Wahai Hati - Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
Setelah mengalami penghinaan dan pukulan besar, akhirnya aku pun memberanikan diri dan menunjukkan sikap lelaki yang sebenarnya, serta harga diri yang kumiliki. Aku telah menahan semua ini hingga terluka karena orang tua Marie. Mereka sungguh sombong, bahkan juga tidak menganggap diriku. Sekarang aku memberikan dua miliar kepada mereka, akhirnya mereka tidak bisa berkata-kata lagi, raut wajah mereka seperti sedang menahan buang air.
Hatiku sungguh merasa puas melihat ekspresi mereka, seperti mengeluarkan kebencian yang kutahan bertahun-tahun dan seketika aku menjadi lebih santai.
Suaraku yang pasti masih saja menggema di gunung yang hening dan sepi ini, bahkan aku menjadi lebih berani.
Marie mendengar suaraku dan merasakan kehangatan dan kekuatan yang aku berikan, seketika wajahnya memasang raut wajah yang senang dan terharu, serta kebahagiaan yang penuh!
Sedangkan Ayah Marie, Ibu Marie dan Elis bertiga masih saja tidak dapat percaya. Ayah Marie melihat uang terdapat di dalam koper itu, lalu melirik kearahku. Tatapannya pun menjadi lebih dalam. Mau ia betapa pintar, ia juga tidak bisa mengenal diriku lebih dalam detik ini. Ia hanya bisa tetap tercengang.
Ibu Marie tercengang sangat lama, baru pelan-pelan mengalihkan pandangan kepada Ayah Marie dan berkata dengan nada tak percaya. “Sayang, coba lihat apakah uang-uang itu asli?”
Ayah Marie langsung berlangkah ke koper bersandi itu. Ia membungkuk tubuhnya dan mengambil seikat uang untuk diperiksa. Ia dengan pasti berkata, “Ini asli!”
Sejak awal, Ayah Marie tidak pernah curiga asli atau palsu uang ini. Ia hanya bingung akan bagaimana aku bisa mendapat begitu banyak uang? Meskipun ia adalah seorang pengusaha yang sering mengalami banyak hal, tapi sekarang ia sungguh bingung, masih saja merasa tercengang.
Mata Elis hampir mau keluar setelah mendengar ucapan Ayah Marie. Ia tidak dapat menahan rasa penasarannya. Ia diam-diam berdiri ke samping koper dan memeriksa uang di koper dengan serius. Lalu ia mengangkat kepalanya dan memandangku tidak percaya, “Chandra, darimana kamu mendapat begitu banyak uang? Jangan-jangan kamu merampok bank?”
Ibu Marie seketika tersadar setelah mendengar ini. Ia memasang wajah serius kembali dan berkata, “Benar, bocah. Jangan-jangan kamu mendapatkan uang ini dengan cara yang ilegal?”
Aku sudah menebak bahwa mereka akan curiga kepadaku. Meskipun aku mengambil uang tunai, mereka juga masih curiga. Oleh karena itu, setelah Ibu Marie mengatakan itu, aku langsung mengambil bukti penarikkan tunai dan lempar kearah mereka. Aku dengan cuek berkata, “Ini adalah uang jajan yang diberikan oleh keluargaku. Aku sengaja menarik uang ini untuk kalian. Kertas itu bisa menjadi buktinya!”
Kata-kataku ini sama sekali tidak sengaja kuperbesarkan. Uang ini memang diberikan oleh Ibuku. Apalagi setelah mendengar nada bicara Fetrin, aku juga bisa mengetahui bahwa Ibuku tidak hanya menyisakan sebanyak ini untukku, jadi bagiku, dua puluh miliar itu hanyalah hal kecil.
Kali ini, Ibu Marie tidak ada alasan lain untuk mengelakku. Wajahnya mengembung lagi dan tatapan matanya menjadi canggung. Di saat yang sama, ia juga menahan rasa malu. Sangat jelas ia tidak bisa menerima kenyataan ini, apalagi tidak bisa menerima dirinya dipermalukan begitu saja.
