Wahai Hati - Bab 126 Kematian Ruben Cai
Fetrin juga sudah membuat keputusan yang besar, baru mengatakan balas dendam demi aku, dia bukanlah orang yang ceroboh dalam melakukan sesuatu, tetapi Tuan Muda Ferdy sudah menyentuh batas kesabarannya, dia tidak bisa menahannya dan yang paling penting adalah dia tidak bisa melihat aku mencari mati sendiri, dia juga sedih karena aku.
Tiba-tiba mendengar perkataan Fetrin, jantungku yang sudah mati tiba-tiba berdetak dengan kuat, jujur saja aku tidak menyangka Fetrin bisa balas dendam demi aku, bagiku ini seperti sebuah mimpi yang tidak mungkin terjadi, aku tidak berani percaya, aku terdiam melihat Fetrin, lalu dengan sedikit terharu bertanya: "Apakah kamu beneran bersedia untuk balas dendam demi aku?"
Fetrin perlahan menganggukkan kepala lalu berkata: "Iya, kali ini Ferdy Yang memang sedikit keterlaluan, tidak ada orang yang bisa menahan emosi ini!"
Mendapat janji dari Fetrin, detak jantungku tiba-tiba menjadi semakin cepat, aku sangat benci Tuan Muda Ferdy, jika aku bisa membunuhnya hingga tidak bersisa, maka tidak aku tidak ada penyesalan hidup lagi, tetapi apakah mungkin? Dia begitu kuat, bagaimana Fetrin melawannya?
Dalam hatiku berpikir, aku menelan ludah lalu bertanya dengan pahit: "Apakah kita bisa mengalahkan dia?"
Fetrin mendengar perkataanku, ekspresinya tetap sangat tenang, tatapan matanya terdapat sebuah tekad mempertaruhkan semuanya, dia menatapku dan berkata satu persatu: "Menang atau tidak tetap harus melawannya dan juga Ferdy tidak berencana untuk membiarkanmu lagi, daripada duduk diam menunggu mati, lebih baik menyerangnya langsung!"
Setiap kata yang dikatakannya sangat bertenaga dan menyerang jantungku terus menerus. Ini memberiku sedikit keberanian dan tidak ragu lagi, aku dan Tuan Muda Ferdy ditakdirkan tidak bisa hidup secara bersamaan, jika bukan aku mati, maka dia yang akan mati.
Yang dikatakan Fetrin tidak salah, Tuan Muda Ferdy tampak jelas tidak bisa menerima aku, dia tidak mendengar penjelasanku sama sekali dan memaksa untuk mematikanku. Kebencian ini seakan-akan bukan hanya karena aku menyinggung Clara Xia, menurutku dia sengaja ingin membunuhku. Kali ini aku beruntung bisa kabur, ke depannya dia masih bisa memikirkan cara untuk mematikanku, daripada duduk diam menunggu mati, memang lebih baik aku melawannya.
Saat aku terbengong, Fetrin lanjut berkata: "Tapi ceritanya jika kita menyerang, kita harus memiliki alasan yang jelas. Kali ini Ferdy melawanmu, dia mendapatkan alasan dan mengatakan jika kamu menyinggung Clara Xia duluan, tetapi aku berani yakin jika kamu tidak bersalah. Jadi kamu beritahu aku semua jalan ceritanya, kita selidiki dengan jelas apa yang terjadi dengan masalah ini, agar Ferdy kehabisan kata!"
Membahas ini, aku tiba-tiba mengingat, penyebab aku bisa terjebak yaitu ada orang yang sengaja mencelakaiku. Saat itu aku fokus untuk beritahu Tuan Muda Ferdy jika aku tidak bersalah, malah aku melupakan hal paling pentingnya. Karena aku tidak bersalah, maka aku harus mencari orang yang mencelakaiku, hanya saja siapa yang memiliki rencana untuk mencelakaiku?
Pertama, orang ini pasti sangat mengenalku, dia juga termasuk sangat mengenal Clara Xia dan Tuan Muda Ferdy, jadi dia bisa memikirkan cara ini untuk mencelakaiku.
