Wahai Hati - Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
Kejadian yang secara tiba-tiba membuat suasana dalam ruangan menjadi hening, semua orang terdiam, dan pandangan mereka melihat ke arah pintu.
Di depan pintu ada seseorang yang tengah berdiri, postur tubuhnya tegak dan ia baju yang bebas. Ia memakai setelan baju putih, celana jeans yang bolong, dan sepasang sendal. Orang ini adalah Ten Zhou.
Ten Zhou tidak berubah sama sekali saat pertama kali ia muncul, pakaiannya tetap simple dan bebas, dan selalu sendiri. Tapi yang membuatnya beda adalah saat waktu itu ia menolongku, matanya masih mengantuk, terlihat malas dan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Tapi kini ia sangat serius dan kedua netranya sangat tajam, saat ia menendang pintu pandangannya langsung menatapku, dan masih meneriakiku: “Chandra, keluar!”
Ucapannya terdengar sombong dan tajam!
Teman-teman merasa bingung saat melihat ia seperti itu, tidak paham apa yang terjadi. Semua orang tahu tentang Ten Zhou karena ia bepengaruh besar terhadap sekolah dan ia adalah orang yang sangat jago, biasanya tidak ada yang ingin mengganggu orang sepertinya, bahkan teman-temanku juga tidak berurusan dengannya. Tapi saat datang Ten Zhou langsung menendang pintu dan dengan sombong meneriakiku, tentunya membuat teman-temanku merasa tidak enak apalagi Gunawan. Mimik wajahnya berubah menjadi tidak senang dan ia membisikku: “Kak Chandra jangan peduli dengannya, kita akan selalu mendukungmu!”
Gunawan adalah orang yang sangat peka terhadap sekitar, ia tahu aku tengah menjalin hubungan dengan Marie dan ia juga tahu Ten Zhou mempunyai perasaan terhadap Marie. Itu membuktikan hubunganku dan Ten Zhou tidak baik-baik saja tapi ia tidak peduli, ia tetap mendukungku dan ingin berjuang bersama denganku.
Saat ini aku semakin tahu bahwa Gunawan memang setia, orang ini sangat tanggung jawab. Tapi kini, aku tidak ingin berurusan dengan Ten Zhou, aku bahkan belum selesai mengurus masalahku dengan Mike, mengapa aku menambah satu musuh lagi? Sesuai yang kulihat Ten Zhou adalah orang yang sangat baik, tidak mudah marah, tapi hari ini ia mempermalukanku pasti ia punya alasan, jadi aku tidak marah dan menaro sumpit, setelah itu dengan nada serius aku menanyakannya: “Mengapa kamu mencariku?”
Ten Zhou berujar dengan tegas: “Kamu akan tahu setelah keluar, aku memberi dua menit untukmu, aku tunggumu di luar!”
Setelah ia selesai berujar ia langsung menghilang di depan pintu, tapi kesombongannya tetap tidak menghilang di dalam ruangan ini. Terlihat jelas Ten Zhou marah dan tidak peduli denganku, teman-temanku yang berada di ruangan tidak tahan dan langsung berkata: “Sialan, Ten Zhou benar-benar sombong. Ia hanya satu orang, tapi berani sekali terhadap kita!”
“Benar, ia sangat mempermalukan kami. Padahal ia tahu kami mengikuti Kak Chandra dan ia tetap bersikap sombong, ia benar-benar tidak memandang kami!”
“Ck, ia hanya merasa jago saat berantem, apa yang harus dibanggakan? Kalau memang tidak bisa, ayo berantem!”
Teman-temanku marah dan semuanya ingin membantuku, mereka sungguh tidak tahan. Sebenarnya aku bisa mengerti perasaan mereka, karena mereka secara tiba-tiba mengikutiku dan membuat semua orang percaya denganku, mau bagaimana pun kami adalah tim kecil. Tapi saat kami tengah merayakan dengan meriah, Ten Zhou datang dan mengganggu, ia tidak peduli dengan siapapun dan ia sendirian. Ia benar-benar tidak menganggap kami, perasaan ini sungguh membuat kesal.
Tentunya aku tahu Ten Zhou tidak peduli dengan siapapun, ia bahkan tidak menganggap Mike apalagi aku yang hanya sebagai bos kecil. Aku tidak menyalahinya tapi juga tidak ingin berurusan dengannya. Memikir cukup lama akhirnya aku bangkit dari tempat dudukku dan berkata: “Kalian jangan berisik, aku akan keluar dan berbicara dengannya!”
Gunawan mendengar kata-kataku ia langsung bangkit dari tempat duduknya juga dan ia berkata: “Kalau kamu ingin pergi, biarlah aku menemanimu!”
Teman-temanku yang lain juga berdiri dan berkata ingin menemaniku. Aku langsung menahan mereka dan berkata: “Tidak perlu, biar aku saja yang keluar karena akan terlihat lebih tulus!”