Ayah Marie lebih tenang. Ia terus menatapku, tetapi ia tidak mengatakan apapun.
Sedangkan Elis menatapku seperti menatap alien. Tatapan matanya juga sedang mencari sesuatu.
Hanya Marie yang memasang raut wajah senang, seperti kesedihannya seketika telah melayang begitu saja. Ia bagai sebuah bunga yang kembali mekar dan mengeluarkan aroma wangi.
Seketika suasana menjadi sangat hening. Semua orang terdiam, akhirnya Ayah Marie yang membuka mulut terlebih dahulu. Ia menatapku dan lanjut berkata, “Mari bahas di dalam!”
Setelah itu, ia berbalik badan masuk ke dalam rumah. Aku membereskan koper dan menggandeng tangan Marie masuk ke dalam, lalu diikuti Elis dan Ibu Marie.
Setelah melewati halaman yang segar dan bersih, kita masuk ke dalam rumah.
Tiba di dalam, aku langsung merasakan hal-hal yang berbeda. Aku cukup tercengang, seperti memasukki dunia yang baru. Rumah ini sangatlah besar dan mewah, serta didekor dengan gaya barat, sungguh menarik perhatian. Aku jadi tidak tahan melirik beberapa kali, lalu duduk bersama Marie di sofa ruang tamu.
Ayah Marie duduk di seberang kita. Tatapannya masih saja terjatuh kepada diriku, seperti masih kurang untuk dilihatnya. Sedangkan Ibu Marie menuangkan secangkir teh untukku, lalu berkata kepadaku dengan damai. “Bocah, jujurlah kepada Tante. Sebenarnya darimana kamu mendapatkan uang ini?”
Dibanding dengan sebelumnya, sikap Ibu Marie kepadaku lebih membaik, tidak lagi begitu banyak cakap. Ia juga tidak lagi merendahkanku dan benci, tapi terlihat jelas ia sama sekali tidak menyukai atas keberadaanku, apalagi setelah aku melukai harga dirinya tadi, tentunya ia semakin tidak menyukaiku. Ia hanya bersikap sopan kepadaku, tapi dari maksud katanya masih saja tidak percaya kepadaku, atau mungkin ia sama sekali tidak melihat aura keturunan orang kaya pada diriku, jadi ia perlu mendalami lagi.
Aku juga tidak menyerah dan tetap serius membalas. “Aku sudah bilang ini adalah uang jajan yang diberikan keluargaku!”
Ibu Marie lanjut bertanya lagi. “Pekerjaan apa yang dilakukan oleh keluargamu?”
Aku membalasnya jujur. “Membuka perusahaan kecil!”
Selanjutnya Ibu Marie bertanggung jawab untuk terus bertanya kepadaku, sedangkan Ayah Marie bertugas untuk menonton. Ia juga kadang mengeluarkan satu dua pertanyaan yang penting. Aku tetap menjaga sikapku, membalas pertanyaan mereka dengan jujur. Tapi hingga Ibu Marie menanyakan kondisi orang tuaku, raut wajah Marie berubah. Ia langsung memotong pembicaraan, tanpa menunggu aku membalas. “Cukup! Kalian sedang sensus? Kalian hanya perlu tahu bahwa Chandra bukan seperti yang kalian pikirkan!”
Kalimat Marie seketika membuat suasana ruangan menjadi sangat buruk. Ayah Marie kembali memasang raut wajah dingin kepadaku, begitupula dengan Ibu Marie. Terlihat jelas setelah mereka mengetahui identitasku, sikap orang tua Marie kepadaku sama sekali tidak berubah banyak, karena meskipun aku telah mengeluarkan dua puluh miliar, tapi mereka sama sekali tidka pernah mendengar informasi tentang keluargaku ataupun perusahaanku. Jadi mereka menggolongkan keluargaku sebagai keluarga yang suka menghamburkan uang, yang tidak bisa dianggap baik. Ini sangat tidak sesuai dengan standar yang mereka inginkan. Mereka sama sekali tidak merasa puas kepadaku.
