Wahai Hati - Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
Beberapa hal ada takdirnya sendiri, aku dan Olive pada akhirnya tidak bisa menghindari takdir ini. Pertemuan sepertinya adalah keharusan !
Pada suatu siang di pertengahan bulan Oktober, tidak ada awan di langit, matahari seperti biasanya menyinari panas yang membara.
Setelah selesai kelas di siang hari, aku dan Andi sama seperti biasanya mengantri di kantin mengambil makanan. Sekolah kita sangat besar, ada beberapa kantin, cukup banyak untuk mneyediakan murid di sekolah ini, akan tetapi kalau sudah bertemu dengan titik puncak kelas berakhir masih harus mengantri, karena orang terlalu banyak.
Berbaris kurang lebih sepuluh menit, aku akhirnya mendapatkan makanan, dan kemudian disaat aku berbalik badan, ada sekelompok orang yang berlarian kearahku, tanpa sengaja menabrak nampan piringku. Sangat tidak beruntung, nampan piringku jatuh ke lantai, lemak dari sayur menodai kaki dari orang yang menabrakku, dan langsung, orang itu marah besar dan mengeluarkan umpatan : " kamu buta ya !"
Suaranya yang serak sangat keras, saat buka suara langsung menggelegar seluruh kantin, dalam sesaat banyak pandangan langsung mengarah padaku, aku yang awalnya baik - baik menjadi pusat perhatian orang banyak, bahkan tidak bisa merendah lagi.
Aku tidak suka perasaan dipandangi oleh banyak orang, terutama disaat yang darurat menghindari Olive, aku lebih takut menjadi pusat perhatian, oleh karena itu, meskipun aku tahu orang yang menabarakku yang memotong baris dan membuat keributan, aku juga tidak banyak debat, hanya dengan diam membungkuk dan bersiap mengambil nampan piringku dan menyelesaikan masalah.
Akan tetapi, orang yang menabarkku malah tidak tuntas, dia tidak menungguku mengambil nampan dan langsung meraih kerah bajuku dan menjereit dengan ganas : "Sialan, apa kamu meremehkanku, sudah membuat sup menodai kakiku, satu perkataan maaf pun tidak ada ?"
Pandanganku dipaksa untuk melihat kearahnya, dan disaat ini aku baru melihat dengan jelas, ini adalah seorang pria dengan tubuh yang penuh dengan otot, dia memakai baju basket warna maron, otot tangan yang kuat terlihat, dan disebelahnya ada empat orang pria bersamanya, semua juga memakai baju basket, wajah setiap orang tersisa keringat yang menyinari mata, dapat dilihat mereka baru selesai main basket. Orang ini beneran sangat sombong, satu per satu melihatku dengan tidak suka, seperti aku yang berbuat salah.
Aku awalnya tidak ingin memancing sekelompok orang yang kasar ini, tapi mereka tidak menyerah, terlalu kelewatan, kemarahan dalam hatiku juga tanpa sadar naik, aku mengeratkan kepalanku, berpikir untuk melepaskan pria berotot yang meraihku. Tapi disaat ini Andi tiba - tiba berbisik di telingaku "Chandra, cepat minta maaf, jangan meremehkan orang ini !"
Suara Andi ada sedikit gugup, aku dapat mendengarnya, pria berotot ini mungkin ada latar belakangnya, tidak heran begitu sombong, sudah memotong baris masih ada alasannya sendiri, kelihatannya, di sekolah yang bagus juga ada campuran orang yang baik dan jahat, tidak semua murid itu baik, tidak sedikit orang seperti pria berotot yang kasar ini.
Mengatakan yang sebenarnya, aku sama sekali tidak takut dengan orang - orang ini, kalau ini di SMA, aku pasti akan memukulnya, bagaimanapun berantam dapat diselesaikan dengan uang, tapi ini adalah universitas yang bagus, aturan sekolah sangat ketat dan pengaturan kedisiplinan juga sangat ketat, kalau beneran membuat masalah maka akan dicatat dan nilai akan dikurang, aku tidak ingin meninggalkan noda di masa kuliahku. Dan juga, di kota yang asing ini, aku yang sendiri tidak ada keluarga, kalau beneran membuat masalah, tidak ada orang yang membersihkan masalah dan juga tidak ada orang yang membantu, takutnya aku akan mati dengan menyedihkan. Yang penting adalah, aku sekarang hanya ingin dengan cepat menghilang dari sekelompok orang, menyelesaikan masalah secepat mungkin, dan menjaga untuk menarik perhatian yang lebih.
