Wahai Hati - Bab 38 Kecelakaan Gunawan
Marie baru saja pergi mengambil makanan, lalu teleponnya berdering, menandakan adanya pesan singkat yang baru. Saat ia melihat isi pesan singkatnya, tubuhnya seketika menjadi kaku, bahkan hatinya behenti berdetak.
Detik selanjutnya, ia seperti menggila, meletakkan makanan dan lari kembali ke ruang inap. Tapi saat ia tiba, ruangan telah kosong, aku pun juga tidak ada di kamar lagi.
Marie sangatlah terkejut. Ia terus menghubungiku, tapi disana menunjukkan telepon telah dinonaktifkan. Ia sangat panik, takut aku akan melakukan hal-hal yang berbahaya. Ia sangat kacau, terus mencari diriku dimanapun. Tidak menemukan diriku di rumah sakit, ia pergi lagi ke sekolah. Tapi bagaimanapun ia mencari, sayangnya sama sekali tidak ada jejakku.
Arwah Marie seperti dibawa pergi dan terjatuh dalam kesepian. Ia tidak dapat membayangkan apa yang akan kulakukan. Ia takut aku sendiri dan melakukan sesuatu dengan gegabah. Ia juga menyesal, menyesal dirinya sok pintar, ingin memperlambat waktu, lalu dirinya akan pelan-pelan menyelesaikan masalah Mike. Ia menyesal dirinya terlalu bodoh, tidak menyadari pikiranku, tidak sungguh percaya kepadaku. Kalau ia mendukungku sepenuhnya, mungkin masalah tidak berakhir seperti ini.
Marie sangat pusing, sangat kesal, sangat khawatir. Ia sungguh takut aku terjadi sesuatu. Ia ingin sekali menemaniku disamping, bersama menghadapi kesulitan bersama. Hubungan asmaraku dan dengannya sudah mau berpisah, sebelum benar-benar dimulaikan. Ia belum menikmati masa-masa berkencan denganku, tetapi harus menerima rasa sakit yang berpisah. Ia sedih dan kesakitan karena cinta.
Di sisi lain, Mike juga sedang mencarik, tentunya demi membalas dendam. Sejak Ten menyelamatiku, ia terus menyimpan rasa kesal ini dalam hati. Ia terus mencari kesempatan untuk membalas dendam, tapi aku tidak pernah muncul sejak saat itu. Ini membuat Mike semakin tidak sabar, sehingga rasa dendamnya semakin dalam. Mike merupakan orang yang akan membalas dendam sebisanya. Aku tidak hanya menghalanginya untuk bersama dengan Olive, tetapi juga menginginkan nyawanya. Ia tentunya tidak akan melepaskan begitu mudah. Ia telah memutuskan harus merusak diriku. Siapapun tidak bisa menantangnya!
Sedangkan orang-orang yang di sekolah juga mulai membahasku. Sejak hari itu aku menganggu acara besarnya Mike dan Marie menyatakan perasaan kepadaku, bisa dikatakan namaku jadi terkenal di lingkungan sekolah, diketahui oleh warga lingkungan. Hanya saja sejak diriku menggandeng Marie pergi meninggalkan sekolah, aku tidak pernah muncul lagi di sekolah. Oleh karena itu, orang-orang mulai menebak bahwa diriku bersembunyi karena takut Mike membalas dendam kepadaku. Ada orang yang juga menebak bahwa aku mungkin tidak berani lagi ke sekolah, karena Mike telah membalas dendam kepadaku.
Begitu banyak tebakan, lagipula tidak ada satupun orang yang tahu dimana keberadaanku!
Malam hari kedua kabur dari rumah sakit, Gunawan dan Refaldi sedang makan malam di restoran besar luar sekolah.
Gunawan tidak pernah lagi ke sekolah setelah ikut berakting dengan Mike. Beberapa hari ini, ia hidup santai dan bebas di luar sana. Demi memberi penghargaan untuk kerja sama, Mike memberikan sejumlah uang untuk Gunawan. Gunawan menghabiskan sejumlah uang dengan santai diluar sana, kehidupannya terasa sangat nyaman. Ia merasa kehidupan yang seperti ini lebih baik dari di sekolah.
Hari ini Refaldi dan Gunawan berkumpul bersama, karena Refaldi mendapatkan informasi yang menakjubkan. Ia sengaja untuk melaporkan kepada Gunawan.
Setelah sebotol minuman keras masuk ke dalam perutnya, Gunawa baru membuka mulut berkata, “Oh iya, Refaldi, kamu bilang ada sesuatu yang penting ingin dilaporkan kepadaku. Apakah itu?”