Tak lama kemudian, akhirnya Ayah Marie membuat sebuah keputusan. Ia menggunakan nada yang pasti berkata kepada Marie dengan serius. “Kalaupun keluarga Chandra sangat baik, kalian juga tidak boleh bersama!”
Marie langsung dengan kesal berkata, “Mengapa?”
Ayah Marie membujuknya. “Marie, kamu harus mengerti keluarga kita. Untuk masalah pernikahan itu tidak boleh bercanda. Hingga kini, aku juga tidak bisa menyembunyikan ini kepadamu. Sebenarnya aku dan Ibumu telah menjodohkanmu. Ia adalah Tuan Muda dari Keluarga Cai. Ia sangat berbakat dan kemampuannya baik. Ia sebentar lagi akan kembali dari luar negeri. Kebetulan aku sedang mengatur waktu untuk kalian bertemu!”
Ibu Marie juga ikut berkata, “Benar. Ayahnya juga merupakan pengusaha terkenal di kota kita. Ia juga menjalin hubungan kerja sama dengan kita. Kudengar juga anaknya sangat berbakat dan tampan, pasangan yang cocok denganmu!”
Marie sangatlah kesal melihat orang tuanya. Masa-masa bahagia yang baru saja ia didirikannya seketika menghilang lagi. Sikap orang tuanya memberi pukulan yang cukup kejam dan nyara. Ia mengejap matanya, lalu melihat kearah orang tuanya. “Kudengar? Kalian begitu mudah menjodohkan diriku kepada orang asing dengan mendengar ucapan orang lain?”
Ibu Marie langsung menjelaskan. “Bukan seperti itu. Kita sangat kenal dengan Keluarga Cai. Hanya saja Tuan Muda Cai begitu cepat sudah ke luar negeri, aku tidak pernah bertemu dengannya. Tapi beberapa hari lagi ia sudah mau kembali, aku dan Ayahmu sengaja mengatur waktu, agar kamu bisa bertemu dengannya!”
Marie semakin sedih mendengar ini dan berteriak, “Cukup! Aku tidak ingin bertemu dengan siapapun. Aku hanya ingin bersama dengan Chandra!”
Saat ini, aku duduk mematung di sofa, bagai sebuah patung. Sedangkan suasana hatiku seperti ombak laut. Aku tidak dapat membayangkan bagaimana mungkin ada orang tua yang seperti mereka di dunia ini. Sebenarnya mereka menganggap Marie sebagai apa? Bagaimana mungkin mereka bisa begitu cuek dan tidak peduli dengan pikiran anaknya. Lalu mereka menganggapku seperti apa? Mengapa mereka masih bisa memberi pukulan keras kepadaku? Dulu mereka mengusirku karena mengira diriku miskin. Sekarang mereka tahu keluargaku kaya dan mereka juga masih menganggapku rendah. Jangan-jangan mereka sungguh mengira diri mereka adalah Raja dan Ratu?
Aku menahan amarahku dengan terasa tertekan. Aku tidak akan lega jika tidak melampiaskannya. Aku tidak lagi terdiam dan menatap kesal kepada Ibu Marie. AKu menggertakan gigiku dan berkata, “Padahal Tante sudah berjanji kepadaku, yang penting aku menyiapkan dua puluh miliar sebagai hadiah, bahkan itu tidak akan menjadi masalah kalau menikahkan Marie kepadaku. Sebagai orang tua, mengapa Anda bisa mengingkari janji dengan begitu mudah?”
Nada bicaraku membawa nada mencela dan amarah, serta ketidakpuasan.