Kemudian, orang ini bukan orang biasa, dia punya kekuatan dan otak yang cerdik, makanya dia bisa merencanakan semua ini hingga sangat sempurna.
Lalu, orang ini pasti punya dendam yang sangat besar terhadapku, makanya dia berusaha keras untuk mencelakai aku.
Setelah memikirkannya, tiba-tiba muncul bayangan seseorang di benak pikiranku, dia, pasti dia yang mencelakaiku.
Aku menahan gelombang yang mulai bergejolak dalam hati, lalu menceritakan semua masalah ini secara detil kepada Fetrin. Setelah Fetrin mendengarnya, dia mengerutkan alis berkata: "Ini memang sulit, sekarang bos toko sudah meninggal, jadi tidak ada yang bisa menjadi saksi dan membersihkan nama baikmu. Masalah ini mereka melakukan dengan sangat bersih hingga sedikit kesalahan juga tidak ada. Tampaknya orang yang mencelakaimu tidak gampang. Apakah kamu punya orang yang diragukan?"
Orang yang pertama kuragukan pastinya adalah Ruben Cai, masalah seperti ini sangat cocok dengan tekniknya. Dia adalah orang yang sangat licik di belakang, dia sangat pandai dalam konspirasi. Sebelumnya dia membuat sebuah siasat, membuat Marie Hu salah paham jika aku selingkuh dengan Olive, sehingga aku putus dengan Marie Hu. Dia adalah ahli dalam membuat siasat buruk. Dan yang paling penting adalah dia punya dendam yang sangat besar denganku, jadi kemungkinan orang yang merencanakan untuk mencelakai aku adalah Ruben Cai.
Sampai sini, aku langsung berkata kepada Fetrin: "Ruben Cai, aku meragukan jika ini adalah ulahnya!"
Fetrin menganggukkan kepala seperti memiliki pemikiran, dia berkata dengan suara yang berat: "Aku juga meragukannya, Ruben Cai memiliki hubungan dengan Ferdy Yang, jadi dialah yang mungkin merencanakan semua ini!"
Tebakanku dan Fetrin sama, karena begitu tahap kita selanjutnya yaitu membongkar masalah Ruben Cai dan memperjelas kebenaran. Aku harus membersihkan nama baikku sendiri, jika memang orang yang melakukan semua ini adalah Ruben Cai, aku harus membuatnya mati dengan tragis.
Fetrin juga sudah bilang hanya dengan mendapatkan kebenaran dari Ruben Cai, kita baru bisa melawan Tuan Muda Ferdy dengan alasan yang jelas.
Tanpa menunggu lagi, Fetrin langsung menghubungi Chris, menyuruhnya menggunakan seluruh cara untuk menangkan Ruben Cai!
------
Di sisi lain, Blok Greenland, vila yang ditinggal oleh Tuan Muda Ferdy, Ruben Cai sedang buru-buru bergerak ke sini untuk menemui Tuan Muda Ferdy.
Kini Ruben Cai sangat senang, keburukan yang telah dia tahan selama ini, akhirnya sudah terluapkan semua. Ini adalah kepuasan dan kesenangan dari pembalasan dendam. Ruben Cai sudah lama tidak sesenang ini, rencananya berjalan sangat sempurna, dapat dikatakan tidak ada cacat sedikitpun.
Hanya saja sayangnya aku tidak mati, aku malah berhasil ditolong, inilah yang membuatnya tidak nyaman. Walaupun kondisiku sekarang lebih menderita daripada dia, tetapi dia tetap tidak ingin melepaskanku. Kebenciannya tidak akan menghilang jika aku tidak mati, jadi hari ini dia mencari Tuan Muda Ferdy lagi.
Setelah menemui Tuan Muda Ferdy, Ruben Cai langsung melapor: "Tuan Muda Ferdy, dengar kabar, sepertinya Chandra sudah sadar di rumah sakit!"
