Wahai Hati - Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
Aku bukan seseorang yang bisa menerima saat dihantam oleh seseorang, tapi hari ini ditonjok aku merasa kelakuan Ten Zhou sangat aneh. Aku tidak membuat apapun terhadapnya, oleh karena itu ia tidak akan memperlakukanku seperti itu. Ia bisa semarah ini pasti ada alasannya, oleh karena itu aku ingin mencari tahu alasannya terlebih dahulu.
Ten Zhou mendengar kata-kataku, ia masih dengan amarahnya yang menggebu-gebu menjelaskan alasannya.
Ternyata ia menyalahiku karena aku menyakiti Marie, beberapa hari ini aku menghilang dan membuat Marie sangat khawatir, ia seperti kehilangan nyawa dan tidak pernah berhenti untuk mencariku. Setiap hari mengkhawatirkanku membuat dirinya sangat lesu, bahkan kemarin ia terjatuh sakit. Keluarga Marie mengetahui kondisinya, langsung dari sekolah membawa Marie pulang. Marie mengatakan ia ingin menungguku di sekolah, tapi berujung dibawa pulang oleh keluarganya secara paksa.
Dan saat aku sudah balik, aku tidak mengkhawatirkan Marie dan justru makan senang di sini. Tentunya Ten Zhou sangat marah, bahkan saat ia selesai berujar ia tidak lupa meneriakiku: “Chandra, kamu bukan pria sejati. Sudah sangat kasian bagi Marie karena ia menjalin hubungan denganmu, aku mengira kamu bisa menghargai hubungan dengannya ternyata kamu tidak. Orang sepertimu, tidak pantas untuk Marie!”
Setelah mendengar kata-kata Zhen Zhou, hatiku terasa berkerut dan rasanya sangat sakit.
Walaupun aku tahu Marie akan mengkhawatirkanku, tapi aku tidak tahu ternyata aku benar-benar menyakitinya. Aku sungguh merasa bersalah terhadapnya, memikir sampai sini aku pun menanya Ten Zhou: “Bagaimana keadaan Marie?”
Ten Zhou mendengus sebal lalu berkata: “Apa? Kamu sekarang baru mengingatnya?”
Aku tahu Ten Zhou tidak peduli dengan urusan siapapun dan ia hanya peduli Marie, logikanya ia akan merasa biasa saja jika dunia akan kiamat, tapi jika berhubungan dengan masalah Marie ia akan seperti ini. Ia tidak tahu alasannya mengapa selama ini aku menghilang, ia hanya tahu aku menyakiti Marie, oleh karena itu ia sangat marah terhadapku.
Aku juga tidak menjelaskan apapun dengan Ten Zhou, dan dengan nada khawatir aku bertanya: “Iya, saat ke sekolah aku sudah telepon dengannya tapi ia tidak aktif. Apakah kamu boleh memberitahuku bagaimana kondisi tubuhnya?”
Ten Zhou berkata dengan sinis: “Ia tengah merawati tubuhnya di rumah, tidak memiliki kebebasan. Apakah kamu merasa ia baik-baik saja?”
Mendengar sampai hatiku semakin sakit, pantas Marie tidak menungguku dan ponselnya tidak aktif, ternyata ia dikurung oleh keluarganya. Marie tinggal di perumahan besar sendirian, ia tidak tinggal dengan kedua orang tuanya. Sekarang ia dibawa oleh keluarganya, pasti ia berada di rumah keluarganya. Memikir sampai sini, aku pun langsung bertanya Ten Zhou: “Di mana rumahnya? Kasih tahu kepadaku, aku ingin menghampirinya!”
Ten Zhou tersenyum sinis saat mendengar kata-kataku, ia berkata: “Chandra, kamu terlalu polos. Apakah sekarang kamu masih merasa akan baik-baik saja dengan Marie? Sebaiknya kamu lupakan ia saja, keluarganya tidak akan setuju. JIka keluarga Marie setuju, kamu tidak akan bisa melewatiku. Aku tidak akan membiarkanmu dan Marie menjalin hubungan!”
Ia tidak setuju?
Mendengar kata-kata Ten Zhou, dalam lubuk hati aku merasa sedih. Aku tahu Ten Zhou peduli dengan Marie, oleh karena itu aku bisa menahannya saat ia memukul dan memarahiku. Tapi sekarang ia melarangku dan Marie, aku sudah tidak bisa menahannya. Aku bahkan tidak memikir dan langsung berkata: “Bebas menjalin suatu hubungan, hak dari mana kamu bisa mencampuri hubunganku dengan Marie? Apakah kamu mempunyai hak tersebut?”
Saat itu Gunawan dan lain-lain karena tidak tahan lalu ikut membalas, ia mengatakan Ten Zhou terlalu mengurus hubunganku dengan Marie.
Ten Zhou tidak peduli dengan omongan mereka, ia melipatkan kedua tangannya di depan dada, kedua netranya menatapku, dan berujar dengan tajam: “Aku biasanya tidak suka mencampuri masalah orang lain kecuali masalah Marie, aku juga akan memberitahu kepadamu aku memang menyukai Marie. Tapi aku tidak pernah memikir untuk mengejarnya karena aku merasa diriku tidak cocok dengannya, dan aku berharap ia bisa menemukan orang yang cocok dengannya. Saat aku tahu ia menyukaimu, aku sudah merasa tidak senang terhadapmu karena aku tidak melihat kelebihan di dirimu. Dan sekarang kamu justru menghilang dan menyakiti hati Marie, aku sudah benar-benar tidak menganggapmu!”
Aku mendadak mematung saat mendengar ucapan Ten Zhou, apakah ini adalah cinta sejati?
