Wahai Hati - Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
Ruben sama sekali tidak ketakutan melihat kami. dia begitu percaya diri dan begitu sombong, seolah olah kehadiran kami tidak mendatangkan ancaman baginya. dia masih saja terlihat begitu tenang.
dapat dibilang kalau bawahan yang dibawa Fetrin kali ini sangatlah banyak. sebagian dari mereka merupakan penduduk gunung QingLong ditambah lagi beberapa yang baru saja datang dari sekolah. tidak ada seorang pun dari mereka yang tergolong cacat. mereka semua merupakan prajurit terlatih dan kemampuan mereka bukanlah kemampuan biasa. tim Michael Li sudah berada didepannya, namun aku masih belum mengerti kenapa Ruben masih begitu percaya diri.
namun tidak perduli betapa sombongnya Ruben, aku juga tidak akan menghiraukannya. selagi Fetrin disini, aku akan tetap percaya diri. oleh karena itu, aku pun maju selangkah dan bertatapan dengan Ruben sambil berkata :" Ruben, bukankah kamu meremehkan keluargaku? bukankah kamu menyuruhku memanggil keluargaku kesini? hari ini, aku akan membiarkanmu mengetahui bagaimana kemampuan keluargaku!"
disaat ini, aku penuh akan percaya diri. terdapat beberapa perbedaan diantara diriku dan juga Ruben. salah satu yang bisa aku rebutkan dengannya adalah keluarga spesial. aku bisa mengalah padanya dalam berbagai hal, namun aku tidak akan mengalah padanya tentang status keluargaku.
setelah mendengar perkataanku, Ruben menatap kami dengan cuek dan dia menoleh kebelakang lalu berkata kepada Marie :" Marie, kamu sudah lihat kan. ini adalah pria brengsek yang kamu kenal itu. dia tidak punya kemampuan apapun dan hanya bisa mengandalkan keluarganya. dia benar benar pengecut, kamu tidak seharusnya merasa sedih ketika pisah dengannya, melainkan merasa bahagia!"
setelah mendengar perkataan Ruben, ekspresi Marie terlihat murung. dia menatapku dengan penuh kekecewaan. dia tidak bisa melupakan seberapa besar cintanya padaku dulu, hanya karena keberanianku yang berbeda dengan yang lain. dia menganggap diriku sebagai orang yang luar biasa dan akan mencapai kesuksesan dimasa depan. namun setelah mendengar perkataan Ruben, hatinya seketika berdegup kencang dan mulai curiga apakah benar kalau selama hidupku, aku hanya akan bergantung kepada keluargaku?
aku menatap Marie dengan suasana hati yang tidak tnang. aku mengingat dulunya Marie begitu mengagumiku, dia begitu mempercayaiku. namun sekarang, dia malah mempercayai semua perkataan Ruben. gambaran diriku didalam hatinya semakin rendah. sekarang, Rubenlah yang menjadi orang yang menempati hatinya itu. aku hanyalah sebuah sampah yang bisa mengandalkan orang lain!
seketika, aku merasa sedih dan tidak semua perubahan bisa aku terima dengan segampang itu. namun bagaimanapun, aku sudah berpisah dengan Marie, aku tidak perlu menghiraukannya lagi. tujuanku hari ini adalah untuk membalas dendam dan menghajar orang jahat seperi Ruben ini.
setelah menenangkan suasana hati, aku pun berkata dengan cuek kepada Ruben :" Ruben, kamu tidak usah berakting lagi, sangatlah jijik. jikalau kamu merupakan seorang pria, ikutilah aku agar aku tidak perlu mempermalukanmu didepan orang yang kamu cintai ini!"
aku ingin menghajar Ruben dengan sadis, namun tidak didepan Marie. jika dilihat dari sikapnya, dia akan berusaha untuk menghalanginya. aku tidak ingin ribut dengan Marie. jadi, aku berharap Ruben bisa mengerti keadaan dan pergi denganku.
setelah mendengar perkataanku, Ruben malah menganggap ini sebuah lelucon. dia pun tertawa dengan hina. setelah itu, ekspresinya kembali cuek. dia menatapku dan berkata :" sudah aku katakan, kamu tidak akan bisa membawaku pergi dari sini!"