Raut wajah Ibu Marie berubah setelah mendengar ucapanku. Ia sedikit canggung, tetapi juga semakin niat. Ia langsung berkata kepadaku, “Aku juga ingat saat itu mengatakan kepadamu dengan jelas. Kamu dan Marie itu tidak mungkin. Kamu saja yang masih bersikeras masih ingin mendekati Marie. Aku mengeluarkan syarat untuk membawa dua puluh miliar, bukan karena keluargaku kekurangan akan uang ini. Aku hanya ingin membuat dirimu tahu diri. Siapa sangka kamu benar-benar mengumpulkan uangnya. Ini sama sekali hal-hal yang berada di luar pikiranku. Tapi entah bagaimanapun, aku hanya ingin memberitahumu, kamu dan Marie itu sungguh tidak cocok. Kalian bukanlah orang yang berasal dari dunia yang sama. Menyerah saja kamu!”
Ucapan Ibu Marie bagai salju yang turun di musim dingin, sepenuh membekukan hatiku. Aku tiba-tiba merasa tubuhku sangat lemas dan mentalku yang sudah tidak kuat. Ternyata banyak hal yang tidak bisa diubah di dunia ini. Awalnya aku mengira kalau diriku mencintai Marie dengan hatiku yang tulus, maka aku bisa membuat orang tua Marie tersentuh, sehingga mereka bisa menerimaku. Akhirnya Ibu Marie memberiku sebuah syarat. Aku sekali lagi mengira bahwa uang bisa memecahkan rintangan ini, jadi aku dengan senang menarik dua puluh miliar ini datang kesini. Siapa sangka bahwa kaya sekarang pun tidak berguna. Hanya karena keluargaku tidak sesuai dengan keinginan mereka dan perusahaanku tidak terkenal, bahkan aku tidak bisa memberitahu kondisi orang tuaku. Apalagi yang bisa kugunakan untuk meyakinkan orang tua Marie?
Semua ini berakhir tak berguna. Bukan setiap usaha bisa menghasilkan sesuatu. Semua ini terbukti. Usahaku sama sekali tidak berguna. Apakah aku bisa merubah kenyataan tidak adanya keberadaan Ayahku? Apakah aku bisa merubah kenyataan Ibuku yang dipenjara? Apakah aku juga bisa merubah kenyataan perusahaan keluargaku yang tidak terkenal?
Aku tidak malu atas kenyataan ini, tapi orang lain tidak bisa menerimanya. Aku sungguh merasa putus asa kepada orang tua Marie.
Saat aku terdiam, Marie tiba-tiba berlutut dan berkata kepada orang tuanya. “Ayah, Ibu. Sejak kecil, aku tidak pernah bermohon kepada kalian. Sekarang aku bermohon kepada kalian, agar aku dan Chandra bisa bersama, baik? Aku tidak peduli identitas dan latar belakangnya, apalagi ia memiliki uang atau tidak. Aku mencintainya, jadi aku ingin bersama dengannya!”
Marie yang begitu berani dan tegas, seketika ia membuang seluruh harga dirinya dan bermohon kepada orang tuanya, berharap mereka bisa memberikan kebebasan untuknya.
Sedangkan Ayah Marie masih saja tidak bertindak. Ia masih saja memasang wajah cuek dan tetap bersikap seperti itu. Ibu Marie lanjut membujuk. “Marie, mengapa kamu tidak mengerti susah payah kita berdua? Ayah dan Ibu melakukan ini semua, demi kebaikanmu. Kamu sekarang masih kecil, sama sekali tidak mengerti apa itu kebahagiaan. Tunggu nanti, kamu akan mengerti betapa bodohnya kamu berusaha. Jangan begitu keras kepala. Dengar kata-kata Ibu, kalian berdua putus saja atas hubungan yang polos ini!”
Tangisan Marie semakin menjado-jadi setelah mendengar ini. Ia berteriak dengan putus asa, “Kalian begitu ingin memutuskan hubunganku dengan Chandra?”
Ibu Marie dengan cuek membalas, “Kalian berdua tidak cocok!”
Marie seketika hilang akal sehatnya dan berteriak. “Kalau begitu, aku tidak akan menikah kepada siapapun. Sialan Tuan Muda Cai!”