Berpikir pada hal ini, aku langsung menahan amarahku dan dengan tidak rela berkata pada pria berotot ini : "Maaf !"
Pria berotot yang melihatku bergerak dengan lambat, tidak senang dan berteriak padaku lagi : "Kamu bilang apa ? aku tidak mendengarnya !"
Lagi dan lagi, kemarahan yang kusimpan dibuat naik lagi oleh pria berotot ini, dia sekarang sama sekali bukan menginginkan minta maafku, dia ingin menunjukkan martabatnya di depan orang banyak, menggunakanku untuk menunjukkan martabatnya. Mengatakan yang sebenarnya, aku benar - benar ingin memukulnya dan menghancurkan giginya, tapi mata yang berkumpul di kantin makin lama makin banyak, aku benar - benar tidak boleh karena pukulan ini membuat diri sendiri menjadi orang yang terkenal, bagaimanapun aku harus menahannya.
Menahan nafas, menggertakkan gigi, aku membuka suara lagi, menambah intonasi dan berkata : "Ma..."
Perkataanku belum selesai dikatakan, tiba - tiba, terdengar sebuah suara : "Lepaskan dia !"
Dua kata ini seperti penuh dengan sihir dan juga sangat memaksa, dalam sesaat membuat pria berotot ini takut, dia langsung melepaskanku, berbalik badan melihat ke belakang. Pandanganku juga tanpa sadar mengarah ke sumber suara, hanya melihat seseorang dengan tubuh yang tinggi dan bersih, dengan pelan berjalan dari keramaian.
Melihatnya, suhu tubuhku dengan cepat jatuh ke titik nol, darah yang langsung naik ke otak dan mengeras.
Benar - benar apa yang ditakuti maka itulah yang akan datang, aku terus bersabar dengan pria berotot ini karena takut membongkar diri sendiri, takut untuk menarik perhatian Olive, tapi malahan fakta yang sangat mengejutkan, orang yang membantuku malah orang yang sangat tidak ingin kutemui, Olive.
Aku tidak berani untuk melihatnya lagi, dengan cepat menundukkan kepala, kalau ada retakan di tanah, aku pasti akan menggali masuk ke dalam.
Disaat aku cemas dan takut, Olive berjalan kemari, akan tetapi setelah berjalan kemari, dia langsung menganggapku sebagai angin dan mengabaikanku, kedua matanya menatap pria berotot, dengan muka tanpa ekspresi berkata : "Ada orang yang memberi laporan kamu memotong baris, kamu pergi berbaris di belakang !"
Suara Olive sangat dingin seperti memberi perintah, mungkin saja ini adalah sikapnya yang sebenarnya dari dalam tulang, meskipun sekarang tampangnya berubah menjadi wanita yang polos dan baik, dan tempramennya yang juga terlihat elegan dan introvert, tapi sikapnya yang keras dan kesombongan yang dingin sama sekali tidak berubah.
Dalam hatiku adan sedikit goyah, tapi dalam kepalaku tetap dengan hati - hati merendah, tidak berani untuk memperlihatkan sedikit pun. Dan pria berotot, dia mungkin dibutakan oleh kecantikan Olive, mendengar Olive berkata seperti itu, dia malah tidak marah, hanya mengeluarkan sebuah senyuman yang sangat palsu dan berkata pada Olive : "Wanita cantik, kamu darimana melihatku memotong barisan, tidak ada bukti jangan asal bicara !"