Gunawan langsung membalas: “Tidak boleh, ini sangat bahaya. Kedatangan Ten Zhou terlihat buruk, kalau ia melakukan sesuatu terhadapmu harus bagaimana? Kamu adalah bos kami dan hari ini adalah hari pertama kamu menjadi bos. Jika kamu dipukul akan sangat mempermalukan kami!”
Aku tersenyum kecut dan berkata: “Tidak apa-apa, aku dan ia tidak memiliki dendam yang sangat dalam. Kalian tidak perlu khawatir, aku akan segera kembali!”
Mendengar kata-kataku tetap saja membuat Gunawan dan lain-lain merasa khawatir, meskipun aku sudah mengatakan apapun mereka tetap tidak ingin membuatku malu, melihat dua menit segera habis dan mereka tetap berisik, aku pun langsung berujar dengan tegas: “Kalian tetap lanjut makan, aku akan keluar sendiri dan ini adalah perintah!”
Ini adalah pertama kali aku menggunakan kekuasaan bos sehingga membuat mereka tidak berani membantah, mau tidak mau harus menerima.
Aku tidak merasa lagu dan langsung keluar dari ruangan.
Aku tiba di luar restoran, melihat Ten Zhou yang berada di pinggir jalan dan tengah bersender di pohon besar.
Kini matahari sudah mulai terbenam, langit mulai gelap, dan lampu jalan mulai menyala satu persatu. Cahaya redup menerpa wajah dingin Ten Zhou membuat wajahnya terlihat lebih menyeramkan, tatapannya terlihat dingin dan juga marah. Melihat kedatanganku ia langsung berujar dengan sinis: “Aku mengira kamu tidak berani untuk keluar!”
Aku menghampirinya dengan santai dan berkata: “Apa yang ingin kamu bicarakan?”
Ten Zhou memandangku dan berkata lagi: “Apakah kamu sangat senang?”
Mimik wajah Ten Zhou terlihat tidak berubah saat membicarakan hal ini, tatapannya tetap dingin dan aku tidak mengerti ucapan yang ia maksud, dan aku hanya berkata: “Biasa saja!”
Saat selesai melontarkan apa yang telah kuucapkan, Ten Zhou langsung menendang perutku dan gerakannya sangat cepat dan lincah. Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi dan langsung ditendang olehnya, dan berakhir aku terjatuh ke lantai.
Ten Zhou menghampiriku dan memandangku, ia dengan emosi yang menggebu-gebu meneriakiku: “Chandra, ternyata kamu adalah berengsek!”
Bahkan sampai aku masih merasa bingung, perutku ditendang dan rasanya asam lambungku menaik, hampir saja memuntah makanan yang telah kumakan. Aku pun langsung berujar terhadap Ten Zhou dengan nada tidak terima: “Ten Zhou, aku tidak ingin berurusan denganmu karena sebelumnya kamu pernah menolongiku. Tapi aku berharap kamu bisa berhenti, jangan menggunakan hal fisik dalam menyelesaikan masalah!”
Sejujurnya, aku mempunyai pandangan baik terhadap Ten Zhou dan merasa sangat berterima kasih terhadapnya, tapi hari ini ia tanpa alasan meneriak dan memukulku, di dalam lubuk hati aku merasa kesal. Dan hal yang membuatku semakin tidak paham adalah saat Ten Zhou mendengar kata-kataku ia langsung menonjokku, ia sangat ahli dalam berantem, kejam dan memiliki gerakan yang cepat. Ia menonjokku secara tiba-tiba, aku bahkan tidak mempunyai kesempatan untuk membalasnya, dan langsung dihantam olehnya sehingga membuat tubuhku terasa remuk.
Adegan ini membuat semua orang yang berada di restoran luar menatap kami, bahkan teman-temanku yang berada di dalam juga ikut keluar, dan tangan Gunawan mengambil sebuah botol minuman keras. Ia membawa aura kejam, ia langsung mengambil botol lalu menghampiri Ten Zhou dan berkata: “Lepaskan Kak Chandra!”
”Ten Zhou langsung berhenti memukuliku saat melihat Gunawan, ia pun langsung berujar dengan nada dingin terhadap Gunawan dan lain-lain: “Kenapa? Kalian semua ingin melawanku?”
Gunawan langsung menghampiriku dan membantuku untuk berdiri, setelah itu ia meneriaki Ten Zhou: “Ayo lawan, aku tidak takut denganmu!”
Setelah selesai berujar, ia pun langsung menghampiri Ten Zhou. Melihat amarah Gunawan yang tengah menggebu-gebu, orang seperti Ten Zhou ia bahkan berani melawannya. Tapi aku mencegatnya sebelum ia beraksii, setelah itu aku menatap Ten Zhou dan berujar dengan nada dingin: “Ten Zhou, apakah kamu boleh memberitahuku mengapa kamu sangat marah?”
Novel Terkait
Love And Pain, Me And Her
Judika DenadaStep by Step
LeksCinta Adalah Tidak Menyerah
ClarissaAfter The End
Selena BeeMy Charming Wife
Diana AndrikaMy Cold Wedding
MevitaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)