Tuan Muda Ferdy dengan santai duduk di sofa, lalu melihat Ruben Cai dengan cuek, dengan datar berkata: "Informasimu lumayan cepat juga!"
Ruben Cai menundukkan kepala dan berkata dengan tegas: "Ini adalah wilayahku. Tuan Muda Ferdy, Chandra telah melakukan kesalahan yang sangat besar, dia menyinggung Clara Xia, dia pantas untuk mati. Menurutku kita tidak boleh membiarkan orang seperti ini untuk hidup!"
Kali ini Ruben Cai sangat yakin bisa membuat Tuan Muda Ferdy marah, kemudian membiarkan Tuan Muda Ferdy menyerangku, karena dia tahu jika Clara Xia adalah orang yang paling penting bagi Tuan Muda Ferdy. Jika dia mengingatkan Tuan Muda Ferdy bahwa aku menyinggung Clara Xia, pastinya Tuan Muda Ferdy tidak akan memaafkanku. Jika terakhir aku mati di tangan Tuan Muda Ferdy, maka Ruben Cai tidak akan memiliki hubungan apapun dengan masalah ini. Dia berhasil balas dendam dan tidak mencarikan masalah kepada dirinya. Ini adalah hasil yang paling baik bagi Ruben Cai.
Pastinya secara tidak langsung Tuan Muda Ferdy tumbuh keinginan untuk membunuhku. Setelah dia mendengar kata-kata Ruben Cai, dia tanpa ragu-ragu berkata: "Kamu tidak perlu mengingatkanku dengan masalah ini. Aku pasti akan membunuh Chandra, aku membuatnya hingga begitu menderita, walaupun aku tidak membunuhnya, dia pasti juga akan berpikir untuk membunuhku. Aku tidak mungkin membiarkan keberadaan penyebab masalah!"
Ini memang kata dari hati Tuan Muda Ferdy, dia sangat sadis dan bersih dalam melakukan sesuatu, dia selalu tidak membiarkan sisa yang tertinggal. Karena aku adalah penyebab masalah, dia pasti akan melenyapkanku, dia tidak akan membiarkanku hidup di dunia ini.
Setelah Ruben Cai mendengar kata Tuan Muda Ferdy, dia langsung berkata dengan senang: "Tuan Muda Ferdy sangat bijaksana!"
Kini Ruben Cai tidak punya kekhawatiran sama sekali lagi, kesenangan dia terlihat sangat jelas, dia segera menyaksikan akhirku yang tragis. Baginya ini adalah masalah yang sangat bagus.
Sayangnya saat Ruben Cai sedang sangat senang, ekspresi Tuan Muda Ferdy tiba-tiba berubah. Tatapan matanya yang tajam tiba-tiba terlintas sebuah cahaya yang sadis, dia menatap Ruben Cai dan berkata dengan dinging: "Tapi, sebelum menyerang Chandra, aku harus membersihkan beberapa penghianat."
Saat Ruben Cai mendengar kata-kata Tuan Muda Ferdy dan melihat tatapan matanya yang tajam, dia langsung panik. Suhu tubuhnya dalam sekejap turun hingga 0 derajat, seluruh tubuhnya dinging, dia menatap Tuan Muda Ferdy dengan ketakutan, lalu dengan panik berkata: "Apa maksud Tuan Muda Ferdy?"
Tuan Muda Ferdy bergerak sebentar dan tersenyum dinging berkata: "Apa maksudku? Kamu bilang apa maksudku, apakah kamu tidak tahu sendiri dengan apa yang telah kamu lakukan?"
Saat mengatakannya, tatapan Tuan Muda Ferdy yang tajam terus menerus menatap Ruben Cai, dia seperti memiliki mata ajaib yang bisa menembus Ruben Cai.
Ruben Cai seketika merasakan ketakutan yang luar biasa. Seakan-akan semua pemikirannya sudah dilihat jelas oleh Tuan Muda Ferdy. Ruben Chai sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi, dia terkejut hingga bergemetar. Kemudian dia langsung berlutut di depan Tuan Muda Ferdy, dengan jujur berkata: "Maafkan aku Tuan Muda Ferdy, aku tidak melakukan apapun, aku selalu membantu Tuan Muda Ferdy!"