Novel Terkait
Love And War
JaneThick Wallet
TessaLove and Trouble
Mimi XuAku bukan menantu sampah
Stiw boySederhana Cinta
Arshinta Kirania Pratista1001Malam bersama pramugari cantik
andrian wijayaWahai Hati×
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (1)
- Bab 1 Kekokohan Ibuku (2)
- Bab 2 Bu, Maaf (1)
- Bab 2 Bu, Maaf (2)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (1)
- Bab 3 Berjuang untuk bangkit kembali (2)
- Bab 4 Pria Perkasa (1)
- Bab 4 Pria Perkasa (2)
- Bab 5 Kemunculan Olive
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (1)
- Bab 6 Kegaduhan Kantin (2)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(1)
- Bab 7 Sudah Lama Tidak Bertemu(2)
- Bab 8 Musuhku(1)
- Bab 8 Musuhku(2)
- Bab 9 Sebelum badai datang
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (1)
- Bab 10 Gunung satu itu lebih besar dari gunung lain (2)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (1)
- Bab 11 Suara yang tidak asing (2)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (1)
- Bab 12 Lepaskan Gadis Itu (2)
- Bab 13 Menjadi Pahlawan
- Bab 14 Lalat yang menganggu (1)
- Bab 14 Lalat yang menganggu (2)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (1)
- Bab 15 Bunga kampus yang seksi (2)
- Bab 16 serangan yang terbuka mudah untuk ditangani, serangan kegelapan sulit untuk dihindari
- Bab 17 Harimau ingin menunjukkan kekuatan
- Bab 18 Aksi Balas Dendam
- Bab 19 Apa yang ditakutkan pasti akan terjadi
- Bab 20 Momen Menegangkan
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (1)
- Bab 21 Marie Hu yang menggoda (2)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (1)
- Bab 22 Tendangan yang Intimidasi (2)
- Bab 23 Majikan dan Anjingnya
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (1)
- Bab 24 Pertemuan yang Tak Terhindari (2)
- Bab 25 Rencana Licik (1)
- Bab 25 Rencana Licik (2)
- Bab 26 Satu Langkah Lagi
- Bab 27 Melukai Diri untuk Mendapatkan Kepercayaan
- Bab 28 Cinta dan Tidak Cinta
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (1)
- Bab 29 Adegan Sebelum Acara Besar Dimulai (2)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (1)
- Bab 30 Chandra, Aku Mencintaimu (2)
- Bab 31 Aura Seorang Ratu
- Bab 32 Pilihanmu Tidak Salah
- Bab 33 Pencegatan Mike
- Bab 34 Penyiksaan yang Kejam
- Bab 35 Ia adalah Ten Zhou
- Bab 36 Satu yang Menjaga, Tidak Ada yang Berani Menyerang
- Bab 37 Dendam dan Kewajiban
- Bab 38 Kecelakaan Gunawan
- Bab 39 Tokoh Kecil yang Tidak Dianggap
- Bab 40 Olive yang Sangat Terkejut
- Bab 41 Memancing ke dalam Jebakan
- Bab 42 Mike Berlutut
- Bab 43 Aura Pemenang
- Bab 44 Menginjak Jalan yang Buruk
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (1)
- Bab 45 Amarah Ten Zhou (2)
- Bab 46 Pertarungan
- Bab 47 Tidak Ada yang Bisa Menaklukkanku
- Bab 48 Mencari Masalah
- Bab 49 Dua puluh miliar, itu hal yang kecil
- Bab 50 Menarik Uang
- Bab 51 menganggapmu ayah jika kaya
- Bab 52 keagungan
- Bab 53 Fetrin yang Percaya Diri
- Bab 54 Pengemis Tua
- Bab 55 Ada Uang, Sombong
- Bab 56 Krisis Ekonomi Keluarga Hu
- Bab 57 Merasa Terkejut
- Bab 58 Mike Kembali
- Bab 59 Datang Sendiri
- Bab 60 Boleh Membunuh Tapi Tidak Boleh Menghina
- Bab 61 Satu panggilan kak Chandra
- Bab 62 Mati dan hidup bersama