setelah mengatakan itu, tatapan Ruben menjadi begitu sadis. dia sangatlah sombong dan itu sama sekali berbeda dengan sifat aslinya. aku tidak mengerti apakah dia sengaja berpura pura atau sudah terbiasa berpura pura hebat seperti ini. Fetrin sama sekali tidak bisa menerima sikapnya itu. ketika Ruben mengatakan itu, Fetri pun melangkah maju dengan wajah yang cuek sambil menunjuk Ruben dan berkata :" anak muda, jangan terlalu sombong biar tidak malu sendiri!"
aura perkaraan Fetrin memanglah beda! meskipun gaya bicaraku terdengar sombong namun masih kekurangan rasa sadis. namun berbeda dengan Fetrin, dia memilki aura seorang ratu, setiap gerakannya terlihat begitu sadis dan perkataannya yang sederhana itu menjadi begitu menakjubkan ketika keluar dari mulutnya. suasana disana menjadi semakin panik.
Ruben yang tidak pernah menghargai orang lain itu pun mendaratkan pandangannya pada Fetrin. setelah beberapa saat, dia pun berkata :" kamu adalah Fetrin kan? aku tahu akan dirimu, salah satu asisten dikeluarga Su. belakangan ini kamu sedang membantu keluarga Su untuk mengurus segala hal didalam perusahaan. dii permukaan, keluarga Su hanya membuka perusahaan modal ventura, tetapi pada kenyataannya, keluarga Su masih menjadi pemegang saham dari 100 perusahaan teratas. aset kalian, sangat sedikit orang yang dapat bersaing dengan kalian di negara ini. apakah yang aku katakan benar?"
ketika mengatakan ini, Ruben terlihat seperti seorang dewa, semua hal seperti telah ia ketahui dan pikirannya sangatlah jernih seperti cermin. tidak heran kalau dia begitu percaya diri, ternyata dia sudah mempelajari seluk beluk tentang keluargaku. bahkan dia juga mengetahui hal yang tidak pernah aku ketahui. kelihatannya dia lebih hebat dari dugaanku.
namun Fetrin tidak dikejutkan oleh perkataannya. ekspresi wajah Fetrin tetaplah datar dan terihat sadis. dia menatap Ruben dan berkata :" kalau kamu sudah mengetahui semua hal ini, kenapa kamu masih berani mengganggu tuan kami?"
maksud Fetrin sangatlah jelas, keluarga Su merupakan keluarga yang tidak sanggup diganggu oleh Ruben. Ruben terlalu percaya diri hingga tidak tahu kemampuannya sendiri.
Ruben masih bersikap tenang ketika menghadapi pertanyaan Fetrin, dia sama sekali tidak panik dan malah semakin teguh. dia menatap Fetrin sambil berkata :" pertama, aku Ruben, tidak pernah takut pada siapapun. meskipun Chandra memiliki latar belakang keluarga yang kuat, aku juga tidak takut. kedua, bukanlah aku yang mengganggunya, melainkan dia yang duluan datang mengangguku. dia tidak tahu apa yang sedang dia lakukan!"
gaya bicara Ruben seperti menandakan kalau dialah yang benar dan akulah yang salah.
tentu saja Fetrin tidak akan mempercayai perkataan Ruben, dia tetap mendukungku. dia menatap Ruben dengan cuek dan berkata :" aku mengerti sikap tuanku, dia tidak akan duluan menganggu seseorang. jadi kamu tidak usah berpura pura didepanku!"
perasaan Fetrin sangatlah akurat, dia juga selalu bersikap tegas. jikalau lawannya merupakan manusia biasa, dia tidak akan beromong kosong dan langsung bertindak. namun lawannya kali ini adalah Ruben, Fetrin tidak seperti biasanya, dia tidak langsung bertindak melainkan masih menyempatkan diri untuk berbicara dengan Ruben. dapat dilihat juga kalau Ruben bukanlah orang biasa dan Fetrin tidak meremehkannya.
setelah Fetrin mengatakan itu, Marie pun menatap Fetrin sambil berkata :" aku bisa menjadi saksi, hal ini bukanlah salah Ruben, ini adalah salah Chandra yang menganggap ada sesuatu diantara aku dan Ruben. jadi dia sengaja menyerang Ruben. pada akhirnya, Ruben mengetahui kalau Chandra telah bersatu dengan wanita lain. Chandra sangat dendam akan hal itu dan sangat ingin membalas semua dendamnya. nona Fetrin, kalau kamu memang pintar, silahkan nasehati tuanmu itu agar tidak mengintimidasi orang lain sesukanya!"
mengintimidasi!