Tuan Muda Ferdy menganggukkan kepalanya dengan biasa, lalu berkata: "Aku tahu kamu sedang membantuku, aku juga tahu kamu juga ingin Chandra mati, makanya kamu merencanakan dan memprovokasi hubunganku dengan Chandra. Aku tahu, dan aku juga mendukung kamu melakukannya, karena bagiku Chandra memang sebuah penyebab masalah. Aku dari awal sudah ingin membunuhnya, sayangnya aku selalu tidak mendapatkan sebuah alasan yang cukup. Aku perlu kamu membantu aku membuat sebuah alasan!"
Perkataan Tuan Muda Ferdy ini sulit ditebak, sepandai apapun Ruben Cai, dia juga sudah kebingungan. Maksud kata ini seperti sedang memujinya dan seperti menyalahkannya, sehingga Ruben Cai tidak tahu sebenarnya dia harus mengakui atau tidak mengaku. Dia sudah terkejut hingga jantungnya tidak berdetak lagi, kini dia hanya menatap perubahan Tuan Muda Ferdy dengan terbengong.
Tapi detik kemudian, Tuan Muda Ferdy tiba-tiba berdiri dari sofa, dia melangkah besar berjalan ke arah Ruben Cai dan menatapnya dengan dekat, kemudian mengeluarkan suara yang dingin: "Sayangnya apapun yang kamu lakukan, kamu tetap tidak boleh menjadikan Clara Xia sebagai umpan. Kamu tidak seharusnya membuat dia terluka, kamu begitu pintar, kenapa tidak tahu batas kesabaranku, kamu, pantas mati!"
Kata ini seakan-akan seperti perintah kematian yang diberikan oleh Raja Yama, sehingga membuat Ruben Cai merasa sangat ketakutan. Ruben Cai merasa dirinya sudah langsung memasuki neraka tingkat 18, kegelapan dan ketakutan menenggelamkannya, seluruh tubuhnya sedang bergemetar, matanya dipenuhi dengan kepanikan, mulutnya juga bergetaran.
Ruben Cai bukan tidak tahu jika rencananya ini memiliki resiko, tetapi dia merasa dirinya bisa menyelesaikan masalah ini tanpa jejak sedikitpun dan tidak memiliki hubungan dengannya. Setidaknya dia sudah menghapus semua bukti itu dengan bersih, jadi bagaimanapun diselidiki, masalah ini tetap tidak memiliki hubungan dengannya. Tetapi dia tidak menyangka jika kepandaian dan kesadisan Tuan Muda Ferdy melewati batas. Walaupun dia bisa menutupi masalah ini terhadap semua orang, tetapi dia tidak bisa menutupinya dari Tuan Muda Ferdy. Tuan Muda Ferdy seperti orang yang berdiri di tingkat paling tinggi, dia melihat semua dengan jelas dan melihat jelas semua siasat dari Ruben Cai.
Ruben Cai sudah sangat panik, dia sangat jelas jika dirinya sudah menyinggung batas kesabaran Tuan Muda Ferdy, akibat dari masalah ini sangat parah. Bahkan Tuan Muda Ferdy langsung memberi dia hukuman mati, sehingga Ruben Cai merasa sangat ketakutan. Dia tidak ingin mati, dia belum ingin mati! Dia membuka mulut mencoba meminta maaf dengan Tuan Muda Ferdy.
Tetapi, Tuan Muda Ferdy tidak memberi Ruben Cai kesempatan sama sekali, Ruben Cai belum mengeluarkan suara, Tuan Muda Ferdy langsung melambaikan tangannya kemudian memukul kepala Ruben Cai dengan kuat.
Sebuah suara yang sangat kuat, Ruben Cai yang tadinya masih hidup, kini sudah menjadi sebuah tubuh mayat yang kaku dan terjatuh di lantai...
Novel Terkait
Wahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)