Refaldi minum seteguk, lalu mendekati kearah Gunawan dan bergumam, “Kak Gunawan, kamu diluar beberapa hari ini, mungkin ada sesuatu yang belum kamu ketahui. Apakah kamu masih ingat lelaki berpakaian hitam yang menyerang kita? Ternyata orang itu adalah Chandra!”
Sumpit Gunawan jatuh ke meja setelah mendengar berita ini, tubuhnya pun menjadi kaku. Ia sungguh terkejut. Jawaban ini sungguh membuat dirinya tak percaya!
Meskipun Gunawan merupakan orang yang lincah dan otaknya berpikir mudah, tetapi ia sebenarnya sama sekali tidak takut. Ia adalah murid yang bertalenta dalam bidang olahraga. Ia selalu memiliki sekelompok teman yang suka mencari masalah. Bertengkar merupakan hal biasa baginya. Ia sudah mulai bertengkar sejak kecil hingga kuliah. Beberapa tahun ini, ia tidak pernah takut dengan siapapun, maupun Mike, Gunawan juga tidak pernah takut.
Gunawan janji bekerja sama dengan Mike, juga karena Mike mengancamnya dengan keluarganya. Keuntungan menjadi hal yang terpenting. Keuntung bisa menggoda hati manusia, membuat orang kehilangan kesadaran. Gunawan tidak kuat dengan godaan dan juga tidak ingin mencari masalah dengan Mike. Tapi semua ini tidak berarti ia takut dengan Mike.
Hanya satu orang yang sungguh membuat Gunawan takut, yaitu lelaki berpakaian hitam yang menusuknya hingga tinggal di rumah sakit. Gunawan sungguh takut kepada orang itu. Ia tidak pernah melihat orang yang begitu hebat. Tatapan mata yang begitu dingin, bagai binatang buas dan aura kekejamannya, Gunawan tidak akan pernah melupakannya. Ia merasa itu adalah setan yang membunuh tanpa mengedip sekalipun, jadi meskipun Gunawan sangat garang, tetapi ia juga bisa takut. Ia tidak berani melawan dengan lelaki berpakaian hitam itu. Ini juga merupakan alasan mengapa Gunawan bisa memberitahu semua rencana licik Mike. Ia memilih dibenci oleh Mike, tetapi juga tidak ingin dibenci lelaki misterius yang bersembunyi setiap saat.
Mengingat lelaki berpakaian hitam yang garang itu, Gunawan masih saja merasa ketakutan. Tetapi Refaldi tiba-tiba memberitahunya bahwa lelaki berpakaian hitam itu adalah Chandra yang tidak pernah dianggap olehnya. Bagaimana mungkin Gunawan bisa percaya. Bagi Gunawan, aku adalah pecundang yang sama sekali tak berguna, bahkan ia tidak ingin menghinaku. Kalau bukan bekerja sama dengan Mike, mungkin ia saja sudah melupakanku. Sedangkan sekarang Tuhan ingin menggabungkan lelaki berpakaian hitam yang ia takuti dan pecundang yang tidak dianggapnya, bukankah sedang bercanda dengannya?
Gunawan tidak akan pernah percaya. Tak lama kemudian, ia berkata, “Tidak mungkin. Ini tidak mungkin. Kamu pasti salah dengar!”
Refaldi segera meletakkan sumpitnya dan berkata, “Benar, Kak Gunawan. Awalnya aku juga tidak percaya, tapi Ivan sungguh mengucapkan ini dengan mulutnya. Baru siang hari ini aku makan bersama dengannya, ia minum terlalu banyak dan membocorkan masalah ini!”
Gunawan langsung bertanya, “Sebenarnya apa yang terjadi, jelaskan semuanya kepadaku!”
Refaldi mulai bercerita. “Bukankah Mike menyatakan perasaannya kepada Olive beberapa hari yang lalu? Tetapi si Chandra itu tiba-tiba muncul dan bilang kepada Olive bahwa Mike dan kamu bekerja sama untuk menipu Olive, agar Olive jangan menerima perasaan Mike. Chandra saat itu memberitahu bahwa ia lah lelaki berpakaian hitam yang menolongnya, bukan Mike. Tapi tidak ada satupun orang yang percaya kepadanya. Lalu Chandra keluar dari sekolah, Mike membawa orang menghalangi jalan Chandra dan juga telah membuktikan bahwa Chandra adalah lelaki berpakaian hitam itu. Mike terluka berat karena lelaki berpakaian hitam itu, jadi setelah ia tahu orang itu adalah Chandra, ia dengan kesal ingin membunuh Chandra. Tapi Ten tiba-tiba ikut campur masalah dan menyelamati Chandra. Setelah itu, Chandra benar-benar hilang, tidak pernah lagi datang ke sekolah. Tidak ada satupun yang tahu dimana keberadaannya!”