perkataan ini keluar dari mulut Marie, ini benar benar sangatlah hina. dia sudah berpacaran sekian lama denganku, seharusnya dia adalah orang yang palig mengerti diriku. namun sekarang, dia tidak hanya tidak mempercayaiku dan bahkan mencurigai sikapku. ini benar benar membuatku kecewa.
aku bisa menerima kalau Ruben menghinaku, aku bisa menerima hinaan dari seluruh orang disekolah, namun aku tidak bisa menerima Marie yang mencurigai sifatku.kali ini, dia benar benar melukai perasaanku. mataku menjadi merah dan aku menatap erat Marie. tatapanku dipenuhi oleh rasa sakit dan juga kekecewaan. dia masih begitu cantik dan meskipun tidak ada yang berbeda darinya, namun sekarang aku merasa dia begitu asing bagiku!
setelah Fetrin mendengar perkataan Marie, dia terdiam sebentar dan menoleh kearahku. dia ingin mengetahui hal sebenarnya dariku dan dapat dibilang kalau dia hanya mempercayaiku.
aku menenangkan suasana hatiku dan menatap Fetrin dengan teguh sambil berkata :" tante Fetrin, kamu sangat jelas siapa aku, kamu cukup mempercayaiku saja dan tidak perlu omong kosong lagi. cepat bawalah Ruben pergi!"
Marie benar benar sudah melukai hatiku dan aku tidak ingin tinggal disana lagi. aku ingin segera memusnahkan Ruben siinisiator jahat itu.
setelah Fetrin mendengar perkataanku, tatapannya kembali menjadi teguh dan dia menoleh kembali kearah Ruben dan berkata :" ikuti aku!"
ekspresi wajah Ruben juga berubah menjadi lebih serius ketika melihat Fetrin yang sudah mulai serius. Ruben pun berkata dengan tidak senang :" Chandra terlalu muda, dia tidak mengerti apapun, kamu sebagai orangtuanya juga tidak mengerti mana yang benar? apakah semua anggota keluarga Su begitu tidak bisa membedakan mana yang benar?"
mulut Ruben sangatlah menjijikkan, dia sudah melakukan begitu banyak hal negatif namun dia tetap bisa berpura pura menjadi orang baik didepan umum. aktingnya begitu hebat dan tidak heran kalau Marie bisa tertipu olehnya. namun Fetrin tidak akan terjebak olehnya. meskipun akting Ruben begitu nyata, namun Fetrin hanya mempercayaiku tanpa syarat apapun. dia kembali berkata kepada Ruben dengan nada yang tegas :" tidak usah omong kosong, tidak ada gunanya. kamu seharusnya lebih mengerti dariku tentang aturan permasyarakatan ini. cepatlah ikut aku!"
kali ini, nada suara Fetrin sudah sangatla cuek dan ini merupakan kesempatan terakhir yang diberinya untuk Ruben!
sayangnya Ruben tidak tahu berterimakasih, meskipun Fetrin terlihat sudah begitu tegas, namun dia masih saja tidak takut dan tetap bersikap sombong. ekspresi wajahnya juga terlihat penuh hina dan juga penuh misterius. dia mengerutkan keningnya dan bertanya kepada Fetrin :" kalau aku tidak ingin pergi?"
setelah mengatakan itu, tatapan Ruben terlihat sangatlah sadis dan ekspresinya terlihat seperti sedang demonstrasi!
Fetrin mengangguk dan ekspresinya sudah terlihat sangat cuek. dia tidak lagi omong kosong dan langsung berkata kepada pria berjas putih dibelakangnya :" Chris, bawa dia pergi!"
pria berjas putih itu langsung maju kearah Ruben. langkah kakinya begitu stabil dan gaya tubuhnya begitu luar biasa, dia seperti seekor binatang buas yang penuh amarah dan terlihat sangatlah berbahaya.
Ruben tetap saja tidak takut ketika menghadapi pria seram itu. dia menjilat bibirnya dan berkata dengan suara yang keras :" awalnya aku ingin menyelesaikan ini dengan logika, namun kalian memilih untuk melakukan perkelahian dengan banyak orang, maka aku juga tidak akan bersikap segan lagi!"
Novel Terkait
Gue Jadi Kaya
Faya SaitamaCinta Tapi Diam-Diam
RossieLove From Arrogant CEO
Melisa StephanieCinta Yang Terlarang
MinnieMeet By Chance
Lena TanWaiting For Love
SnowWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)