Pertengkaran mereka semakin memanas dan kondisi semakin kacau. Lalu ada orang yang datang kesini, entah sepupu mereka ataupun orang perusahaan Ayah Marie yang datang. Yang penting Marie dikurung lagi dan aku diusir lagi secara ‘ramah’. Kita berdua yang saling mencintai, begitu saja diputuskan oleh mereka dengan alasan orang tuanya tidak setuju!
Aku menjadi sendirian lagi, sambil menarik koper bersandi di hari yang gelap dan sepi.
Sore menjelang malam di gunung Longqing ini seperti di surga, sangat cantik dan indah. Malam tiba, sedangkan gunung Longqing menunjukkan aura dingin dan sepi. Aku berjalan disini, bagai berjalan di neraka. Suasana hatiku sangat kacau, bahkan langkahku semakin lamban. Apalagi langkahku semakin berat setelah menarik koper bersandi ini. Bagiku, uang ini tiba-tiba menjadi bebanku. Sungguh kocak sekali.
Tiba-tiba suara dering telepon memecahkan keheningan malam ini, membuat diriku kembali sadar. Aku menyadari bahwa teleponku berdering dan melihat Fetrin yang menghubungiku.
Aku mengangkat panggilannya. Fetrin langsung berkata, “Bagaimana, Chandra? Mengapa tidak menghubungiku untuk memberi berita baik?”
Fetrin masih saja begitu percaya diri. Ia mengira aku sangat mungkin membawakan berita baik untuknya. Atau bagi dirinya, dengan syaratku yang seperti ini, tidak ada wanita yang tidak bisa kudapatkan. Tapi kenyataannya adalah aku sangat terpukul hingga arwahku menghilang. Aku membalas Fetrin tak berdaya. “Mereka masih saja tidak menyetujuinya!”
Fetrin seketika bertanya kepadaku dengan ragu. “Oh, coba katakan apa yang terjadi.”
Aku menjelaskannya. “Keinginan keluarga mereka sangatlah tinggi. Mereka tidak hanya ingin pasangan yang kaya, mereka juga ingin keluarga yang memiliki latar belakang cocok dengannya. Yang terpenting adalah mereka telah memilih calon menantu mereka. Ia merupakan orang yang berbakat, jadi mereka tidak bisa menyukaiku!”
Fetrin tidak tahan mendengus. “Hngg, berani-beraninya ada orang yang tidak menyukaiku. Kamu sekarang beritahu kepadaku seluruh kondisi keluarga wanita itu!”
Aku berkata dengan ragu, “Apa yang ingin kamu lakukan?”
Fetrin dengan serius berkata, “Ibu tidak ada, maka aku telah menjadi walimu. Tentunya aku pergi membantumu. Aku akan bantu kamu mengurus keluarganya!”
Aku tak berdaya berkata, “Sudahlah, tidak berguna. Ayahnya adalah pengusaha dan pemilik properti yang banyak. Ia sangatlah kaya dan latar belakang keluarganya juga baik. Ada beberapa hal yang tidak bisa dibanding dengan kita. Lebih baik kita tidak perlu memalukan diri kita!”
Bukan aku tidak ingin berusaha. Aku rela melakukan apapun untuk bersama dengan Marie. Hanya saja rintangan orang tuanya tidak akan bisa terlewati, sama sekali tidak ada harapan. Kalaupun pergi kesana, juga hanya bisa memalukan diri. Cukup aku saja yang dpermalukan, tapi tidak baik jika Fetrin ikut dipermalukan.
Tapi yang membuatku tidak kepikiran adalah Fetrin masih saja begitu percaya diri setelah mendengar ucapanku, “Hehe, aku tidak pernah mendengar siapapun orang dari kota itu yang memasukki peringkat orang terkaya. Kamu beritahulah kondisi keluarganya kepadaku. Aku jamin keluarganya akan memohonmu untuk menjadi menantu mereka!”
Novel Terkait
Wahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)