Gunawan mendengar kata-kata Refaldi dengan serius. Ia berpikir lama kemudian dan berkata, “Aku masih saja tidak bisa percaya!”
Refaldi berkata, “Bagaimanapun kita juga hanya bisa percaya. Aku juga tak sangka Chandra ada keberanian seperti itu. Aku sungguh meremehkannya. Kak Gunawan, kalau sungguh Chandra yang melakukan ini, bukankah kita harus membalas dendam kepadanya?”
Refaldi merupakan anak buah kesayangan Gunawan, tapi untuk kerja sama rahasia antar ia dan Mike, Gunawan sama sekali tidak memberitahu Refaldi. Awalnya ia juga tidak berencana untuk memberitahu siapapun, tapi setelah menjalankan rencana licik itu, Gunawan harus meninggalkan sekolah untuk sementara. Demi melatih pengganti di sekolah, Gunawan hanya bisa memberitahu semua hal kepada Refaldi, agar Refaldi bisa membantu dirinya mengawasi hal-hal yang terjadi di sekolah dan segera melaporkan kepadanya. Hari ini Refaldi melaporkan masalah ini, tapi Gunawan masih tidak dapat menerimanya.
Tapi seperti yang dikatakan Refaldi, bagaimanapun juga hanya bisa percaya. Gunawan sama sekali tidak ingin percaya, tapi ia juga tahu jelas mungkin ini telah menjadi kenyataan. Setelah berpikir lama lagi, akhirnya Gunawan membuka mulut berkata kepada Refaldi. “Jangan terburu-buru untuk membalas dendam. Jangan mudah beraksi sebelum kita memahami masalah yang terjadi.”
Gunawan tidak pernah merasa dirinya baik. Ia akan membalas budi kepada orang yang baik kepadanya dan sebaliknya membalas dendam kepada orang yang jahat kepadanya. Luka yang dibawakan lelaki berpakaian hitam untuknya, ia tidak akan pernah melupakannya. Tentu ia ingin membalas dendam, tapi ia juga tidak gegabah. Ia selalu merasa bahwa masalah ini tidak begitu mudah. Ia butuh waktu untuk memahaminya. Lagipula kalau aku adalah lelaki berpakaian hitam itu, Gunawan tidak perlu membalas dendam dengan sendirinya. Adanya Mike yang membalas dendam kepadaku, Gunawan hanya perlu bersembunyi untuk melihat kondisi.
Jadi Gunawan tidak buru-buru membalas dendam dan membiarkan Refaldi mencari kebenaran masalah ini, melihat apa yang terjadi sebenarnya.
Gunawan dan Refaldi makan cukup lama dan berbincang banyak, hingga pukul sepuluh malam. Gunawan juga telah mengatakan apa yang seharusnya dan memberitahu semua hal. Mereka berdua pergi setelah membayar.
Refaldi kembali ke sekolah, sedangkan Gunawan kembali ke hotel yang ia tinggal dengan santai. Meskipun Gunawan adalah orang lokal, tetapi sekolah belum libur, ia juga tidak enak tiba-tiba pulang ke rumah, jadi ia terus menginap di hotel dan bersantai di luar sana. Malam ini masih ada seorang wanita yang menunggu rayuan Gunawan. Mengingat wanita cantik, Gunawan mempercepat langkahnya.
Tiba di hotel, Gunawan makin tidak sabar untuk segera masuk ke kamar. Ia membawa hati yang penuh gairah, tiba di depan pintu kamar. Saat ini, Gunawan telah melupakan semua masalah yang menganggunya. Di otaknya hanya terlintas gambaran yang mesum. Ia menekan tombol bel sambil berkata dengan mesum. “Aku sudah datang, Sayang. Cepatlah buka pintu!”
Pintu terbuka, Gunawan seperti burung membuka sayapnya dan mendekati wanita itu.
Gunawan baru saja melebarkan kedua tangannya dan mulai melangkah, seketika tubuhnya menjadi kaku. Hatinya yang penuh kegairahan seketika dihanguskan dengan air dingin, karena bukanlah wanita yang membuka pintu untuknya, melainkan lelaki berpakaian hitam dari atas hingga bawah...
Novel Terkait
Ternyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelKing Of Red Sea
Hideo TakashiBlooming at that time
White RoseThe True Identity of My Hubby
Sweety GirlEternal Love
Regina WangSi Menantu Buta
DeddyWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)