengan Mike. Ia terus merahasiakan masalah ini, bahkan ia tidak pernah memberitahu kepada teman-temannya. Kerja sama antar ia dan Mike itu adalah rahasia. Sebesar apa penasarannya, Gunawan juga tidka berani bertanya banyak kepadaku.
Selesai mendengar perkataan Gunawan, hatiku seperti dimakan oleh ribuan semut. Kelakuan Mike sungguh membuatku kesal. Demi mengejar Olive, ia menggunakan berbagai cara, mau baik ataupun buruk. Ia sudah melakuan berbagai kerja sama yang begitu kotor, memiliki wanita diluar, tetapi berpura-pura menjadi lelaki setia dan polos di sekolah. Orang yang seperti itu, memang sangat mengesalkan!
Hal yang membuatku sangat marah adalah ia memperalatkan aku yang tidak bersalah untuk mencapai tujuannya. Di matanya, aku bahkan tidak setingkat dengan rumput liar diluar sana, ia bebas untuk menginjaknya. Bagaimana mungkin aku bisa menerima penghinaan seperti ini! Bagaimana mungkin aku tidak membalas dendam!
Aku tidak akan melepaskan Mike begitu saja. Tidak akan!
Amarahku sudah membakar diriku, tapi akal sehatku masih ada. Aku tahu Mike tidak mudah diserang. Ia memiliki latar belakang yang baik, koneksi yang luas, otak yang pintar. Ia licik dan teliti sebagai orang. Aku ingin menyerangnya, pastinya lebih susah dari menyerang Gunawan. Gunawan hanyalah alat yang berani tapi tidak pintar. Sedangkan Mike, ia lah orang yang mengatur semua alat ini. Aku ingin membalas dendam kepadanya, harus membutuhkan rencana yang matang.
Aku berusaha menahan emosiku, berusaha menenangkan diri dan terdiam sesaat. Lalu aku menoleh kearah Gunawan dengan tatapan sinis dan berkata, “Aku baru saja melihatmu makan bersama dengan Mike kemarin malam. Jujurlah kepadaku, apakah ia ada sedang bersiap untuk beraksi?”
Mike pintar dalam berencana, kalau tidak ada masalah, ia tidak mungkin membawa Gunawan ke restoran mahal. Lagipula sudah begitu lama, Mike masih saja tidak bisa mendapatkan Olive. Ia pasti ingin menggunakan taktik licik lagi. Aku takut ia akan memperalatkanku lagi, jadi aku harus bertanya mereka dengan jelas.
Gunawan terkejut saat mendengar ucapanku, tapi ia masih membalasku dengan jujur. “Hmm, iya. Mike bilang ia hanya tersisa satu langkah lagi untuk mendapatkan Olive.”
Novel Terkait
Untouchable Love
Devil BuddyMata Superman
BrickThe Sixth Sense
AlexanderSang Pendosa
DoniMilyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu
Milea AnastasiaCinta Tak Biasa
SusantiIstri Pengkhianat
SubardiThe Winner Of Your Heart
ShintaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)