- Bab 63 Tidak berhenti sampai mati
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (1)
- Bab 64 Insiden sensasional kampus (2)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (1)
- Bab 65 Pertarungan Besar Dimulai (2)
- Bab 66 Waktu kematian sudah datang
- Bab 67 Perbuatan tercela Mike
- Bab 68 Fetrin Tiba
- Bab 69 Tuan Muda, Aku Terlambat
- Bab 70 Menjalani Keputusan Tuhan
- Bab 71 Amarah Michael Li
- Bab 72 Remehan Fetrin
- Bab 73 Bahaya Menyerang
- Bab 74 Namaku Jeno (1)
- Bab 74 Namaku Jeno (2)
- Bab 75 Michael Li Yang Jago
- Bab 76 Ada Orang di dalam Rumah
- Bab 77 Insting Orang hebat
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(1)
- Bab 78 Malam yang Menakutkan(2)
- Bab 79 Jangan Mengulang ke Tiga Kalinya
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (1)
- Bab 80 Orang Hebat Pertama di Kota (2)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (1)
- Bab 81 Olive Yang Pasrah (2)
- Bab 82 Balasan
- Bab 83 Posisi Defensif Michael Li
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (1)
- Bab 84 Dia, adalah Fetrin (2)
- Bab 85 Kematian Michael Li
- Bab 86 Kejadian saat itu
- Bab 87 Ayahmu
- Bab 88 Perasaan gelisah yang kuat.
- Bab 89 Perselisihan di Villa Keluarga Hu
- Bab 90 Sekeliling penuh dengan musuh
- Bab 91 Tuan Chandra
- Bab 92 Halo, Nama Aku Ruben
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (1)
- Bab 93 Kamu Pantas Bertarung Denganku? (2)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (1)
- Bab 94 Ruben Yang Misterius (2)
- Bab 95 Malu Ekstrim
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (1)
- Bab 96 Tidur Seranjang Dengan Olive (2)
- Bab 97 Kita Putus Saja (1)
- Bab 97 Kita Putus Saja (2)
- Bab 98 Kebencian
- Bab 99 Orang Belakang Ruben
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (1)
- Bab 100 Kehadiran Fetrin dengan Penampilan yang Sombong (2)
- Bab 101 Menatap Semua orang
- Bab 102 Bersebrangan Dengan Marie Hu
- Bab 103 Ruben Yang Penuh Percaya Diri
- Bab 104 Tangkap Ruben dengan cara apapun
- Bab 105 Pertempuran Sengit
- Bab 106 Amarah Ruben
- Bab 107 Chris VS Ruben
- Bab 108 Kemampuan Fetrin
- Bab 109 Marie Berlutut
- Bab 110 Membalas Dendam Kepada Ruben
- Bab 111 Maaf, Aku Tidak Terima
- Bab 112 Pria Besar muncul
- Bab 113 Bunga Kampus yang Ketiga
- Bab 114 Selalu ada orang yang lebih hebat
- Bab 115 Putra Godi chen
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (1)
- Bab 116 Chandra, Kamu Ditangkap (2)
- Bab 117 Ferdy Yang bertindak
- Bab 118 Keputusasaan Tanpa Akhir
- Bab 119 Lebih Baik Mati Daripada Hidup
- Bab 120 Pengemis Dan orang kaya generasi kedua (1)
- Bab 120 Pengemis dan orang kaya generasi kedua (2)
- Bab 121 Candra, Kamu Tamat (1)
- Bab 121 Chandra, Kamu Tamat ( 2)
- Bab 122 Ciuman Clara
- Bab 123 Kemarahan Ferdy
- Bab 124 Kobaran Api
- Bab 125 Hidup Mati
- Bab 126 Kematian Ruben Cai
- Bab 127 Ucapan Marie
- Bab 128 Menuju Ke Lokasi Perang
- Bab 129 Tuan Muda Ferdy Yang Susah Ditebak
- Bab 130 Ibuku Datang
- Bab 131 Keangkuhan Tuan muda Ferdy
- Bab 132 Api Peperangan Menyala
- Bab 133 Ibuku VS Tuan Muda Ferdy
- Bab 134 Berjuanglah Untuk Tetap Bertahan Hidup
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (1)
- Bab 135 Air Mata Dua Wanita (2)