Sejujurnya aku sangat bodoh dalam tentang percintaan, aku tidak begitu mengerti bagaimana mencintai seseorang. Tapi cara Ten Zhou mencintai Marie membuatku merasa ia benar-benar mencintainya dan tidak butuh balasan darinya. Ia tidak posesif dan ia bukan tipe orang yang ingin memiliki seseorang sepenuhnya, ia hanya berharap Marie bisa bahagia dan berharap Marie bisa menemu seseorang yang cocok dengannya. Dalam hal ini ia tidak salah tapi mungkin ia salah paham denganku, aku bukan orang yang tidak bertanggung jawab, setidaknya aku bisa berubah menjadi pasangan yang lebih baik. Oleh karena itu, aku dengan tulusnya berkata: “Aku menghilang karena ada masalah penting, sebelumnya aku juga sudah memberitahu kepada Marie. Aku benar-benar tulus terhadapnya, sekarang aku sudah balik dan aku akan memperbaiki semua ini untuknya. Aku mencintainya dan tidak ada yang bisa menghalangi kami, termasuk kamu!”
Kedua netranya menatapku sinis saat mendengar kata-kataku, dan ia menatap kami semua dan berkata: “Hehe, kamu tidak mempunyai kemampuan sama sekali tapi kamu sangat berani dalam berkata-kata. Apakah kamu mengira mendapat dukungan dari Gunawan sehingga kamu berani melawanku? Aku ingin melawanmu pasti tidak akan memberimu kesempatan untuk melawanku balik!”
Ten Zhou sangat sombong, ia tidak berpura-pura dalam hal tersebut. Ia memang mempunyai hak untuk sombong, Kekuasaan ia di sekolah, ia akan sangat mudah saat melawanku.
Hanya saja ia dengan mudah meremehkan kami membuatku susah menerimanya. Gunawan dan lain-lain sudah sangat marah, sedangkan aku tetap berusaha untuk tenang. Aku tahu menggunakan fisik tidak akan bisa menyelesaikan masalah dan aku juga tidak ingin berurusan dengan Ten Zhou. Pertama, kekuasaan Ten Zhou jauh lebih dibandingku, sama saja aku mencari masalah untuk diriku sendiri. Dan yang paling penting adalah, hubungan Ten Zhou dan Marie sangat baik karena Marie menganggap Ten Zhou sebagai kakaknya. Jika aku berdebat dengan Marie, ia pasti tidak akan senang dan aku tidak perlu membuat hubungan mereka menjadi kacau. Jadi aku menyembunyikan perasaan kesalku dan berujar dengan tenang terhadap Ten Zhou: “Mau bagaimana pun kamu tidak akan membiarkanku dan Marie menjalin hubungan, bukan?”
Ten Zhou mulai mengamatiku dari atas hingga bawah saat selesai mendengar kata-kataku lalu ia berkata: “Kamu cerdas, Chandra. Hari ini kamu bekerja dengan baik, mengerti toleransi, mementingkan keadaan hari ini, dan tidak menggangguku. Kalau tidak, hari ini kamu akan mati!”
Ten Zhou langsung bersiul setelah selesai berujar.
Setelah itu bermunculan banyak pria kekar yang langsung berdiri di belakang Ten Zhou, mereka terdiri dari tiga hingga empat-puluhan orang, semua tubuh mereka sungguh kekar, dan terlihat sungguh berkuasa. Mereka berdiri di belakang Ten Zhou, membuat Ten Zhou terlihat sangat kuat dan berkuasa.
Saat ini Ten Zhou saat ini terlihat sungguh berbeda, ia terlihat menakutkan.
Mimik wajah Gunawan dan lain-lain berubah, emosi mereka masih menggebu-gebu tapi tentunya mereka tidak berani melawan, dalam lubuk hati aku merasa terkejut. Kali ini Ten Zhou benar-benar menyiapkan dirinya, hampir aku tidak gegabah dalam bertindak, kalau tidak masalahku dan Ten Zhou akan semakin rumit. Ten Zhou terlihat santai namun ia memiliki pikiran dan otak yang cerdas, dan jika aku terus berurusan dengannya aku akan sangat kesulitan. Hubunganku dan Marie mendapati kesulitan.
Memikir sampai sini aku mengkerutkan dahiku, dan Ten Zhou berkata lagi: "Chandra, melihat kamu tidak bodoh dalam bertindak, aku akan memberimu satu kesempatan. Jika kamu masih ingin menjalin hubungan dengan Marie, buktikan kepadaku bahwa kamu bisa melindunginya, meskipun hatimu kejam dan pernah melakukan hal yang orang lain tidak berani melakukannya. Tapi kekuatanmu masih lemah, kalau begitu lawan denganku dan jika kamu menang, aku akan menyetujui hubunganmu dan Marie. Tapi jika aku kalah, aku akan menjauhinya. Bagaimana?"
Mendengar kata-kata Ten Zhou, Gunawan dan lain-lain reflek mengatakan ini tidak adil bagi kami, ia membuat permintaan seperti itu karena dirinya sangat jago, mereka mengatakan Ten Zhou menghina kami, dan mereka mengatakan Ten Zhou ingin menghinaku dengan cara melawan secara perorang. Mereka menegurku untuk tidak menyetejuinya, jangan dibodohi oleh Ten Zhou.
Saat orang-orang menentangku untuk tidak menyetujui permintaan Ten Zhou, aku melangkah satu langkah dan kedua netraku menatapnya dingin lalu berkata: "Aku menyetujui permintaanmu!"
Novel Terkait
Villain's Giving Up
Axe AshciellyMr. Ceo's Woman
Rebecca WangMeet By Chance
Lena TanIstri kontrakku
RasudinThe Sixth Sense
AlexanderLoving Handsome
Glen ValoraMy Goddes
Riski saputroUangku Ya Milikku
Raditya DikaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)